Ukiran Sembilan

42 15 3
                                    

Ukiran Sembilan:Bawakan Kisah tentangPatung Pahlawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ukiran Sembilan:
Bawakan Kisah tentang
Patung Pahlawan



Tangannya kini mengambil alih ukiran yang belum rampung kubuat. Itu pun juga karena dirinya.

"Pak B.J. Habibie ya?" retorisnya. Ia menatap lekat ukiran tersebut sambil tersenyum tulus.

"Bagiku kakak itu seperti patung pahlawan." Aku mengerutkan keningku. "patung pahlawan yang sampai kapanpun selalu diingat, selalu jadi panutan, monumen paling indah yang pernah ibu dan ayah buat."

"Tidurlah," ucapku bergetar.

"Ta-" "Tidur!" Potongku. Ia langsung mengangguk lalu berlalu keluar.

Untuk kali pertama aku mengunci kamarku. Bendunganku kini tak dapat tertahan. Kucoba menahan sekuat tenagaku agar suaranya tak terdengar. Entah sudah berapa lama beningan ini tak pernah tumpah. Namun, saat ini aku benar-benar merasa menjadi manusia paling menjijikkan, paling hina.

Monumen paling indah katanya? Bolehkah aku tertawa paling keras?
Menertawakan diri yang penuh tipu daya.
Pada nyatanya diri ini sangat begis.

Bungsu, kalau kamu tahu Sulung yang sebenarnya, apa kamu yakin tidak akan membencinya? Masihkah kamu mau memujinya?

Bungsu, kamu terlalu berlebihan. Terlalu cepat ambil kesimpulan. Kamu tak tahu apa apa. Padahal diri ini isinya hanya selalu beradu nasib denganmu.

Aku meringkukkan tubuhku disudut kamar. Jeritku malam ini ditemani suara gemuruh tanpa tangis alam. Seakan semesta saat ini sedang memarahiku.










Kuingin Sejenak Sesak ini tabu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuingin Sejenak
Sesak ini tabu

[disemogakan dua ukiran lagi
semoga tidak bosan]

SEJENAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang