Ch. 4

1.6K 243 46
                                    

Catatan : setelah perdebatan batin yang sangat alot— akhirnya cerita ini aku putuskan untuk tetap di publish dengan catatan cerita akan diperpadat.

Selamat membaca— maaf dengan ketidak jelasan Jana🙏🏻

Hyunjin sakit— dalam tanda kutip panas dingin, bergerak pun rasanya susah ketika mau mengambil makanan ke arah dapur. Ponsel yang dari lima belas menit lalu berdering tak di gubris Hyunjin sedikitpun.

Berkas kantornya ia geletakkan begitu saja di meja kerja dekat jendela. Terlalu lama sampai Hyunjin mau terlelap lagi karena kepalang pusing bel pintu rumah berbunyi nyaring.

"Aku tidak sanggup..." Hyunjin mengeluh, peluh keringatnya menetes jatuh.

Bel kedua terdengar— kepala Hyunjin mau pecah ketika kaki ia pijakkan sampai depan kamar.

"Sedikit lagi— sebentar" cicitan kata agar orang diluar menunggu sabar tentu tak terdengar.

Sampai akhirnya Hyunjin menggapai interkom membukakan kunci.

Klek

Hyunjin roboh terduduk depan Felix dan Yeonjin yang baru datang.

Kemudian semuanya gelap gulita.

Rasanya dingin, kepala Hyunjin sejuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya dingin, kepala Hyunjin sejuk. Bagian kaki dipijat dan tangan dielus elus.

Sampai sanggup membuka kelopaknya, Hyunjin mendapati wajah khawatir Felix dan Yeonjin yang tak berhenti bertanya.

"Uncle okay?"

"Uncle atit?"

"Uncle nanas?"

"Eunggg gimana?"

Terus menerus seperti itu sampai Felix menegur Yeonjin dan menyuruh anak cantik itu keluar kamar dan pergi bermain.

"Kenapa disuruh keluar?"

Mencoba bagun dengan bantuan sanggahan tangan Felix. Hyunjin terduduk dengan punggung ditempelkan ke bantal empuk.

"Dia akan bertanya terus dan kamu gak bisa istirahat"

"Jam berapa ini?"

"Delapan malam" Felix mengendik kemudian membawa baskom yang berisi air dingin dan sapu tangan keluar kamar. "Akan kubuatkan sup ayam, belum makan dari pagi kan"

YeonjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang