Buat pembaca Katastrofe, terima kasih sudah setia menunggu tiap bab yang Emak publish.
Terima kasih buat vote dan koment-nya yang bikin mood booster banget ....
❤❤❤Buat silent riders, makasih juga deeeh ....
Emak mah gitu orangnya, semua harus disyukuri .....
Tapi ... kalau bisa siiih tetep pencet bintang alias vote di tiap bab yaaa."Kebakaran!" Teriakan orang-orang yang tengah berlarian saling bersahut-sahutan.
"Lari, Bud!" Gue meneriaki Budi yang masih sibuk menyingkir-nyingkirkan barang.
"Ambil air, Ton! Cepet padamin sebelah sono!" Entah siapa lagi yang berteriak. Gue bingung. Terlalu banyak orang. Terlalu ramai.
"Indah! Indah!" Gue memanggil bocah itu berulang kali. Api semakin membesar, hingga pintu masuk pun menjadi merah membara. Api menyelimuti rumah Toni.
"Kak Cristal, Indah takut," ucap Indah dengan suara bergetar.
Gue memeluk tubuh ringkih Indah, tapi api semakin membesar. Melalap setiap inci bagian rumah. Atap runtuh menimpa gue dan Indah. Kobaran api semakin membumbung tinggi, menyambar tubuh gue.
"Tolong! Tolong!" gue berteriak sekeras mungkin, tapi nggak ada seorang pun yang datang menolong. Tubuh gue diselimuti kobaran api. Panas. Rasanya sungguh nggak tertahankan.
"Tolooong! Panas!"
"Mbak ... Cristal! Mbak Cristal!"
Samar-samar gue mendengar seseorang memanggil gue. Namun, suaranya sangat jauh. Gue nggak bisa menggapainya.
"Mbak ... Mbak Cristal!"
Goncangan di bahu membuat gue tersentak. Mata gue nyalang menatap langit-langit kamar. Napas gue memburu nggak beraturan dengan detak jantung yang meningkat. Gue di mana? Tadi itu apa? Apa gue mimpi lagi?
"Mbak Cristal, minum dulu." Juwita membantu gue duduk, lalu menyerahkan segelas air mineral.
Gue menerima gelas dengan tangan masih gemetar akibat mimpi buruk barusan. Sudah lebih dari seminggu ini—sejak pulang ke rumah—pasti kejadian itu terulang lagi dalam tiap gue tidur. Entah itu siang atau malam, selalu saja membuat gue kembali teringat semuanya.
Padahal di hari ke dua, gue sudah memerintahkan Bi Minah untuk membuang seluruh benda yang nggak lagi berguna. Segala tetek bengek yang berhubungan dengan Gyan pun sudah dikeluarkan dari kamar.
"Mimpi buruk lagi, Mbak?" Juwita menerima gelas yang telah gue tandaskan, lalu meletakkan ke nakas samping tempat tidur.
Jarum jam menunjukkan pukul dua, pantas saja di luar masih gelap. "Lo balik tidur lagi saja, Ju."
Kasihan juga Juwita, setiap malam pasti terganggu dengan teriakan gue. Bahkan di hari ke dua dia memutuskan tidur di lantai kamar, demi menunggui gue tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATASTROFE (TAMAT)
Ficção GeralBagaimana jika Queen of Socialita, mendadak hancur? Segala yang ia punya; kepercayaan diri, keceriaan, dan kemandirian serta limpahan cinta yang menjadikan dirinya nyaris berada di titik sempurna, harus lenyap karena satu bencana. Bisakah Cristal ba...