10

44 32 3
                                    

Kim Fara, gadis itu menyeringai ketika mendapati hari UAS semakin dekat. Kesibukan untuk belajar pun membuatnya sedikit lupa dengan keresahan hati. Dirinya menjadi gadis kutu buku, gadis yang belajar di manapun dirinya berada. bahkan di kantin ia menyempatkan untuk membaca catatan kecil untuk belajar.

Setelah pekan UAS berlalu, Fara bisa merenggangkan tubuhnya. Helaan nafas pun terdengar ketika Fara membuka ponsel, tak ada satu pesan pun dari orang yang membuatnya uring-uringan.

Ah, mau bagaimana pun, aku tetap tidak bisa melupakanmu.

“Jung, ternyata kita benar-benar sudah berakhir.” Ucapnya tak kala mengingat terkahir kalinya mereka bertemu.

Penyesalan itu memang selalu di akhir, seperti saat ini dirinya dilanda rasa bersalah karena menyingung nama Zahra di depan Jungkook, ia merutuki diri karena memberikan Jungkook pilihan antara dirinya dengan si gadis ponsel pemanggil, seperti itu Fara menamainya.

Terkekeh geli, bagaimana bisa Fara melakukan hal yang begitu bodoh.

Berusahalah sekeras apapun, kau akan tetap memilihnya, Jung.

Fara mengehela nafas kasar, teramat lelah dengan perasaan sepihak ini. Abaian dari Jungkook membuatnya tersadar bahwa dirinya tak mampu berada di samping Jungkook.

“Aku lelah, menunggu tanpa kepastian itu juga menyesakkan.” Gumamnya.

Segera dirinya mengemas beberapa pakaian ke dalam koper. Paris, itu tujuan utamanya, Fara ingin menenangkan diri, mencoba terlepas dari kehidupan Idolnya. Ia lelah bernostalgia, karena di manapun dia berada, rasanya selalu ada Jungkook di sana, karena mereka selalu seperti itu, selalu bersama layaknya sepasang kekasih tanpa ada ikatan dan janji dari kedua belah pihak.

Fara menghela nafas ketika melihat cermin lalu menyerigai saat pandangannya tertuju pada kalung pemberian Jungkook yang masih bertengger di lehernya.

“Lebih baik aku pergi bukan?” Lirihnya.

Perlahan Fara menyentuh kalungnya, menggenggam dengan erat guna melepaskannya. Akan tetapi tangan itu bergetar, menerima tekanan hebat dari pacuan jantung yang teramat cepat.

“Aku tidak bisa melepaskanmu.” Suaranya begitu rapuh, diikuti dengan tubuh yang ambruk di lantai, diaa menekuk kaki dan menenggelamkan kepalanya di sana, membayangkan senyuman lelaki yang melihat Fara selalu memakai kalung pemberiannya itu. Bukan rasa bersalah, bukan rasa iba, ia tak dapat lepas karena masih ada rasa.

Fara menyerah, ia terlalu lelah memakai topeng kebahagiaan dan berlagak baik-baik saja. Biarkah, hanya di tempat ini, hanya kebisuan kamar ini yang menyaksikan lemahnya Kim Fara.

Bohong jika Fara tidak memendam rasa, awalnya ia memang berpendirian teguh, menganggap Jungkook sebagai seorang idola, namun kini Jungkook terpahat di hatinya, menjadi satu-satunya pengisi di sana. Pesona Jungkook memang bukan main-main.

Terdengar suara pintu terbuka membuat Fara sedikit terkejut, ia pun menyeka air matanya dan menghampiri siapa yang mendatangi apartemen tanpa menekan bel. Tapi belum sempat ia membuka kamar, orang itu sudah memasuki kamarnya dulu.

Oppa? Kenapa Oppa ada di sini?”

“Kau tidak merindukan Oppamu?” Tanyanya sambil menjitak pelan kepala Fara.

Appoo!!!” Pekik Fara sambil mengusap kepalanya.

Oppa sudah selesai bertugas?” Tanya Fara hanya di beri anggukan oleh Oppa.

“Kau menangis?” Tanya Oppa sambil mengangkat dagu Fara agar wajahnya terlihat lebih jelas.

Ani.. aku tidak menangis.” Terang Fara sambil melepaskan tangan Oppanya.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang