Chandra terduduk lemas di bangku lorong rumah sakit, dadanya nyeri sekali setelah membaca surat yang baru saja ia terima. Rasa sesak, tidak terima, takut semua sedang ia rasakan saat ini. Ia meremat kertas hasil tes kesehatannya itu, sungguh rasanya waktu berjalan lebih lama, benda-benda disekitar terasa menjadi raksasa untuk menekannya kedalam titik perasaan ketakutan.
Tak pernah terpikirkan sama sekali dalam hidupnya bahwa ia akan menanggung penyakit ganas ini. Ada rasa tak terima mengapa Tuhan memberinya penyakit ini, ia merasa ini sungguh tidak adil. 'Kenapa?' kata itulah yang dari tadi Chandra ucapkan berulang kali didalam hatinya.
Ia keluar dari rumah sakit tersebut mengunakan motor Vespa kesayangan yang ia kendarai dengan cukup ugal-ugalan, ia terus melajukan motornya tak tentu arah hingga ia tersadar sudah cukup jauh ia melajukan motornya. Saat melihat area sekeliling ternyata ia telah berada di daerah pesisir pantai, ia memarkirkan motornya dekat pohon kelapa, lalu melepaskan sendalnya dan berjalan menyusuri pasir pantai yang lembut.
Ia tidak tau nama pantai ini apa dan di daerah mana, ia baru menyadari bahwa ternyata didekat perkotaan masih ada pantai yang belum terlalu ramai bahkan bisa dibilang sepi. Ia menghirup udara pantai dengan rakus, udara segar muli masuk kedalam paru-parunya, air pantai yang sejuk menyentuh kakinya sehingga membuat pikirannya sedikit tenang.
Sekarang Chandra berdiri tepat dibibir pantai, memandang bentang air yang sangat luas didepan matanya. Rasa hangat mulai ia rasakan disekitar matanya, sesak mulai menghampiri dadanya, rasanya ia sudah tidak bisa lagi menahan cairan bening dari matanya. Kemudian tes satu tetes air matanya menetes dan diiringi ratusan tetes yang lainnya.
"AAAAARRRRRRGGGGGHHH"
Chandra berteriak mencoba menghilangkan semua beban yang dari tadi ia pendam, ia pukul dadanya yang rasanya sangat menyesakkan ia mencoba menguatkan kakinya agar ia tetap bisa berdiri tegak namun nyatanya ia tidak bisa. Chandra ambruk berlutut dengan air mata yang mengalir deras, nafasnya sampai tersengal-sengal sebagai pertanda bagaimana sedihnya ia saat ini.
.
.
.
.Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan di pantai ini, ia menatap matahari yang mulai tenggelam ditelan laut. Ia mematikan ponselnya sejak tadi siang, dia bahkan tak tau bahwa sekarang pacarnya sedang menangis menghawatirkan ya.
Sekarang Chandra sudah cukup tenang untuk pulang, untuk bertemu dengan teman-temannya tanpa membuat mereka curiga. Saat di pantai tadi ia teringat kata-kata bundanya yang membuat ia menjadi lebih ikhlas dan kuat. Ia tidak ingin menceritakan masalah ini kepada siapapun, dia hanya tidak ingin banyak orang yang khawatir nantinya, Chandra tau ini egois tapi dia hanya tidak ingin menyakiti hati banyak orang terutama keluarga, Aca, dan sahabatnya.
.
.
.
.
" Chan Chandra " panggil seseorang membuyarkan lamunannya, ia menoleh dan mendapatkan Rehan dengan wajah khawatir nya. " Anjir gue kira loe kesurupan "" Ck apaan sih loe "
" Loe tuh yang apaan, gue liat dari mulai rapat loe tu nggak fokus ngelamun terus mikirin apa sih serius banget?"
" Gue lagi mikir nih mau diet, mau banyakin makam buah sama sayur "
" Lahh terus? "
" Tapi gue takut Han "
" Ngapain takut? " tanya Rehan bingung
" Gajah banyak makan buah sama sayur tapi liat dia gede banget kan, gue takut nasib gue seperti gajah "
Ingin rasanya Rehan memukul kepala Chandra agar gobloknya sedikit berkurang
" Segoblok gobloknya orang goblok nggak ada yang lebih goblok dari loe gila, hebat banget loe "
Chandra hanya tertawa, sangat seru memang membuat Rehan marah atau kesal itu adalah hobinya sejak bertemu dengan rehan. Rehan dan Chandra sedang bersiap-siap mereka dikejutkan dengan panggilan seseorang.
" Rehan!! anjiir lama banget katanya mau ajak pulang bareng buruan malah ngegosip "
" Lah iya gue lupa, sorry-sorry " Rehan dengan tergesa-gesa merapikan tasnya " gue balik dulu ya Chan bye " katanya sambil menepuk pundak Chandra.
" Raini. sejak kapan tu anak deket sama dia " monolog Chandra
.
.
.
." Maaf lah namanya juga manusia beneran lupa gue tuhh " Rehan masih membujuk raini agar ia mau memaafkannya
" udah cepetan bawa motornya, namanya juga temen wajar lah kalau lupa "
" Jadi loe udah maafin gue belum nih " tanya rehan memastikan
" Iya gue maafin, sesama teman kita itu harus saling mengerti kan?"
Rehan langsung menghentikan motornya, menghela nafas lalu menoleh ke belakang tepat menghadap raini.
" Gue kan selalu bilang ke loe, gue mau dapetin hati loe jadi jangan buat gue patah semangat dengan kata-kata loe barusan "
Raini gugup bukan main ditatap mata seindah bintang itu dan tangannya yang digenggam Rehan. Raini hanya mengangguk sebagai jawaban. Rehan kembali melajukan motornya namun suasana menjadi canggung saat ini.
" Tangan " kata Rehan kemudian, raini bingung tidak tau apa maksud rehan. "Mana tangan loe sini " dan hal selanjutnya semakin membuat raini gugup karena rehan terus menggenggam tangannya sepanjang perjalanan pulang.
" Makasih " ucap raini sambil memberikan helm ke rehan
" Raini " panggil rehan dengan lembut, raini hanya memandang rehan menunggu apa yang akan ia katakan selanjutnya
" Jangan ucapin kata-kata kayak tadi ya, gue cuma gak mau nyerah buat berjuang untuk loe " rehan menarik nafas dan kembali memandang wajah raini
" Gue takutnya dengan kata-kata loe barusan itu bisa buat perjuangan gue buat dapetin hati loe selama ini berakhir sia-sia "
Raini terdiam dia bingung harus menanggapi apa kata-kata rehan barusan. Mereka hanya saling menatap menyelami mata lawan bicara mereka, hingga rehan memutus tatapan tersebut.
" Yaudah gue pulang. dan gue harap untuk secepatnya loe bisa liat perjuangan gue selama ini "
Rehan pergi dari halaman kosannya, menyisakan sunyi yang menyesakkan. Sebenarnya jarak kosan mereka itu sangat dekat dan itu yang membuat ia merasa selalu tak enak hati dengan rehan karena ia setiap hari bertemu dengannya. Raini sendiri tidak tau apa dia sayang rehan sebagai teman atau sebagai pria.
Yuhuuuu ai comeback, mon maap nie dah lama aku nggak publish cerita. Okeee semoga semuanya suka yak sama ceritaku.
ANNYEONG 👋💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Chandra || Haechan✓ (HIATUS)
RomanceMenceritakan bagaimana kisah seorang Chandra Danendra Wijaya untuk melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Mencoba untuk selalu terlihat kuat dan bahagia, walaupun jauh didalam sana dia adalah manusia yang paling rapuh