Jangan lupa subscribe dan vote-nya, yaaa ....
😘😘😘* * *
Sedari kemarin, Mami sudah sibuk wira-wiri ke kamar gue guna menyiapkan segala kebutuhan selama di Temanggung. Padahal rencananya di sana maksimal dua hari, tapi nggak tahu gimana ceritanya Papi memberi titah untuk liburan seminggu. Katanya nggak boleh pulang sebelum tujuh hari. Peraturan apa pula itu?
Bahkan katanya lagi, Beryl sudah membuat jadwal kunjungan dan liburan untuk gue. Benar-benar bikin repot. Namun, sudah kepalang basah kalau gue batalkan semua. Papi sudah terlanjur kegirangan dan gue nggak tega untuk memupus rasa itu.
"Mi, buat apa bawa selimut setebel itu sih?" protes gue saat Mami menumpuk bedcover ke barang bawaan gue.
"Di sana dingin, Cris. Mami takut kamu kedinginan. Nanti kakimu bisa tambah nyeri."
Astaga! Memangnya di sana nggak ada selimut? Kalau begini sih namanya gue bukan liburan, tapi pindahan. Untuk sementara gue biarin Mami menumpuk apa pun di pojok kamar, nanti bakal gue bongkar lagi. Coba lihat, buat apa memasukkan selusin syal dan sweeter? Sedingin-dinginnya Temanggung, gue rasa nggak bisa ngalahin musim salju di Jepang 'kan?
"Ju, kamu sudah siapkan semua obat-obatan yang dibutuhkan Cristal?" Sekarang gantian Juwita yang direcokin Mami.
Juwita mengangguk sambil menjawab penuh antusias, "Sudah, Bu. Kemarin saya juga sudah diajari Bang Leon cara memijat kalau sewaktu-waktu sakit di kaki Mbak Cristal kumat."
"Apa Cristal bilang, ribet banget 'kan. Tahu begini yang berangkat Pak Burhan aja, Mi," gumam gue.
"Tapi anak Papi Mami itu kamu, bukan Pak Burhan. Yang harus mulai belajar bisnis itu ya kamu, Cris. Sedangkan Pak Burhan cuma bisa membantu saja."
"Mana ada bos kakinya buntung." Lagi-lagi gumaman gue terdengar radar Mami.
"Cristal," tegur Mami serta merta menghentikan aktivitasnya.
"Oke ... oke ... Cristal nurut," ucap gue mengalah ketimbang harus mendengarkan omelan Mami yang sepanjang jalan kenangan.
"Mbak, ini Juwita bawakan kruk panjang sama yang kotak atau bagaimana?"
"Bawa satu yang panjang aja, Ju. Nggak dibawa juga nggak apa-apa. Lagian gue pakai kursi roda," jawab gue sambil membenarkan bebat di kaki kiri.
Sampai sekarang gue masih belum terbiasa dengan tampilan kaki baru ini. Rasanya sangat aneh. Kaki yang biasanya utuh, kini hanya tinggal separuhnya. Jangankan telapak kaki, lutut kiri pun sudah nggak ada. Gue terkadang merasa jijik saat melihatnya tanpa kain bebat. Mungkin ini juga yang dilihat Gyan dari diri gue.
"Lho, bukannya kamu harus banyak-banyak latihan pakai kruk? Kok malah pakai kursi roda lagi?" Pertanyaan Mami membuyarkan lamunan gue.
Gue tersenyum miring. "Pakai kruk di depan Beryl? Apa Mami pengin bikin rekanan bisnis Papi itu ngacir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KATASTROFE (TAMAT)
General FictionBagaimana jika Queen of Socialita, mendadak hancur? Segala yang ia punya; kepercayaan diri, keceriaan, dan kemandirian serta limpahan cinta yang menjadikan dirinya nyaris berada di titik sempurna, harus lenyap karena satu bencana. Bisakah Cristal ba...