22. capek!

528 54 5
                                    

" astaghfirullah Chandra!! " teriak Jeno diambang pintu kamar, dengan panik Jeno masuk kamar saat mendapati keadaan Chandra yang tidak baik.

" Chan loe kenapa? " Jeno mengguncang badan Chandra yang bergetar menahan sakit

" Chan astaghfirullah loe kenapa heey "

Chandra menahan badannya yang akan dibalik menghadap Jeno. Sial Jeno harus melihatnya saat dalam kondisi yang kurang baik. Ia benar-benar menghindari orang yang melihatnya saat lemah, orang-orang harus melihat dia dalam kondisi yang baik dan ceria.

" Kita ke rumah sakit sekarang! " final Jeno, karena keadaan Chandra benar-benar jauh dari kata baik. Darah sudah memenuhi bantal yang di tidurinya.

" Gak usah Jen " jawab Chandra lirih

" Gak usah gimana hah! loe liat dong keadaan loe sekarang gimana " emosi Jeno

" Sini loe naik ke punggung gue, kita ke rumah sakit sekarang juga! " Jeno sudah berjongkok mempersilahkan punggungnya agar Chandra naik.

" Dengerin gue dulu " Chandra berusaha bangun dari tidurnya " dengerin dulu "

Jeno membalik tubuhnya " apa yang harus di dengerin sih keadaan loe udah gini! "

Chandra terkekeh pelan " hidung gue kepentok lemari tadi kenceng banget sampai mimisan gini "

Hening tak ada yang bersuara, suara motor akang Ujang yang lewat bahkan terdengar karena kenalpotnya yang sudah dimodif. Jeno menatap Chandra bingung.

" loe kalo mau cari alasan yang masuk akal dong nyet, udah jangan banyak bacot sekarang ke rumah sakit " Jeno berdiri dari acara jongkoknya " muka loe udah pucat gitu chann " geram Jeno

Chandra menarik selimut lalu menempelkannya di hidung, mengelap sisa-sisa darahnya.

" Gue tadi pagi-pagi abis ater Rehan ke terminal belum sarapan, udah mah tadi malam gue begadang, ketambahan magh gue kambuh jadi pucat deh " jelasnya sambil membersihkan darah di hidungnya " saking pusingnya, gue sampai gak liat lemari di depan terus ya gitu gue tabrak. Udah lemes, laper, pusing ketambahan kaget gue langsung ambruk di kasur " tambah Chandra

Jeno menatap mata Chandra, tapi dia tak menemukan kebohongan disana. Jeno mengangguk percaya akan penjelasan Chandra barusan.

" Sialan loe buat gue jantungan pagi-pagi, yaudah sekarang loe bersihin noh kasurnya " perintah Jeno

" Hehe ya maap, btw makasih ya loe udah khawatir sama gue "

" Hmm '' jawab Jeno sembari keluar dari kamar tak lupa menutup pintunya

Chandra menyandarkan tubuhnya ke dinding, merutuki kebodohannya. Bagaimana Jeno sudah melihat Chandra dalam keadaan tak baik, ia yakin Jeno pasti akan menceritakannya kepada Nahel dan Rehan. Kalau dengan Rehan mungkin ia masih bisa berbohong, tapi kalau Nahel?

Menghela nafas lega karena tadi Jeno percaya padanya, tapi ia juga tau bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Begitupun dengan kebohongan yang sedang ia tutupi ini, suatu saat satu persatu orang akan tau kelemahannya.
.
.
.
.

" Seriusan loe? " tanya Nahel memastikan, saat Jeno baru saja menceritakan kejadian tadi pagi

" Iya, awalnya gue sempet ragu tapi alesan Chandra masuk akal "

Nahel memilih diam, sudah separah apa penyakit yang Chandra derita. Dia hanya tau bahwa Chandra mempunyai penyakit kanker, tapi ia tidak tau sudah separah apa penyakitnya.

" Menurut loe gimana Na dia beneran kepentok lemari apa ada alasan yang lain? " masalahnya Jeno masih ragu karena keadaan Chandra tadi pagi benar-benar tidak baik.

Cerita Chandra || Haechan✓ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang