DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT
HAPPY READING
*
*
*
*
*
Ada yang berbeda dengan Arka hari ini. Ia datang ke sekolah dengan seragam yang dilapisi hoodie hitam. Yang biasanya ia berjalan dengan kepala mendongak dan sesekali menyapa para siswa yang ditemuinya, kali ini Arka hanya menunduk tak berani menampilkan wajahnya pada orang lain.Ia tidak percaya diri. Apalagi disetiap langkahnya, akan terdengar bisik-bisik dari para siswa yang tengah membicarakan dirinya.
Bahkan sampai di kelas, ia mendapati seluruh mata tertuju padanya. Dengan langkah cepat, Arka langsung menuju bangkunya kemudian menidurkan kepalanya di meja.
Berusaha menutup mata dan telinganya. Arka mensugestikan dirinya sendiri untuk acuh dan sabar pada keadaan. Tinggal beberapa hari lagi ia berangkat sekolah. Ia harus bisa menahannya.
Ketika bel masuk berbunyi, Arka membuka matanya dan melihat sekitar. Hatinya sakit saat menemukan Mahesa yang sekarang duduk bersama siswa lain.
Dalam hati ia tertawa. Jadi ini adalah ujung dari persahabatan 3 tahun mereka? Lucu sekali.
Karena memang tidak ada KBM, Arka memutuskan untuk keluar dari kelas. Wajahnya begitu datar dan auranya gelap. Netranya terarah fokus ke depan. Kedua tangannya mengepal erat.
Arka pergi ke atap sekolah. Mencoba menjauhkan diri dari keramaian. Ia duduk di tepi dengan kaki yang terjulur ke bawah.
Ia menghela napasnya. Usahanya selama 3 tahun untuk memulai hidup yang lebih baik hancur hanya karena satu menfess. Image, reputasi, dan persahabatannya kacau.
"Kalaupun aku cerita, kalian tidak akan percaya."
Arka tidak ada niatan untuk menangis. Dia hanya bisa diam menahan segalanya. Melihat Mahesa membuatnya yakin, kalau ke-lima sahabatnya yang lain juga bereaksi sama.
Arka tidak punya sekutu, dia sendirian sekarang.
Tangannya membuka ponsel yang belum ia sentuh sama sekali. Berusaha menguatkan hati melihat base kembali.
Arka hanya bisa tersenyum. Itu adalah potongan berita yang sama tiga tahun yang lalu. Sebuah berita dimasa lalu yang juga berhasil merebut masa kanak-kanaknya kini perlahan juga menghancurkan masa remajanya.Padahal berita itu ada di negara lain dan terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Kenapa manusia-manusia berotak dangkal itu dengan cepat menarik kesimpulan padahal sebenarnya itu bukan urusan mereka?
"Woah siapa yang kita temukan!"
Arka memejamkan matanya sejenak sambil menaruh kembali ponsel ke sakunya.
"Here we go again"
Arka berdiri dan berbalik. Menemukan segerombolan anak laki-laki yang terkenal berandal tengah menatapnya dengan pandangan remeh.
Ketika Arka mencoba berlalu pergi, kerah seragamnya langsung ditarik dan ia dibanting ke lantai. Dengan cepat ia kembali berdiri dan sedikit merapihkan seragamnya.
"Mau apa?" Tanya Arka datar.
Salah satu dari mereka yang berdiri paling depan tertawa keras. Setelahnya berjalan mendekat pada Arka dan kemudian menoyor kepala Arka ke belakang. Tidak sopan memang.
"Lupa lo sama gue? Kevin, orang yang lo laporin ke Sean pas lagi nyebat dan gue diskors gara-gara itu. Inget, ngga?"
Arka membisu. Dia ingat siapa siswa di depannya. Siswa yang 2 bulam kemarin ia pergoki sedang merokok di halaman belakang. Bukankah peraturan melarang para muridnya melakukan hal itu?
Wajar bukan Arka melaporkan pada Sean yang notabennya adalah ketua OSIS? Apa yang salah?
Namun Arka sama sekali tak menjawab. Ia hanya diam menatap siswa di hadapannya dengan datar. Sayangnya hal itu membuat si siswa naik pitam. Dan setelahnya, Arka jatuh tersungkur ketika sebuah bogeman mentah mendarat di pipi kirinya.
Ia menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Secepat kilat, Arka bangkit dan membalas mereka. Satu lawan tujuh? Jangan khawatir, Arka bisa mengatasinya.
Hal seperti ini bukanlah hal yang sulit baginya. Ia pernah dikeroyok lima belas preman dan akhirnya dia yang menang. Dibalik sifatnya yang ramah dan humble ada sisi gelap yang mengerikan dari sosok Arkasena.
Tak sengaja, Arka melihat ke arah pintu yang menjadi jalan masuk dan keluar dari atap sekolahnya. Di sana Ada Sean yang memandangnya.
Arka mencoba memanggil, tapi ia harus menyelesaikan perkelahian ini. Dan tak sadar jika Sean berbalik pergi entah kemana.
Kini tersisa Arka dan juga siswa bernama Kevin. Ke-enam siswa yang lain sudah tumbang, dan keduanya bertarung sengit.
Kevil berhasil menendang perut Arka membuat remaja itu sedikit terhuyung ke belakang. Namun, Arka membalas lebih brutal. Ia menindih Kevin dan memukul wajah remaja itu tanpa ampun.
"KALIAN BERDUA HENTIKAN!"
Suara keras itu menginterupsi baku hantam yang masih berlangsung. Arka didorong mundur oleh seorang siswa yang memakai topi PMR.
Di hadapannya, ke-tujuh siswa tadi digotong oleh para siswa yang menjadi PMR di sekolahnya. Sementara dia? Hanya diam terduduk dengan napas yang memburu.
Tiba-tiba ia dipaksa berdiri oleh guru yang berteriak tadi. Arka menatapnya, guru itu adalah salah satu guru kesiswaan yang terkenal tegas. Dan satu tamparan mendarat di pipi Arka yang sudah terlukis banyak memar.
"Bapak tidak percaya kau seperti ini Arkasena! Ikut bapak ke ruang konseling, kau harus mendapat ganjaran! Jangan sampai kau juga menjadi kriminal seperti keluargamu!"
Hati Arka serasa disayat-sayat saat mendengar kalimat menyakitkan keluar dari lisan seorang guru yang notabennya menjadi orang tua kedua anak-anak di seluruh dunia.
Arka ditarik dengan kasar. Ia hanya diam. Apalagi saat melihat Sean hanya diam berdiri di sana.
Detik itu juga Arka sadar, bahwa bekas luka lamanya akan dibuka kembali oleh orang-orang yang ada disekitarnya.
Termasuk para sahabat yang dulunya ia bantu dan ia lindungi kini akan masuk dalam daftar orang-orang yang menghancurkan Arkasena secara perlahan.
TBC
Semoga kuat nulis scene bully
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAGRANTI || PJS
Fanfiction[DILARANG MENIRU ALUR DAN ASPEK DALAM CERITA INI. JADILAH SEORANG PEMBACA DAN PENULIS YANG BIJAKSANA] ~Enhypen lokal fanfiction~ Mengisahkan tentang Arkasena. Remaja biasa dengan segala lika-liku kehidupannya. Start : 26 Juni 2021 End : -