DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT
HAPPY READING
*
*
*
*
*
Arka melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya. Sudah pukul 1 dini hari. Ia menutup buku catatan soshum yang ia buat sendiri untuk menghadapi ujian tulis masuk perguruan tinggi nanti. Sembari menghela napas, kaca mata beningnya ia lepas lalu memijit kepalanya yang agak pening.Netranya melirik buku bersampul biru yang terletak di tumpukan buku paling atas. Ia mengambil dan membukanya lembar demi lembar.
Tangannya meraih sebuah bolpoin berwarna hitam kemudian ia gunakan untuk menulis.
18 Februari
Hai Arkasena... bagaimana hari ini? Jangan khawatir, kamu sudah melakukan yang terbaik.
Kamu lelah? Sabar, ya... sedikit lagi kok. Setelah selesai ujian praktik dan ujian sekolah, kamu harus mereview kembali materi soshum yang kamu pelajari.
Jangan pernah berfikir salah jurusan, ya? Tidak ada ilmu yang sia-sia di dunia ini. Anggap saja ini sebagai bentuk perjuangan dan pengorbanan mu dalam meraih kehidupan yang kamu inginkan.
Kalau kamu masuk pemeringkatan, gunakan kesempatan itu dengan baik. Pilih universitas dan jurusan yang benar-benar kamu inginkan. Jangan asal pilih. Kalau memang tidak lolos snmptn, tidak apa-apa. Berarti Tuhan menginginkan kamu untuk berjuang di sbmptn.
Arka... jangan lupa semangati Aksara dan yang lainnya ya. Mereka butuh kamu.
Setitik air mata jatuh dan membasahi lembar kertas putih di bawahnya. Dengan cepat, Arka menghapus kasar kristal bening yang kini mendesak keluar lebih banyak.
Kepalanya ia dongakan untuk mencegah hal itu terjadi. Setelahnya ia tutup buku yang merupakan diary miliknya dan ia taruh kembali ke tempat asal.
Arka naik ke kasur. Menyelimuti diri dan mematikan lampu kamarnya. Bersiap menyelami mimpi sekaligus berharap bahwa ia akan bertemu kedua orang tuanya di sana.
"Ayah, ibu, datang ya.. Arka rindu"
Remaja itu tak sadar, jika ada laki-laki tua yang menitikan air mata di luar kamarnya. Laki-laki yang selalu Arka panggil kakek itu awalnya berencana untuk menjenguk sosok yang sudah ia anggap cucu sendiri.
Namun kenyataan bahwa Arka kesepian, hanya bisa bercerita dengan diri sendiri lewat sebuah buku membuatnya berpikir kalau selama ini Arka terlalu banyak memendam semuanya sendirian.
Apalagi keinginan sederhananya setiap malam untuk bisa bertemu orang yang disayanginya membuat hati laki-laki tua itu seperti disayat-sayat.
"Jangan menyerah, Nak... Aku akan selalu bersama mu."
~~Arkasena~~
"ARKA! BREAKING NEWS BREAKING NEWS"
Arka yang baru mendudukan diri di bangkunya menyeringit bingung ketika Mahesa berlarian menghampirinya dengan wajah berbinar-binar.
"Ada apa Mahesa?"
Kedua bahunya dipegang Mahesa, Arka menunggu jawaban pertanyaannya dari seseorang yang kini sedang mengatur napasnya sendiri.
"Lo... lo masuk pemeringkatan!"
"Hah?"
Mahesa merasa gemas sendiri ketika sahabatnya itu malah melongo. Dengan cepat ia menarik tangan Arka dan membawanya lari menuju koridor utama.
Banyak anak kelas 12 yang tengah berkerumun di papan pengumuman. Dengan tengilnya Mahesa menerobos lautan manusia di hadapannya dengan Arka yang mengikuti di belakang.
"Nih, liat! Lo masuk peringkat buat ikut SNM! Selamat!!!!"
Arka menutup mulutnya sendiri ketika melihat namanya terpampang jelas di papan. Rangking 5 dibawah deretan 4 nama siswa yang memang dikenal paling jenius di sekolahnya, termasuk Aksara.
Netranya bergulir kebawah, dan Arka berteriak heboh ketika melihat nama Mahesa juga ada di sana, tepatnya di nomor 25.
"MAHESA! KAMU JUGA MASUK!"
Kedua remaja itu saling berpelukan sambil mengucapkan selamat satu sama lain. Namun Arka teringat sesuatu, ia kembali melihat papan dan mencari nama yang ada dipikirannya.
Ia telusuri dari rangking atas sampai rangking bawah sembari bergumam.
"Aksara nomor 4, Aku, Mahesa, Dhimas....? Dhimas tidak masuk?"
Mahesa yang mendengar gumaman itu terhenyak, lalu ia juga berusaha mencari nama Dhimas di papan. Dan ternyata nihil. Dhimas tidak masuk dalam rangking siswa untuk bisa mendaftar SNMPTN.
Arka dan Mahesa saling berpandangan. Selanjutnya mereka bergegas ke arah kelas Dhimas, namun bel berbunyi. Dengan terpaksa keduanya menunda rencana mereka dan masuk ke dalam kelas.
Mahesa memperhatikan Arka yang menjadi sangat diam. Ia merangkul sahabatnya itu dan berusaha menenangkannya.
"Ngga usah overthingking. Dhimas pasti baik-baik aja. Nanti kita semangatin dia bareng-bareng sama yang lain"
Arka melirik Mahesa yang sedang tersenyum padanya. Mau tak mau, ia pun membalas dengan senyuman kecil.
Rasa tidak enak menyerangnya. Ia tahu kalau keputusan pemeringkatan ini berdasarkan nilai dari semester 1 hingga 5. Tidak ada yang bisa mengubahnya. Kalau tidak masuk berarti nilainya tidak mencukupi.
Tapi mengetahui kalau Dhimas menjadi salah satu siswa yang tidak masuk pemeringkatan membuat Arka merasa sedih.
Saat masih di kelas 11, Ia, Mahesa, Aksara, dan Dhimas pernah berjanji untuk bertemu kembali di universitas yang sama. Dan fakta bahwa Dhimas belum bisa menyusul langkah yang lain, mambuat Arka tak tega.
Semoga sahabatnya itu tegar, dan bangkit untuk berjuang di jalur masuk yang lain.
TBC
Biar ngga bingung, di narasi Aksa aku ganti jadi Aksara.
Aksara = Jake
Arka/Arkasena = JayBtw nulis kisah mereka aku jadi flashback:)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAGRANTI || PJS
Fanfiction[DILARANG MENIRU ALUR DAN ASPEK DALAM CERITA INI. JADILAH SEORANG PEMBACA DAN PENULIS YANG BIJAKSANA] ~Enhypen lokal fanfiction~ Mengisahkan tentang Arkasena. Remaja biasa dengan segala lika-liku kehidupannya. Start : 26 Juni 2021 End : -