| part 14

14.5K 1.4K 154
                                    

Akhirnya part yang ditunggu dimulai🌚—canda tapi wkwk

+++

Ara membuka pintu mobil membuat Ardi menoleh ke arahnya. Ardi terlihat menatap Ara beberapa detik tanpa mengedip dan berhenti saat Ara menutup pintu cukup keras. Ara melirik sedikit majikannya tersebut.

"Udah siap?" Ardi bertanya retorik.

"Hm."

Ardi kemudian diam namun tangannya bergerak untuk melajukan mobilnya membelah jalan raya. Ardi sesekali melirik Ara sebentar kemudian fokus lagi menyetir.

"Masih kesel?" tanya Ardi.

"Lo pikir aja sendiri?" Ara membalas jutek.

Ardi hanya mengendik bahu menanggapinya.

Ara bungkam kecuali jika Ardi bertanya padanya. Ia masih kesal pasal Ardi yang memaksanya ikut malam ini. Ara hanya menjawab jika Ardi bertanya lalu lebih memilih mendengarkan lagu yang menengahi keadaan canggung dimobil.

Ara juga tahu jika sesekali Ardi mencuri pandang ke arahnya. Sebenarnya itu membuat Ara sedikit risih. Apa ia salah kostum? Atau riasannya terlalu mencolok? Padahal ia berdandan natural saja menurutnya. Rambutnya pun cuma digerai dengan jepit rambut Azizah disisi kanan.

Kalau Ara boleh jujur, malam ini Ardi ganteng banget. Sehari-hari juga ganteng sih. Cuma setelan tiga potong yang dipakainya malam ini sangat cocok untuknya dan menambah kesan cool penampilannya. Tanpa sadar Ara memandangi Ardi dengan menilai, kemudian ia tersentak saat Ardi mengajaknya bicara.

"Kenapa?" tanya Ardi tanpa menoleh.

"N-nggak papa," jawab Ara lalu bermain ponsel.

Nggak mungkin kan kalo Ara jujur dan ngomong gamblang gitu aja ke Ardi. Ara malu, tentu saja.

Tak terasa, mereka telah sampai ditempat tujuan. Ardi memarkir mobilnya setelah itu barulah Ara turun dari mobil. Ara sedikit merapikan riasannya lewat spion mobil. Ardi juga terlihat sedang merapikan jasnya lalu menghampiri Ara.

"Ayo," ajak Ardi mengulurkan tangannya.

Ara menatap tangan Ardi yang terulur lalu berganti pada wajah Ardi yang seakan menyuruh ‘genggam tangan gue’.

"Ayo," jawab Ara kemudian berjalan duluan mengabaikan tangan Ardi yang terulur untuknya.

Beberapa langkah didepan, dapat Ara dengar suara Ardi yang tertawa melihat sikapnya. Namun Ara tak peduli, ia masih mempertahankan sikap juteknya tadi.

Saat Ara sudah berada didepan pintu utama, nyali Ara mendadak ciut. Ia berbalik dan berlari kecil menghampiri Ardi dibelakangnya. Tangannya langsung memeluk lengan Ardi dengan senyuman cerah yang tampak dipaksakan.

"Ayok," kata Ara semangat namun wajahnya menunjukkan sebaliknya.

Ardi terkekeh sambil mengusap rambut Ara gemas meski Ara melototinya.
"Tadi nolak sekarang malah ..." ucap Ardi melihat tangan Ara yang memeluk lengannya.

"Ih ayok."

"Iya," kata Ardi sambil mengangguk.

Tiba didepan pintu utama, terdapat dua orang yang memeriksa tamu undangan. Ardi langsung menyerahkan undangan berwarna putih gading dengan tinta berwarna emas. Lelaki itu juga menandatangani buku tamu disana disusul Ara.

"Nih," kata Ardi lalu memberi gelang pada Ara yang merupakan souvernir acara.

"Makasih," ucap Ara lalu menyimpan gelang tersebut ditas.

Ara baru tahu jika ini adalah pesta pernikahan. Benar dugaannya jika ini adalah pesta yang mewah dan megah. Mungkin ini kali pertama Ara mendatangi pesta pernikahan semegah ini. Ia sangat bersyukur tidak salah kostum karena nyatanya dresscode tidak ditentukan. Tapi dalam sekali lihat, Ara dapat menilai pakaian tamu undangan juga tak kalah mewah dan mahal.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang