| part 7

16K 1.4K 214
                                    

Tak pernah terbersit dalam pikiran Ara dirinya akan bangun dalam pelukan seorang laki-laki selain Ayahnya. Apalagi dalam posisi yang begitu intim seperti ini. Tangannya berada dipunggung Ardi dan kepalanya tersembunyi didada majikannya ini.

Ara tak tahu bagaimana kondisi wajahnya sekarang. Mungkin sudah semerah tomat busuk dengan wajah bantal yang tidak enak dipandang.

Dengan gerakan pelan, Ara mundur perlahan kemudian bangkit duduk. Ia mengusap wajahnya dan merapikan rambut yang dirasa seperti singa saat bangun. Setelah itu, barulah ia menoleh pada Ardi yang berbaring namun sudah membuka mata.

"Pagi," sapa Ara canggung lalu tersenyum tipis.

Setelah mengucapkan itu, Ara menyesalinya. Bodoh. Sejak kapan pula dirinya sok manis begini. Syukurnya Ardi tak membalas sapaan yang Ara sesali itu.

"Masih pusing?" tanya Ara lalu tangannya bergerak merapikan rambut Ardi yang turun menutupi dahinya. Ara kembali memeriksa suhu tubuh Ardi. Masih hangat.

"Masih," jawab Ardi menikmati perlakuan Ara. Jarang-jarang Ara begini.

"Lo istirahat aja dulu," ucap Ara kemudian turun dari ranjang lalu membawa wadah yang berisi air dan handuk keluar kamar.

"Lo mau kemana?" tanya Ardi.

"Ke dapur balikin ini," jawab Ara menunjukkan wadah yang dibawanya.

Ardi mengangguk membiarkan Ara keluar. Gadis itu kemudian mencuci wadah tadi dan memasukkan handuk kecil semalam ditempat pakaian kotor.

Lalu Ara mencuci wajahnya di toilet yang ada di dapur. Ara juga menyikat gigi, ia mengambil sikat gigi baru dilaci dapur. Ara tidak mandi. Lagi pula ia tak membawa baju ganti dan emang malas buat mandi.

Setelah itu, Ara masuk lagi ke kamar Ardi dan tak menemukan cowok itu disana. Suara gemericik air menandakan Ardi sedang mandi. Dengan inisiatif besar, Ara merapikan tempat tidur mereka semalam.

"Anjirr gue tidur disini semalem," ucap Ara geli. Pipinya merona dengan sudut bibir menahan senyum.

Selesai merapikan kasur, Ara balik lagi ke dapur. Sepertinya ia harus membuat sarapan sebab perutnya sudah berontak minta diisi. Ara melihat isi kulkas yang isinya masih cukup lengkap. Sayur selada, keju slice, susu putih, telur, dan masih banyak lagi.

Ardi keluar dari kamar dengan tampilan lebih bugar ketimbang semalam. Ia duduk dimeja makan memperhatikan Ara yang bergelut dengan talenan didepannya. Rambut Ara dicepol tinggi asal-asalan hingga beberapa sulur rambutnya keluar dari ikatan. Ardi merasa de javu sekarang.

"Bikin apa, Ra?" tanya Ardi saat Ara sedang memotong tomat segar.

"Sandwich." Ara menaruh potongan tomat dimangkuk kecil.

Ardi tertarik kemudian bangkit dari duduknya menghampiri Ara meski kepalanya terasa sedikit pusing. Kemudian ia berdiri disamping Ara yang sudah mengambil roti dari lemari.

"Gue mau bikin sendiri," ujar Ardi yang diangguki Ara.

Mereka terlihat bekerja sama dalam membuat makanan sederhana ala keduanya. Ardi menyuruh Ara menggoreng telur mata sapi sedangkan Ardi menata isian sandwich diatas roti tawar.

"Lo mau teh atau kopi?" tanya Ara.

"Gue minum susu aja," sahut Ardi yang membawa sarapan itu dimeja makan.

"Lo gak boleh minum susu nanti mau minum obat," ucap Ara memberitahu.

Ardi berdecak namun menurut juga. Ia lebih memilih minum teh pagi ini. Dan Ara membawa secangkir teh dan segelas susu menuju meja makan. Teh untuk Ardi dan susu putih untuk dirinya.

Ardi & Ara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang