| part 13

13.4K 1.3K 132
                                    

"Lo sibuk malam ini?" tanya Ardi santai.

"Enggak," jawab Ara.

Ardi mengangguk lalu melanjutkan menyantap makan siang buatan Ara. Tadi Ara ke apartemennya mengantar makalah yang sudah diprint pada Ardi. Sekalian saja Ardi menyuruhnya memasak untuk makan siang

Yah, Ara sudah kembali dari rumah tantenya kemaren. Kondisi Bunda Ara baik-baik saja. Penyakit maag membuat Bunda Ara kesulitan tidur, begitu kata dokter. Diagnosis yang sama persis seperti waktu Ara SMA, dulu Bunda nya juga pernah mengalami ini. Dokter juga sudah memberikan resep obat, seharusnya itu bekerja dan Bunda Ara bisa tidur dengan nyenyak.

"Kenapa?" tanya Ara sebab Ardi tak berkata lagi.

Sambil mengunyah, Ardi menatap Ara intens terlihat sedang berpikir. Entahlah Ara tak tahu, hanya saja jantungnya berdegup kencang ditatap begitu.

"Malam ini lo temenin gue," kata Ardi lebih kepada perintah.

"Ngapain?" tanya Ara menghentikan kegiatannya ingin minum.

"Ke pesta," ujar Ardi santai melanjutkan makannya.

Ara lebih dulu menelan air yang diminumnya lalu menanggapi perkataan Ardi tadi. "P-pesta?" Ara berujar tak yakin.

"Iya pesta." Ardi mengangguk. "Malam ini gue jemput lo jam 7," ucap Ardi final.

Ara melotot tak setuju. "Heh gue belum bilang iya yah," protesnya.

"Ya terus," kata Ardi kemudian meletakkan sendoknya dipiring tanda ia selesai makan.

Ara menggulirkan bola mata sambil berdecak sinis "Gue nggak mau," tolaknya.

Dalam pikiran Ara, pesta yang Ardi maksud adalah pesta yang megah melihat latar belakang Ardi sendiri. Sebenarnya Ara ingin, cuma dia insecure duluan sebelum datang. Apalagi dia tidak tahu pesta apa yang dimaksud Ardi disini. Ara tak ingin bertanya soal itu.

"Dan gue nggak butuh jawaban lo," sahut Ardi menatap remeh Ara. "Pokoknya gue tiba dikost, lo nya udah siap."

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue."

"Gue ingetin kalo lo lupa. Gue majikan lo." Ardi berkata sombong.

"Tapi kan nggak—"

Ara ingin membantah namun Ardi memotong ucapannya membuat ia tambah kesal saja.

"Apa susahnya sih, lo tinggal dateng doang."

"Doang katanya? Gue nggak diundang anjirr. Gue juga insecure, pasti disana orang-orang kaya semua." Ara membatin kesal.

"Gue nggak mau Ardi. Lo paham kan bahasa manusia?" kata Ara dengan wajah juteknya.

Ardi mengendik bahu terlihat tak peduli dengan protesan Ara dan malah mengancam gadis ini. "Oke sesuai perjanjian kalo—"

Wait. Ara melotot mendengar ucapan itu. Enak aja ini sudah berjalan setengah perjanjian masa ini dibilang pelanggaran sih. Ara nggak terima dong.

"Iya-iya gue mau," jawab Ara cepat dengan raut kesal.

Voila. Ardi tersenyum miring seolah menang berdebat dengan Ara. "Harus diancem dulu baru nurut."

Sedangkan ditempat duduknya, Ara berdecak sebal dengan kelakuan majikannya ini. Ara juga bergumam mengumpati Ardi.

"Dikit-dikit ngancem, dikit-dikit ngancem. Apaan coba? Dasar nyali kentang."

"Ngomong apa lo barusan? Lo ngumpat gue?"

"Nggak ada."

"Ngomong apa lo barusan?" tanya Ardi lagi nadanya tegas.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang