| part 25

15.4K 1.4K 184
                                    

Hai wak <3

***

Bunda Lara memang tak banyak mengintrogasi Ardi tapi lain dengan Ayah Ara. Beliau mengintrogasi Ardi cukup lama saat mereka sedang duduk menikmati teh hangat di teras depan.

"Kamu sudah lama kenal Ara?" tanya Rian, Ayah Ara.

"Enggak om, kita baru kenal semester ini aja," ujar Ardi.

Rian mangguk-mangguk. "Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Rian lagi.

"Hampir dua bulan lebih om," jawab Ardi sambil tersenyum tipis.

"Masih seumur jagung," komentar Rian.

Jujur Ardi gugup sekarang. Ia sadar jika Ayah Ara sedang mengintrogasi dirinya sekarang.

"Kalian sudah melakukan apa saja sejauh ini?" tanya Rian menyelidik.

Skakmat.

Ardi menelan ludah susah payah, kegugupannya semakin meningkat. Suhu di sekitarnya terasa semakin panas hingga ia berkeringat padahal Ardi hanya mendapat pertanyaan dari ayah Ara. Yah, pertanyaan yang paling sulit sejauh ini.

"Itu om ..." Ardi bingung memilah kata yang cocok untuk berbohong.

"Kamu pernah meluk Ara?" tanya Rian.

Ardi mengangguk kaku, "Iya om." Sering lanjut Ardi dalam hati.

Rian mengangguk sambil memegang dagu menatap Ardi seolah menilai.

"Cium?" tanya Rian ringan.

Ardi malah nyengir meski itu terlihat sangat konyol sekali. Kemudian ia mengangguk mengiyakan.

"Berapa kali?" tanya Rian.

"Um ... banyak," ringis Ardi, ia bahkan lupa berapa kali sudah mencium Ara.

Rian mendengus mendengar jawaban Ardi dan itu membuat Ardi takut.

"Sudah om duga," ujar Rian.

Ardi cengengesan, nyatanya interogasi Rian tak berhenti sampai sana. Ia kembali melanjutkan pertanyaannya yang membuat jantung Ardi jedag-jedug.

"Selain itu, kalian pernah melakukan apalagi?"

Anjirr! Ardi langsung mengumpat dalam hati. Dia harus jawab apa? Nggak mungkin dong dia jujur.

"Nggak ada om," bohong Ardi.

"Kamu yakin?" kecoh Rian.

"Iya om," jawab Ardi yakin.

Rian menatap Ardi cukup lama dan itu membuat Ardi ketar-ketir. Ardi baru bisa menghela napas lega saat Ayah Ara mengangguk dan berkata percaya padanya.

Untuk menghilangkan rasa gugup yang membuat kerongkongannya kering, Ardi mengambil gelas teh miliknya dan menyeruput tehnya.

"Kamu serius sama Ara?" tanya Rian setelah Ardi meneguk tehnya.

Ardi mengangguk mantap. "Iya om, saya serius sama Ara."

"Bagus," ujar Rian lalu mengikuti Ardi tadi menyeruput tehnya. "Saya harap kamu jujur."

Ardi mengangguk lalu menarik napas dalam menetralisir degup jantungnya. Menurutnya ini saat yang tepat untuk mengungkapkan niatnya pada Ayah Ara. Ia juga sudah membicarakan ini dengan Papanya sebelum datang ke sini. Apapun hasilnya nanti, yang penting Ardi sudah mengutarakan hal yang mengganjal pikirannya.

"Sebenarnya saya ingin melamar Ara om," kata Ardi dalam satu tarikan napas. Mimik wajahnya terlihat serius sekali.

Rian terlihat kaget namun diam saat tahu jika Ardi belum selesai dengan kalimatnya.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang