Kepingan 10

2.6K 264 21
                                    

Selamat Membaca

****

Waktu dua hari yang dijanjikan Al ternyata meleset menjadi empat hari. Andin sangat kesal tentunya. Dirinya merasa dipermainkan oleh Al.

Sedangkan Reyna terus bertanya kapan kiranya Al akan pulang, ditambah sejak percakapannya dengan Al yang memantik emosi Andin, pria itu bahkan tak menghubunginya lagi. Sedangkan Andin, tentu saja merasa gengsi untuk menelepon Al terlebih dahulu.

Dering telpon Andin menyadarkan Andin dari lamunannya tentang Al. Nomor yang tidak dikenal meneleponnya.

"Halo selamat siang, dengan Ibu Andini Anneliese." sapa seseorang diseberang sana.

"Selamat siang. Iya betul saya Andini Anneliese. Maaf ini dengan siapa?" balas Andin.

"Saya, Samita dari Galaxyndo Publisher."

"Iya bu Samita, ada apa ya bu?"

"Begini bu, sekitar seminggu yang lalu kami mengirim email ke ibu, yang isinya bahwa ibu diterima untuk bergabung bersama Galaxyndo Publisher. Kami mohon maaf baru bisa menghubungi Ibu secara langsung hari ini. Besok, Ibu bisa langsung bekerja di Galaxyndo Publisher bu, dan langsung menemui Pak Arjuna selaku CEO dari Galaxyndo Publisher."

Andin telah melupakan satu hal perihal dirinya yang diterima kerja di Galaxyndo Publiseher. Dan, satu hal lagi. Andin belum mengatakannya kepada Al, sedangkan besok dirinya harus mulai bekerja.

"Baiklah bu Samita, terima kasih atas informasinya. Besok saya akan datang."

"Baik bu, terima kasih."

Andin bingung, masalahnya dengan Al yang menyangkut Michi saja belum selesai, ditambah perihal dirinya yang bekerja. Karena sebelum dirinya menikah dengan Al, Al sudah mengatakan bahwa Andin tak boleh bekerja dan hanya fokus mengurus Reyna.

"Duh, gimana ini?"

Andin gusar. Dirinya tak tenang.

"Kalau gue batalin kan sayang."

"Aaahhhh."

Teriak Andin sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Kenapa kamu?"

Suara bass Al mengagetkan Andin.

"Astaghfirullah, kamu itu kan bisa salam dulu Mas." kesal Andin

"Saya udah salam tapi kamu saja yang tidak dengar."

Andin mendengus.

"Kamu ngapain pulang, masih ingat sudah punya anak sama istri?"

"Kamu ini ya, suami baru pulang kerja bukannya disambut, dibuatkan minum, malah kamu tanya kenapa pulang. Bisa lebih sopan kalau bicara sama suami?"

"Tau ah, bodo amat."

Andin hendak beranjak meninggalkan Al.

"Siapa yang suruh kamu pergi, kita belum selesai bicara."

"Apalagi yang mesti dibicarakan, kalau tentang Michi aku udah engga mau tahu."

Bohong. Andin berbohong, jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, Andin ingin tahu tentang Michi, semua tentang Michi dan Al.

"Kamu yakin?" tanya Al memastikan.

"Yakin seyakin-yakinnya."

"Oke, kalau gitu saya anggap masalah Michi selesai."

Andin menghelas napas.

"Sabar ndin, sabar."

"Sudah tidak ada lagi yang kamu ingin bicarakan dengan saya kan? Kalau begitu bisa siapkan saya makan siang. Saya lapar."

Selesai mengatakan itu Al meninggalkan Andin.

Andin pun melangkah ke dapur menyiapkan makan siang untuk Al.

Setengah jam kemudian makan siang telah tersedia di meja makan. Andin yang hendak memanggil Al mengurungkan niatnya karena melihat Al yang berjalan menuju meja makan.

"Makan siangnya sudah siap Mas, selamat makan."

Andin hendak pergi dari meja makan, tapi suara Al menginterupsi nya.

"Kamu mau kemana? Temani saya makan siang." perintah Al yang mau tidak mau Andin harus mematuhinya meskipun  dalam hatinya sekarang dirinya sungguh kesal kepada Al.

Andin pun mengambilkan nasi beserta lauk pauknya untuk Al.

"Terima kasih." Ucap Al ketika Andin memberikan sepiring nasi dan lauk pauk untuk dirinya.

"Sama-sama Mas."

"Kamu tidak makan?" tanya Al

"Aku udah kenyang Mas." balas Al

"Oh iya sudah."

Setelah itu tak ada pembicaraan lagi, Al yang fokus dengan makanannya sedangkan Andin sibuk dengan pemikirannya sambil melihat Al secara intens.

"Kamu jangan lihatin saya seperti itu, nanti kamu naksir loh." kata Al tanpa menatap Andin.

Andin kaget, bagaimana Al bisa tahu kalau dirinya menatap Al sementara Al saja fokus dengan makanannya.

"Idih, GR banget ya kamu Mas. Kamu kali yang naksir aku."

"Pengin banget ya kamu kalau saya naksir kamu."

Andin diam, bingung  harus menjawab apa. Suasana hening sejenak, sampai pertanyaan Andin mampu mengalihkan perhatian Al.

"Ada yang ingin aku bicarakan Mas."

"Tentang apa lagi kali ini?" Balas Al

"Aku besok ijin ya Mas, besok aku mau kerja di Galaxyndo Publisher."

"Kapan kamu ijin buat kerja ke saya?"

"Iya ini kan lagi ijin ke kamu Mas."

"Sebelum ini."

Andin diam. Matanya bertatapan dengan mata tajam milik Al.

"Batalkan pekerjaan itu." Ucap Al datar dan dingin.

"Tapi Mas, kamu engga bisa kaya gini dong. Ini pekerjaan yang aku impikan dari dulu." kata Andin mencoba negosiasi.

"Saya bilang batalkan ya batalkan!!!. Bukankah sebelum kita menikah kamu menyanggupi untuk tidak bekerja."

Damn. Andin tak bisa membantah.

****
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.

Tandai jika ada typo ya.

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini.

Diramaikan juga boleh.

Selalu jaga kesehatan ya guys.

See you in next chapter.

Regards,

Gamadesu


I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang