{1}

3K 480 76
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*


Arka melihat sosok Aksara yang berdiri di lapangan bersama beberapa siswa lain dari kejauhan. Kedua netra hitamnya begitu intens memandangi atensi salah satu sahabat karibnya itu.

"Arka..."

Tubuh Arka sedikit terserentak, namun ia buru-buru memasang senyum andalannya dan membungkuk sopan pada wanita yang ada di sampingnya.

"Iya, Bu"

Wanita yang menjabat sebagai salah satu guru di tempat Arka menimba ilmu itu tersenyum kecil menanggapi sikap santun yang Arka tunjukan.

"Hari ini, Ibu ada rapat dengan kepala sekolah. Nanti kamu kondisikan kelas, ya? Ini soal-soal latihan ujian sekolah bab integral, coba kalian kerjakan lalu bahas bersama-sama, oke?"

Arka menerima buku tebal yang disodorkan padanya sembari menganggukan kepalanya tanda bahwa ia mengerti.

"Baik, Bu. Saya akan laksanakan"

Setelahnya, guru matematika itu kembali masuk ke dalam kantor. Meninggalkan Arka yang sekali lagi memperhatikan Aksara yang sekarang sedang berlari keliling lapangan.

"Kamu itu sudah pintar. Kamu pasti bisa masuk kedokteran. Jangan terlalu memforsir tenagamu, Aksara."

Arka bergumam pelan. Lalu ia berbalik pergi sembari membuka buku cetak di tangannya untuk mencari halaman berapakah yang berisikan soal latihan ujian sekolah bab intergral yang harus ia sampaikan pada teman-teman sekelasnya.

Larut dalam angka, membuatnya tak sadar kalau ia sudah ada di depan kelas. Buku itu ia tutup, kemudian tangannya terangkat untuk mengetuk tiga kali pintu kayu berwarna putih gading yang ada di depannya.

Ia masuk dan menghampiri guru yang sedang membahas contoh soal-soal hots mengenai Alkana, Alkena, dan Alkuna.

"Sudah selesai?" Tanya guru laki-laki itu.

"Iya, Pak. Maaf mengganggu pembelajaran yang sedang berlangsung." Balas Arka sopan.

"Tidak masalah. Bapak memakluminya. Silahkan duduk kembali, Nak"

Setelah mengucapkan terima kasih, Arka pun duduk di bangkunya yang ada di barisan ketiga dan kembali membuka buku pelajarannya.

"Arka, tadi disuruh ngapain?" Tanya Mahesa, teman sebangkunya.

"Bu Rifka ada rapat. Nanti jam ke-4, kelas aku yang ambil"

Mahesa mengangguk mengerti. Ia sudah biasa melihat Arka yang sering dipanggil guru lain ketika kelas masih berlangsung. Ya mau bagaimana lagi, sahabatnya ini terlalu rajin dan begitu menurut pada titah orang yang lebih tua.

Tak terasa tiga jam berlalu. Mata pelajaran kimia di pagi hari akhirnya selesai. Ada jeda 15 menit untuk memulai pelajaran ke-4. Arka membuka buku cetak yang ada di kolong mejanya dan mencoba memahami apa yang ditulis di sana.

Ia sedikit melirik Mahesa yang tengah bermain ponsel dengan santai.

"Mahesa, tadi aku lihat Aksara. Dia terlambat"

Mahesa tersedak air liurnya sendiri. Ia mematikan ponselnya dan menoleh ke arah Arka yang masih fokus itu dengan wajah terkejut.

"Serius? Seorang Aksara telat?"

"Hm, sepertinya dia begadang lagi. Dan mungkin suara alarm tak berhasil membangunkannya"

Baru saja Mahesa ingin bertanya lagi, namun Arka berdiri dan berjalan ke depan kelas untuk menyampaikan tugas yang harus dikerjakan.

Kelas ini memang berisikan para siswa yang patuh dan penuh ambisi. Persaingan begitu terasa ketika pembelajaran berlangsung. Namun yang istimewanya, para siswa di kelas ini sangat solid. Tidak ada yang namanya saling menjatuhkan, persaingan di sini dilakukan secara sehat.

Mahesa sedikit berdecih ketika Arka sedang menulis di papan tulis. Padahal ia ingin mengobrol, tapi ya salah dia juga. Pembelajaran kan masih berlangsung.

"Dasar anak persidangan. Untung lo sahabat gue, Arka." Gumam Mahesa yang setelahnya fokus memahami apa yang disampaikan Arka.

~~Arkasena~~

Arka dan Mahesa sedang berjalan menuju kantin. Para siswa yang berlalu lalang baik itu teman seangkatan atau adik kelas beberapa kali menyapa keduanya. Lebih-lebih siswi perempuan yang akan malu-malu ketika sapaan mereka dibalas oleh Arka dan Mahesa.

"Mahesa, Arka! Sini woy!"

Terdengar suara tiakan melengking yang membuat Arka dan Mahesa menoleh. Ternyata pelaku keributan tadi adalah Dhimas. Mahesa mengumpat pelan melihat tingkah tidak tau malu Dhimas.

"Bukan teman gue"

Gumaman itu dibalas tinjuan pelan dari Arka yang tertawa geli. Keduanya menghampiri Dhimas yang tidak sendirian. Ada Sean, Juna, dan Bima yang sedang memakan makanan mereka.

"Eh, ada bang Arka." Sapa Bima dengan mulut yang tersumpal batagor.

"Arka doang nih yang disapa?" Sindir Mahesa.

"Siapa ya?" Tanya Juna meledek lalu melakukan tos bersama Bima.

Mehesa yang kesal, melempar gumpalan tissue pada keduanya membuat Arka dan Dhimas tertawa. Sean? Jangan diusik, dia sedang makan siomay dengan hikmat.

"Aksara dimana?" Tanya Arka bingung.

Sean yang mendengar nama Aksa disebut langsung menoleh. Remaja itu akan selalu antusias jika ada yang membahas atau menanyakan Aksa. Katanya, Aksa itu salah satu role modelnya selain Arka.

"Bang Aksara di UKS. Tadi bang Aksara telat, terus pas dihukum kecapean. Huhuu gue yang liat jadi ngga tega."

Arka terdiam sejenak setelah mendengar itu. Tiba-tiba ia berdiri dan mengambil ancang-ancang untuk pergi.

"Mau kemana, Ka?" Tanya Mahesa.

"Menjenguk Aksara. Makanan mu biar aku yang pesankan."

"Heh, lo belum makan." Cegah Mahesa lagi.

"Aku akan pesan makanan juga. Tapi aku makan di UKS saja."

Arka langsung pergi, meninggalkan Mahesa, Dhimas, Sean, Juna, dan Bima yang hanya bisa menghela napas melihat Arka yang selalu mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri.

Dari jauh, Arka kini tengah membawa plastik yang berisikan beberapa sandwich dan juga dua botol susu coklat. Ia Membuka pintu UKS dengan pelan.

Tubuhnya mematung sejenak melihat sesuatu yang ada di depannya. Tak lama ia tersenyum tipis sambil berjalan menghampiri sosok Aksara yang duduk dengan seragam yang di lepas.

Arka merebut obat yang ada di tangan Aksara membuat remaja dengan nama lengkap Aksara Dwi Natanegara itu terkejut.

"Arka..."

Yang dipanggil tidak menyahut dan malah duduk di sampingnya.

"Balik badan cepat." Titah Arka.

Aksara tersenyum lemah, lalu ia memunggungi Arka yang langsung mengoleskan obat tadi pada punggungnya. Punggung yang terdapat banyak sekali luka sabetan dari Ayahnya tercintanya.

TBC

Jangan salah bedain Arka sama Aksa ya🤗

DAMAGRANTI || PJSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang