Sabtu pagi pukul 06.10 WIB Chandra memacu motornya membelah jalanan kota, agenda hari ini adalah mengantar Rehan ke terminal. Rehan akan pulang ke rumahnya karena mendapat kabar bahwa sang ayah di rawat di puskesmas sudah lebih dari dua hari.
Jalanan yang sepi dan udara yang masih segar mengiringi perjalanan mereka. Tak ada obrolan diantara keduanya, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit mereka sampai di parkiran terminal. Suasana terminal cukup ramai, terlihat para penumpang yang sibuk membawa barang bawaan mereka.
Chandra dan Rehan berjalan mencari bangku tunggu yang masih kosong, menunggu sampai jadwal keberangkatan bus Rehan dipanggil. Rehan sengaja memilih tiket keberangkatan pagi agar ia bisa tidur di bus.
Chandra terlihat masih mengantuk begitupun Rehan, dia memangku tasnya dan menjadikannya bantal.
" Loe kalo pulang ke rumah balik-balik kesini muka yang ganteng dong jangan malah bonyok "
" Loe kayak ga tau bokap gue gimana " gumam-gumam Rehan karena dia benar-benar menahan kantuk.
" Astaghfirullah belum berubah juga bokap loe? "
" He'emm"
Terakhir kali Rehan pulang saat lebaran idul fitri kemarin, dan saat balik ke kosan mukanya sudah ada bekas lebam. Bahkan di beberapa bagian badannya juga biru-biru.
Bukan hal aneh lagi bagi mereka saat Rehan pulang kampung dia pasti selalu akan membawa luka. Entah itu luka yang nampak ataupun tak nampak.
Untuk alasannya sendiri Rehan masih enggan memberitahu. Tapi untungnya ayah Rehan masih mau membiayai kuliahnya, tapi untuk masalah tempat tinggal atau uang jajan dia enggan untuk memberikan.
Untungnya dulu ia bertemu Chandra, dia diajak untuk tinggal di rumah bekas pembantu keluarga Nahel. Rumahnya bagus dan luas, ada pekarangan juga di depan rumahnya. Dan yang paling penting gratis, Nahel enggan menerima uang sewa dari mereka.
Dan ternyata Nahel juga kadang tinggal di situ bersama Jeno, walaupun lebih sering ia dan Chandra. Setiap bulan juga isi kulkas jarang kosong, karena hobi Nahel yang memasak jadi isi kulkas juga hampir tak pernah kosong.
Rehan memiringkan kepalanya menghadap Chandra yang tengah melamun menatap lalu lalang orang didepannya.
" Loe hamil ya?? " tuding Rehan
" Sembarang loe kalo ngomong, gue lakik! " Chandra menggeplak kepala Rehan pelan.
" Yaa abisnya seminggu terakhir gue liat loe setiap subuh selalu muntah-muntah "
Hening,, Chandra memilih diam daripada menjawab perkataan Rehan. Sedangkan Rehan juga ikut diam karena Chandra diam.
" Loe beneran ga hamil kan? "
" Loe kalo tolol jangan kelewat batas deh " ketus Chandra
" Ya loe kenapa, orang tanya tu dijawab bukan malah diem bae "
" Akhir-akhir ini magh gue kambuh terus, jadi setiap pagi pasti gue mual " bohong Chandra
" Loe sih kebiasaan banget telat makan, udah gitu hobi makan pedes lagi ga ngotak emang " ceramah Rehan
" Namanya juga suka makan pedes, susah ilang lah kebiasaan itu. Makan kalo gak pedes itu bagai sayur tanpa garam '' jelas Chandra, Rehan hanya memutar matanya malas
" Loe juga sama punya hobi ngoleksi boneka moomin, emang bisa kalo loe tiba-tiba disuruh berhenti ngoleksi itu kan susah"
" Setidaknya hobi gue nggak merugikan kesehatan gue " protes Rehan tak terima
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Chandra || Haechan✓ (HIATUS)
عاطفيةMenceritakan bagaimana kisah seorang Chandra Danendra Wijaya untuk melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Mencoba untuk selalu terlihat kuat dan bahagia, walaupun jauh didalam sana dia adalah manusia yang paling rapuh