| part 22

17.2K 1.4K 112
                                    

Selesai makan siang, Ardi menghampiri Ara yang sedang menonton YouTube ditab miliknya. Ara sedang telungkup disofa dengan tab yang bersandar ditangan sofa. Kepalanya ditumpukan pada bantal sofa dan Ardi datang lalu duduk dibawah memperhatikan Ara.

"Ra."

"Hm."

Mengetahui Ardi tak bersuara lagi membuat Ara menoleh, "Kenapa?"

Ardi menggeleng sambil tersenyum, "Lo kalem banget hari ini."

Ara kembali menoleh, kali ini ia menjeda video yang ditontonnya. Ia tersenyum malu pada Ardi mengingat sikapnya beberapa jam lalu.

"Aneh ya?" tanya Ara.

Ardi mengangguk. Ia masih ingat beberapa bulan lalu Ara dengan emosi meledak hampir menimpuk kepalanya dengan kipas angin. Ia juga mendengar cerita dari Romi bahwa hari itu Ara menampar mantan Romi yang cari masalah dengannya. Dan itu dengan keadaan yang sama dengan sekarang, Ara yang datang bulan.

"Lo jadi jinak kalo kalem begini," tutur Ardi sambil terkekeh.

"Dikira gue binatang apa, jinak?" gumam Ara kembali melanjutkan menonton video tutorial make up ditab Ardi.

"Mirip," kata Ardi mencubit gemas pipi Ara sedangkan Ara mendengus.

"Ra," panggil Ardi.

"Hm." Ara hanya bergumam.

"Ara," panggil Ardi lagi. Sengaja.

"Iya," sahut Ara pendek.

"Sayang," ujar Ardi tersenyum simpul.

Ara langsung menoleh dengan mata melotot, "Apaan sih ngomong gitu?" katanya.

Ardi tertawa dengan respon Ara yang begitu.

"Kenapa? Kan lo pacar gue? Wajar dong gue manggil Sayang," ujar Ardi santai.

Ara menggeleng geli dengan wajah bersemu. "Enggak. Geli kuping gue."

"Tapi wajah lo merah," ujar Ardi lagi-lagi berhasil menggoda Ara.

"Enggak." Ara menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan berusaha fokus dengan tontonannya.

"Ara, Sayang," goda Ardi lalu mencolek hidung Ara dan lagi-lagi Ara melotot.

"Sayang." Ardi hampir tertawa mengatakan itu.

"Ardi," geram Ara lalu memukul bahu Ardi dan cowok itu malah tertawa. "Gangguin gue mulu," gerutunya.

"Gemesin banget sih," kata Ardi mencubit kedua pipi Ara masih dengan tawanya.

"Au-di we-pas," protes Ara.

"Audi wepas," ledek Ardi menirukan suara Ara tadi. "Ngomong yang bener coba," suruh Ardi menguyel-uyel pipi Ara.

"AUDI EPAS."

Ardi tertawa, merasa lucu dengan pacarnya ini. Lain lagi dengan Ara menatap Ardi kesal, matanya mulai berkaca-kaca. Ara kesal sampai ingin menangis rasanya.

"Eh jangan nangis dong, Ra," ujar Ardi panik.

Ardi lalu melepaskan tangannya dari pipi Ara dan mengusap lembut pipi kekasihnya itu. Beberapa detik saja Ardi lambat, mungkin Ara akan kembali menangis seperti tadi.

Ara menepis tangan Ardi lalu bangkit dari telungkup dan duduk disofa pojok yang jauh dari Ardi. Ia melirik cowok itu kesal.

"Udah tau mood nya gue cengeng dan lo malah nyebelin banget," ujar Ara, suaranya serak. Ara mengusap sudut matanya.

"Maaf, Ra." Ardi bangkit dan duduk disofa.

"Jangan deket-deket," ucap Ara galak saat Ardi bergeser mendekatinya.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang