"Pwapi kita benel akan go?" Yeonjin duduk di sofa ruang tengah sambil nyemil chiki sedangkan Felix dan Hyunjin sibuk membuat beberapa bekal untuk pergi piknik bertanya dengan tangan yang penuh remah makanan papi kita bener akan pergi.
"Ya sayang— sabar ya"
"Ayayay" bilang Yeonjin menyanggupi permintaan Felix.
Setelah Yeonjin kembali fokus ke televisi, Felix yang sedang membuat Gimbab bertanya perihal sepeda karena Hyunjin sudah berjanji pada anak mereka bahwa akan membawa sekalian untuk main di taman.
"Hyun, sepedanya udah kamu taruh bagasi mobil?"
"Oh sh—" belum sempat umpatan Hyunjin selesai. Gimbab tuna milik Felix sudah melayang tepat ke mulut Hyunjin.
"Kenapa uncle?" Yeonjin yang menyadari kalau Paman kesayangannya itu tiba tiba terbatuk berlari mengahampiri.
Hyunjin sendiri sudah menepuk nepuk bagian dada dan mengambik air yang ada.
"Uncle okay? Ist bad?"
Yeonjin yang masih khawatir dan Hyunjin yang selesai meneguk segelas penuh air putih kemudian berkata. "Its okay sweetheart"
Yeonjin merasa puas bahwa sudah mengetahui keadaan pamannya, jadi berlalu begitu saja ke ruang tengah seperti sebelumnya. Sedangkan Felix sudah melotot sempurna ke Hyunjin.
"Language please"
"My bad, sorry"
Berdiri dari duduknya Hyunjin segera bergegas keluar rumah tanpa tau kalau Felix sudah menegur karena celemek bebek masih Hyunjin gunakan dengan santai.
"Hehehe gak sadar"
"Kebisaan" tutur Felix mendapat respot cengiran lebar Hyunjin.
Selang agak lama selesai tugas Hyunjin yang tertunda. Felix yang sudah merapikan bawaannya dan memotong kue setelah selesai di baking. Menyuruh Yeonjin untuk merasakan apakah makanan itu enak atau tidak.
Tapi bukan Yeonjin yang mendapat suapan malah Hyunjin yang menyerobot duluan di meja makan dari tangan Felix.
"Unclee!!!" Yeonjin berteriak lantang karena hak nya diambil.
Sedangkan Felix sudah cekikikan karena Yeonjin cemberut mirip sesuatu. Sesuatu yang Felix suka ketika menjaili si Hwang muda dulu.
Yang masih gak sadar dilihatin Felix karena terlalu fokus menghindari kejaran Hyunjin.
Selesai dengan adegan ayah dan anak yang berakhir Yeonjin diangkat tinggi tinggi oleh Hyunjin. Hyunjin berujar sambil menghindari rambut panjang ditarik oleh si anak kecil.
"Enakkk"
Felix yang ikut senang bergabung bersama ayah dan anak itu. Sampai sampai Yeonjin yang secara tiba tiba diturunkan dari gendongan Hyunjin berganti Felix yang membuat si Lee terkejut setengah mati diangkat.
Mana Hyunjin sambil bilang "milikku milikku" ke Yeonjin kecil yang cuman melotot kaget dan segera menarik celana Felix agar turun dari gendongan Hyunjin.
"Pwapi— pwapi—" secara nyaring sampai suara anak perempuan itu melengking dan mulai menangis sesenggukan.
Hyunjin yang sadar berhenti tertawa dan Felix diturunkan.
Felix sendiri segera memeluk anaknya yang mempout lucu dengan pipi yang digembungkan dan berderai air mata. Dramatic sekali seperti Felix akan diambil Hyunjin beneran saja.
"Nggak, nggak kok sayang. Papi punya yeonnie— eungg" hidung Felix digesek gesekkan ke hidung mungin Yeonjin yang masih sesenggukan.
Bahkan anak kecil itu sempat bertanya sebelum melanjutkan tangisnya "lelley?" Yang berarti really? Benarkah.
"Tentu saja" bisik Felix pelan.
Yeonjin tertawa, kemudian memeluk Felix dan memberikan muka ledekan miliknya dengan memelet ke Hyunjin.
"Yaa— neo!" Bukan maksud Hyunjin berteriak ia hanya sedang menegur dengan gaya lucu yang dibuat buat.
Berakhir Hyunjin ikut berjongkok bersama Felix dan Yeonjin yang masih berpelukan dan mencoba memeluk dengan lebar sekaligus keduanya.
Dan berkata lantang kemudian tersenyum senang "MILIKKU!!" Pada dunia.
Felix dan Yeonjin tertawa setelahnya.
Sampailah keluarga utuh namun tak sempurna itu ke Taman yang lumayan besar dan lebar.
Cuaca cenderung sejuk karena sudah musim semi.
Sepeda mereka ada dua. Satu sepeda gunung yang satu sepeda dengan keranjang dan tempat duduk Yeonjin.
Felix berkata kalau dirinya saja yang bersepeda dengan Yeonjin tapi anak perempuan yang pintar bertanya itu sudah naik bersama Hyunjin dengan sepeda keranjang yang memiliki tempat duduk anak kecil.
"Oke papi sendiri!" Ucap Felix kecewa karena anaknya tidak memilihnya.
"Pwapi, yahoooo~" kata ini diucapkan Yeonjin ketika Hyunjin mulai memggotak pelan.
Felix cuman bisa geleng geleng karena dirinya ditinggal dibelakang.
Semilir angin menerpa wajah ketiganya, untung taman tidak cenderung ramai. Jadi Felix bebas menyalip Hyunjin sesegera mungkin.
Berlomba memgitari taman siapa yang paling cepat sampai ke garis start. Felix tertawa puas karena terbukti ia menang.
Tau apa yang didapat sebagai hadiah lomba asal asalan ini, yaitu sikap Yeonjin yang memprotes kalau Felix curang.
"Pwapi laju laju uncle" tangan mungil itu sambil menepuk nepuk dada Hyunjin karena masih digendong. Melapor ke Hyunjin kalau terjadi ketidak adilan di permainan.
"Yeonnie kalah"
Mulai mendramatisir suasana anak perempuan itu hendak menangis tapi ditahan Felix yang berkata bahwa ia akan mengeluarkan makanan dan membuka tikar.
Jadilah tangisan itu tertunda, bersama Yeonjin yang minta turun dari gendongan dan membantu Felix menata makanan.
Selesai makan siang tanpa drama, syukurlah.
Felix mengupas buah.
Hyunjin berkomentar disebelahnya sambil melihat Yeonjin berlari larian bersama teman yang baru dikenal ditaman "Yeonjin lucu" senyum itu Felix tau sangat tulus.
"Tentu saja anak aku" kekeh Felix.
Hyunjin mengangguk angguk kemudian berkata lagi dengan pelan yang membuat hati Felix menghangat bersamaan "mirip kamu dulu gak mau ngalah kalau udah balapan sepeda sama aku— senyumnya sama, cara marahnya juga. Aku masih ingat banget"
Selesai Hyunjin berkata, mata keduanya bersiborok dan Felix jadi kikuk.
Mungkin entah karena terlalu terlihat Felix yang bergelagat aneh, Hyunjin yang sadar kalau salah bicara jadi si Hwang muda segera meminta maaf padanya "aku minta maaf untuk segalanya"
Sedangkan untuk jawaban si Lee adalah "aku juga"
Hari itu menyenangkan ditutup dengan pengakuan kalau perang mereka sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeonjin
NouvellesAda suatu hal yang membuat Felix seperti sedang kabur dari sesuatu yang bahkan tidak mengejar. Itu semata mata untuk melindungi Yeonjin putri kecilnya. kapalgetek ©