DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT
HAPPY READING
*
*
*
*
*Arka menatap gedung besar yang ada di hadapannya dengan perasaan tak karuan. Inilah hari pertempurannya. Beberapa kali ia menghela napas mencoba untuk mengendalikan dirinya yang gugup setengah mati.
Ia mencoba untuk tenang dan mengikuti semua intruksi dari pengawas. Sejujurnya ia ragu pada dirinya sendiri.
Masalah bertubi-tubi kemarin berhasil merobohkannya. Emosi dan tenaganya terkuras habis. Dan semua materi yang udah ia persiapkan buyar di detik-detik terakhir.
Klik
Arka ternganga ketika melihat soal yang diujikan jauh berbeda dengan apa yang ia pelajari selama ini. Materi sulit yang sudah ia kuasai dan ia percaya akan keluar dengan bobot nilai yang tinggi justru tidak ada satupun.
Dengan kepercayaan diri yang tersisa, Arka mulai memgerjakan semua sub tes dengan tenang. Hawa dingin dan mata lelah melihat naskah teks yang panjang juga membuat Arka tak fokus.
Tak terasa waktu untuk mengerjakan sudah habis. Arka membereskan alat tulis dan berkas yang ia bawa lalu keluar dari ruang ujian dengan tertib bersama peserta yang lain.
Langkah lunglainya membawa ia ke penitipan tas yang ada di depan gedung ujiannya. Mengucapkan terimakasih pada staff karena sudah menjaga barang-barang berharga miliknya dan orang lain yang juga mengikuti ujian hari ini.
Kedua netranya tak sengaja melihat Dhimas dan Dodi yang berjalan bersama menuju keluar universitas. Ingin rasanya ia menghampiri dan mengajak sang sahabat untuk berbincang.
Namun, Arka terlalu takut. Jadi ia hanya berjalan beberapa meter di belakang keduanya dengan kepala menunduk.
Karena yang ia lihat hanyalah jalanan aspal, Arka tak sadar jika sosok Dhimas kini sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Ngapain lo ngikutin gue?"
Tubuh Arka membeku. Langsung saja ia mengubah raut wajahnya agar menjadi sedatar mungkin. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Dhimas.
"Ini jalan ke luar univ. Gue mau pulang, bukan ngikutin lo."
Arka tau kalau Dhimas mendengus kesal dengan ekspresi tak suka padanya. Sementara Dodi hanya diam melihat Arka dan Dhimas yang mengeluarkan aura tidak baik.
"Kenapa lo begini sama gue?" tanya Arka memberanikan diri.
Dhimas menatap tajam Arka. Entah kenapa melihat wajah remaja itu membuatnya marah.
"Kalau lo ngga pernah bohongin gue dan yang lain, gue ngga akan begini bangsat."
Rasanya Arka ingin berteriak pada Dhimas, mengatakan kalau ia melakukan hal itu karena ada alasannya tersendiri. Ia hanya ingin hidup lebih baik terlepas dari masa kelamnya di SMP.
Toh jika Arka memberitahu, tak ada jaminan kalau mereka mau menerimanya dengan tangan terbuka, bukan?
"Ngga bisa bales kan lo? Hahaha gue sakit hati dan ngga nyangka kalau sahabat gue nyembunyiin hal sebesar ini."
Setelah mengatakan itu, Dhimas berbalik pergi lalu disusul Dodi di belakangnya. Meninggalkan Arka yang kini menatap punggung Dhimas dengan sendu.
"Lo boleh benci gue, Dhim. Kalian boleh benci gue. Tapi gue ngga akan pernah bisa benci kalian. Gue akan selalu menunggu kalian nengok ke belakang dan nganggep gue sahabat lagi."
~Arkasena~
Arka duduk di sebuah taman sepi sendirian. Di hadapannya sudah tersaji nasi bungkus dan satu botol air mineral yang ia beli tadi.
Sedari tadi, remaja itu hanya diam menatap makanannya dengan pandangan kosong. Dalam hati Arka kecewa. Ekspetasinya yang membayangkan bahwa ia dan Dhimas akan makan siang bersama setelah tes lalu melakukan panggilan video bersama yang lain hanya tinggal rencana.
"Nasib gue miris banget ya..." lirih Arka sambil terkekeh pelan.
"Gue tinggal jauh dari sanak saudara. Gue harus menghadapi ejekan dan hinaan orang sendirian. Bahkan untuk sekedar dateng ke makam orang tua gue aja, ngga bisa."
"Ternyata gue kuat juga hahaha..."
Kepalanya tertunduk lesu. Ia menghapus kasar air mata yang turun tanpa izin ke pipinya. Mencoba mengalihkan rasa sedihnya, Arka pun membuka ponsel yang belum ia sentuh sama sekali.
Jangan tanyakan kabar hati Arka sekarang. Rasanya begitu sakit bak ditusuk dengan kawat tanpa henti. Tapi ada sebuah kemajuan, dimana Arka tak menyalahkan keluarganya maupun Yang Maha Kuasa sama sekali.
Arka percaya bahwa semua yang ia alami pastilah ada hikmahnya. Salah satunya sudah ia rasakan. Kalau saja ia tak mengalami luka yang masih tergores seperti sekarang, ia mungkin tak akan tau kisah pilu ayah dan grandpanya. Dan mungkin di hatinya masihlah tertanam kebencian mendalam pada kelurganya sendiri.
Arka juga percaya, suatu saat semuanya akan berbalik ke padanya. Ia berharap, ia bisa ditemani dan ditolong.
Entah oleh siapa. Mau itu sosok manusia biasa seperti dirinya, atau Malaikat yang diutus Tuhan untuk membawanya pulang kepangkuan-Nya.
TBC
A/N : Hi guys hi ladies....😘 rencana book baru nih, debutin tidak ya????
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAGRANTI || PJS
Fanfiction[DILARANG MENIRU ALUR DAN ASPEK DALAM CERITA INI. JADILAH SEORANG PEMBACA DAN PENULIS YANG BIJAKSANA] ~Enhypen lokal fanfiction~ Mengisahkan tentang Arkasena. Remaja biasa dengan segala lika-liku kehidupannya. Start : 26 Juni 2021 End : -