{16}

1.2K 341 179
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Arka mematut dirinya di depan cermin. Dirinya kini mengenakan kemeja hitam dan dibalut oleh jas berwarna senada yang membuatnya terlihat menawan.

Sedari tadi ia menghembuskan napas dengan kasar melawan rasa gugup yang melandanya. Hari ini adalah hari wisuda, dan ia memutuskan untuk datang. Sekedar melihat apakah ia masih bisa diterima atau tidak.

"Ka, lo pasti bisa!" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Dengan langkah pasti, Arka berangkat menuju sekolah yang sudah ramai oleh teman-teman seangkatannya yang tengah bercengkrama sembari memamerkan tampilan mereka.

Andai saja tak ada masalah ini, Arka mungkin sudah dipuji habis-habisan oleh para gadis karena penampilannya yang luar biasa. Namun, semuanya hanyalah andai.

Remaja itu berusaha menutup telinganya dan memilih untuk duduk di kursi yang terletak di pojok. Berdiam diri sembari menunggu acara dimulai.

"Eh siapa nih? Punya nyali juga lo buat dateng."

Arka menghela napasnya, tak tertarik untuk sekedar melirik pada kevin dan teman-temannya yang sempat terlibat perkelahian sengit dengannya di atap sekolah waktu itu.

"Gue lagi ngga mau ribut."

Balasan Arka malah disambut dengan tawa mengejek oleh mereka. Kevin mendekat dan tersenyum miring.

"Gue? Seorang Arkasena udah bisa ngomong begitu ya? Padahal dulu gaya lo udah kaya mentri di kabinet pake panggilan aku-kamu atau saya-anda. Apa ini diri lo yang sebenarnya?"

"Bukan urusan lo."

Dapat ia lihat melalui ekor matanya, jika segerombolan siswa tadi mulai terpancing emosi. Namun, Arka tak peduli. Nama baiknya sudah tercoreng, kenapa tidak dilanjutkan saja hingga hancur tak bersisa?

"Ngga kaget sih gue. Lo kan keturunan penjahat, kelakuan lo pasti sebejat ayah sama kakek lo, hahaha"

Kedua tangannya terkepal erat. Setelah semua rahasia yang terkuat mengenai silsilah keluarganya, mana bisa Arka diam saja ketika orang asing menghina mereka yang sudah berpulang? Dengan lirikan tajam, Arka membalas tanpa rasa ragu.

"Anjing aja berduka ketika kawanan atau pemiliknya tiada, kenapa lo yang seorang manusia malah menghina sesama yang bahkan sudah tutup usia dan ngga ada lagi di dunia? Serendah itu ya kasta lo?"

Kalimat yang dilotarkan Arka sukses membuat siswa yang mendengarnya terdiam. Entah itu karena tersinggung atau merenung.

Hampis saja Kevin menarik kerah Arka, sebelum suara menggema dari mic terdengar menandakan bahwa acara akan segera dimulai. Remaja itu bisa melihat jika Mahesa, Aksara, dan Dhimas duduk bersebelahan di depan sana.

Dalam hati Arka tertawa miris. Ia yang sudah menjadi salah satu garda terdepan untuk membantu dan menguatkan ketiganya kini hanya bisa terpaku jauh dibelakang, memandangi bahu tegap yang pernah ia kokohkan.

Tak ada ekspresi antusias atau apapun saat acara berlangsung. Hingga sesi pembagian ijazah dan juga bingkisan untuk para siswa tiba, hanya satu yang Arka harapkan. Semoga namanya dipanggil dan menerima hasil kerja kerasnya selama tiga tahun ini.

Satu persatu siswa mulai dipanggil ke depan beedasarkan kelas. Namun saat giliran kelasnya, nama Arka sama sekali tidak disebutkan. Padahal Arka ada di absen awal, namun namanya seakan tak hilang dan tak diperdengarkan.

DAMAGRANTI || PJSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang