Puing 14

2.4K 285 19
                                    

Selamat Membaca

****

"Al. Apa Reyna ini anak aku?"
tanya Michelle sambil menatap dalam mata Al.

Pertanyaan yang dilontarkan Michelle membuat Al terpaku, namun matanya masih menyusuri setiap sudut restoran, mencari keberadaan Andin.

"Apa maksud kamu?" bukannya menjawab pertanyaan Michelle, Al malah balik bertanya.

"Reyna anak itu kan Al. Dia anak aku kan?" balas Michelle

"Reyna bukan anak kamu." jawab Al penuh penekanan.

"Kamu pasti bohong kan Al. Kamu baru saja menikah dan mana mungkin kamu sudah memiliki anak sebesar Reyna." sanggah Michelle yang tak mau kalah dengan Al.

Sementara di lain sisi, selepas dari kamar mandi Andin hendak kembali ke meja makan namun dari kejauhan dirinya tampak melihat Al sedang berbincang serius dengan seorang wanita yang tak lain adalah Michelle.

"Mas Al lagi ngomong sama siapa ya? Kelihatan serius banget?" pikir Andin

"Mas." Panggilan Andin mampu memecah suasana tegang antara Al dan Michelle.

"Kamu dari mana? Kenapa pergi tidak pamit sama saya? Kamu tahu saya khawatir. Lain kali pamit dulu kalau mau pergi, ngerti kan!!!!" ucap Al

Andin senang sekaligus kesal. Senang karena Al mengkhawatirkannya dan kesal karena mengapa harus dengan nada keras Al mengatakannya terlebih di depan wanita yang Andin yakini adalah Michelle, wanita satu-satunya yang mampu menguasai pikiran Al, hingga sekarang.

"Iya Mas." hanya itu yang bisa Andin katakan, toh membela diri pun akan percuma, karena segala pembelaan apapun akan ditolak mentah-mentah oleh Al mengingat tabiat lelaki itu yang keras kepala, selalu merasa benar, dan tidak mau mengalah.

"Hmm, maaf Anda siapa ya?"

Pertanyaan tersebut Andin lontarkan kepada Michelle, meskipun dirinya sudah menduga bahwa wanita yang sejak tadi berbicara dengan suaminya adalah Michelle, namun basa basi kadang diperlukan ketika bertemu orang baru bukan?

"Oh, kenalkan saya Michelle, rekan kerja Aldebaran sekaligus teman masa kecilnya." balas Michelle sambil mengulurkan tangan kanannya yang kemudian dibalas oleh Andin.

"Perkenalkan saya Andin, istri dari Mas Al." jawab Andin sembari menekankan kata istri.

"Silakan duduk hmm Mbak Michelle." ucap Andin

"Terima kasih, tapi panggil saya dengan sebutan Michelle saja." balas Michelle

"Baiklah." balas Andin

"Kamu sudah pesan makanan?" tanya Andin kepada Michelle

"Belum Ndin." balas Michelle

"Kalau begitu saya pesan kan dulu ya."

Andin pun memilih menghampiri meja pesanan karena tak melihat pramusaji yang sedang tidak sibuk, mereka terlihat kewalahan mengingat suasana restoran yang sangat ramai.

Mata Al tak henti-hentinya mengamati Andin yang sedang memesan menu makanan, hingga pertanyaan Michelle dapat mengalihkan perhatiannya dari Andin.

"Kamu cinta Al sama Andin?" tanya Michelle

"Apa maksud kamu tanya hal kaya gitu ke aku?"

"Karena aku pikir kamu masih mencintai aku Al."

Al tersenyum sinis. Dirinya tak menyangka Michelle sangat percaya diri sekali mengatakan hal itu.

"Kamu masih sama kaya dulu ya Michi." ucap Al yang kali ini dengan senyum yang sangat manis yang jika kaum hawa melihatnya mampu terkesima oleh senyuman Al.

"Maksud kamu gimana? Ini aku serius loh Al nanya sama kamu." balas Michelle yang mulai kesal.

"Percaya diri kamu selalu berlebihan." balas Al

"Kamu tahu kan Al, aku engga pernah bicara omong kosong. Aku yakin kamu masih mencintai aku. Buktinya, kamu sama sekali engga meninggalkan Reyna, bahkan kamu merawatnya dengan sangat baik." balas Al

"Sepertinya kamu salah tempat Michi." ucap Al yang membuat Michi bingung.

"Maksud kamu?" tanya Michelle

"Kamu salah tempat kalau mau tahu dimana keberadaan anak kamu. Kamu bisa tanya ke Jevan dimana keberadaan anak kamu, karena bukankah dia yang setia mendampingi kamu saat persalinan." balas Al yang kembali disertai senyuman sinis

"Kamu pasti bohong kan Al. Jevan emang dulu mendampingi saat proses persalinan aku, tapi saat itu aku masih sadar kalau aku menyerahkan anak aku sama kamu Al."

"Anak? Anak siapa yang kalian maksud?" pertanyaan Andin membuat Al dan Michelle terdiam.

"Bukan apa-apa Ndin." jawab Michelle

Entah mengapa Andin tak percaya dengan jawaban Michelle, dirinya yakin ada hal penting yang tadi Al dan Michelle bicarakan sewaktu dirinya memesan makanan.

Andin pun kembali duduk. Suasana yang tadinya tegang sedikit demi sedikit mulai terurai menjadi riuh ramai karena Andin yang perlahan sudah mulai bisa berbaur dengan Michelle, sedangkan Al hanya bisa memerhatikan interaksi antara dua wanita dihadapannya, di lain sisi Reyna tampak tidak peduli baginya game di handphone milik mamanya jauh lebih menarik.

Pramusaji pun datang membawa pesanan yang sudah sedari tadi Al pesan.

"Terima kasih." ucap Andin disertai senyuman kepada pramusaji yang sudah membawakan pesanannya.

"Reyna, udah dulu ya mainnya. Sekarang kita makan." ucap Andin

Reyna pun menuruti perkataan Andin, mereka pun makan dalam diam.

Selepas makan Reyna ingin pergi ke toilet.

"Mama, aku mau pipis." ucap Reyna.

"Mau tante antar Reyna." tawar Michelle

Reyna pun menatap ke Andin seolah bertanya "Apakah boleh ma?"

Andin pun mengangguk seolah mengerti apa yang Reyna pikirkan.

"Mau tante." balas Reyna selanjutnya

Selepas kepergian Michelle dan Reyna, kini tinggalah Al dan Andin. Tanpa basa-basi Andin menanyakan hal yang tanpa diduga mampu membuat Al sangat terkejut.

"Mas, Apa Reyna itu anak kamu sama Michelle?" tanya Andin seraya menatap manik mata Al secara intens.

Al terkejut, seperti mendapat serangan mendadak yang bahkan dirinya pun tak memiliki amunisi untuk menangkis serangan tersebut.

*****

Ini yang minta up mana suaranya? Hehe✌

Regards,

Gamadesu

I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang