| part 23

15.8K 1.4K 120
                                    

Hai wak🙂

***

Ardi mendumel pelan saat Ara mengangkat telepon dari Aldi yang menggangu aktifitas mereka tadi. Padahal bibir mereka hampir saja ... ah lupakan.

Ara me-loudspeaker panggilan itu hingga Ardi bisa mendengar percakapan mereka. Yang Ardi tangkap, cowok bernama Aldi itu ingin mengajak Ara ke festival yang diadakan di Gor, dekat kampus mereka.

"Lo bisa, kan Ra?" tanya Aldi diseberang telepon.

"Berdua?" tanya Ara dan Ardi melotot mendengar itu.

"Iya, tapi kalau lo mau ngajak Nanda juga gak papa. Ntar gue ajak temen gue buat jemput Nanda. Lo sama gue," jelas Aldi.

Dhea Ananda. Sahabat Ara sewaktu SMA dan sedang berkuliah juga. Mereka beda kampus. Ananda satu kampus dengan Aldi, mereka lulus tes SBMPTN dan mendapat beasiswa. Kost Ananda sendiri tak begitu jauh dari kost Ara, tapi mereka jarang ketemu karena kesibukan kuliah masing-masing.

Dulu saat semester satu, Ara sering diajak jalan oleh Aldi apalagi jika beasiswa cowok itu cair. Ara juga ikut kecipratan hasilnya.

Hubungan mereka sangat dekat saat itu, melebihi saat SMA. Hanya saja Aldi selalu sibuk dengan segala organisasi yang diikutinya, ia ingin menjadi anggota BEM seingat Ara. Kesibukan yang menyita itu membuat hubungan mereka menciptakan jarak, lagi pula mereka hanya gebetan tapi nggak jadian.

"Kapan?" tanya Ara, ia menahan tawa melihat ekspresi kesal Ardi.

"Malam minggu nanti? Lo nggak sibuk kan?" Aldi balas bertanya.

"Minggu ya?" gumam Ara mengulum senyum.

Ardi memberi tatapan mengancam pada Ara. Awas saja jika Ara mengiyakan ajakan tersebut.

"Lo bisa, kan Ra?" Aldi bertanya sekali lagi.

"Mm ... kayaknya gue nggak bisa deh," ujar Ara hampir ngakak melihat Ardi menghela napas lega. "Gue ada acara," lanjut Ara.

"Oh," balas Aldi. "Ya udah, ntar kapan-kapan aja deh. Bye, Ra."

"Iya. Bye" jawab Ara.

Setelah meletakkan ponselnya diatas meja, Ara mengulum senyum sambil melirik Ardi yang duduk disampingnya. Sangat kentara jika Ardi sedang cemburu. Ardi yang berdecak kesal sambil mengulang kalimat terakhir Aldi tadi. "Ya udah, ntar kapan-kapan aja deh."

"Muka lo keliatan banget lagi cemburu," ledek Ara tak kuasa menahan tawanya keluar.

"Lo pikir aja sendiri? Mana ada cowok yang seneng ceweknya diajak jalan sama cowok lain." Ardi berseru kesal melirik Ara julit.

Ara terus saja tertawa puas padahal beberapa saat lalu ia hampir menangis gara-gara Ardi. Sedangkan Ardi terlihat kesal sekali. Ekspresi wajahnya 180° berubah jadi tak bersahabat.

"Nggak usah ngambek, gue juga nggak jalan sama Aldi," ujar Ara santai, selesai ia tertawa.

"Hm."

Ara terkekeh sambil mencubit pipi Ardi dan cowok itu pasrah saja. Tak menolak dan tak juga protes.

"Btw, gue serius ada acara tapi bukan hari minggu," kata Ara memainkan pipi Ardi.

Ardi sigap dan langsung melepas tangan Ara dipipinya sambil matanya menyipit tajam. Jangan bilang kalau Ara mau jalan sama si Aldi itu? Ck.

"Bukan sama Aldi," jawab Ara seolah tahu isi kepala Ardi. "Lo tau, kan kakak gue udah nulis skripsi?"

Ardi mengangguk.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang