Ch. 7

1.6K 245 35
                                    

Happy bornday yongbokkie🥰
Baca chapter ini sambil dengerin
Day & Night— Jung Seung-hwan (geser gambar utama)

Hyunjin membuka pintu toko kue yang jadi langganan kakaknya untuk membeli cake vanilla. Setahu Hyunjin selama empat tahun di LA dirinya pacaran dengan Felix laki laki berfreckless cantik itu menyukai rasa yang selalu sama—

Hitung hitung sekalian permintaan maaf karena ternyata kerjaan Hyunjin tidak bisa ditunda dan memakan waktu hampir seminggu lamanya.

Menaruh pada bagian kursi paling belakang mobil agar tidak ketahuan Felix dan Yeonjin, itu adalah hal dasar yang Hyunjin lakukan ketika hendak mau memberi kejutan untuk orang orang tersayang.

Tepat waktunya ketika Hyunjin minta waktu menjemput Felix dikantor sekalian Yeonjin di taman kanak kanak.

Memutar kemudi ke arah kantor Felix, Hyunjin bersemangat hari ini karena tak sabar mendambakan wajah yang selalu berseri ketika diberi kejutan.

Seperti kenangan lama yang terus terbayang, Felix menghampiri Hyunjin dengan senang. Harapan Hyunjin masih sama, berharap bahwa tidak ada yang berubah pada cintanya.

Sesampai diparkiran, Hyunjin menunggu kurang lebih sejam yang kemudian baru di hampiri Felix yang terburu buru dan mengucap maaf. Tapi dengan tangan mungil itu penuh membawa banyak makanan.

"Apa itu?"

Felix menaruh box besar dengan plastik bening cantik di jok bagian belakang Hyunjin, alias baris ke dua di mobil disamping kursi duduk Yeonjin.

"Cake!!"

Felix bersemangat menjawab.

"Dan ini latte full cream!!" Menunjukkan pada Hyunjin dengan bangga, Felix girang di tempat duduknya.

Memakai seat belt dengan cepat, kemudian membuka penutup minuman agar bisa mencicipi cream manis yang warna putih.

"Tunggu apa lagi?"

Felix bertanya, tapi Hyunjin malah tidak menjawab dan berkata sebaliknya.

"Kamu dari mana?"

"Makan siang sama atasan aku yang kemarin ketemu distasiun, terus di belikan ini" jeda menunjuk minuman di tangan dan menunjuk ke bagian jok belakang "itu—cake vanilla"

"Ahhh begitu..." Hyunjin manggut manggut.

"Ayo, keburu Yeonjin nunggu"

Si Lee tanpa tahu kalau hati Hyunjin sedikit ngilu. Meski tak terucap— hujan air mata membasahi hati Hyunjin dengan begitu derasnya— begitu sakit, sedekat ini tapi Hyunjin merasa bahwa Felix begitu jauh.

Mengesampingkan yang terjadi, Hyunjin tetap harus menjalankan mobil ke sekolah Yeonjin.

Percakapan tentang kegiatan semingguan ke belakang pun tidak di tanya Felix, Hyunjin jadi kepikiran. Merangkan teori buruk apapun sampai sampai ditegur Felix saat lampu sudah hijau di traffict light.

Setelah sampai pun mobil berhenti di dekat taman kanak kanak Yeonjin. Felix disuruh Hyunjin menunggu untuk tidak buru buru turun karena masih ada waktu.

"Belum waktunya"

"Gak papa aku tunggu disana aja"

"Fel.."

Tangan Felix balik dari bagian penutup pintu mobil, yang kini sudah menghadap Hyunjin.

"Apa?"

"Itu cream di mulut kamu banyak..."

Mendapat teguran, Felix buru buru mengelap sembarangan yang membuat cream itu kemana mana.

Tangan Hyunjin terulur. Tapi belum sampai sudah Felix hadang.

Minuman di mulut se Lee juga belum selesai di teguk sepenuhnya, Hyunjin tau kalau hal yang ia lakukan akan membuat Felix tersedak seketika.

"Aku paham" ucap Hwang

Tindakan implusif selanjutnya adalah diluar nalar.

Gila gila gila— Hyunjin Hwang berani menyatakan perang kembali bahwa ia sudah dengan tidak sopan melumat bibir cerry penuh cream dengan memindahkan minuman latte di mulut Felix dan menegaknya dengan kasar lewat kerongkongannya sendiri.

Miring kanan miring kiri, yang memiliki marga Lee hanya mengikuti. Saat Hyunjin membawa pada ciuman panjang yang terjadi.

Tengkuk di rapatkan dengan tangan kanan, dan pinggang dengan tangan kiri, Hyunjin tidak paham balasan balasan antusias yang Felix berikan.

Tidak ada kejelasan...

Perasaan terlalu abstrak— tidak bisa Hyunjin uraikan karena sekarang yang di otaknya hanya Hyunjin yang merindukan Felix sebagaimana mestinya mereka harus bersama. Sekarang Hyunjin bersumpah ciuman awalnya dia tidak memaksa tapi Felix membiarkan dirinya bergeriliya— jadi apa salah? Tidak ada!

Mengambil jeda— Hyunjin tau nafas Felix memburu. Mencoba meraup oksigen yang banyak untuk paru paru, tapi Hyunjin seakan tidak mau tau karena rasa itu sudah terlanjur menggebu gebu jadi pangutan lain terjadi sampai selesai dan Hyunjin melepaskan— benang saliva terjalin antar bibir masing masing.

Felix tersedak dan Hyunjin hanya bisa berdeham sambil menelungkupkan wajah di kemudi mobil karena merasa sudah tidak bernyawa.

Felix tidak Hyunjin lihat kalau yang muda juga sempat grogi dan kaku mau membuka pintu, guna menghirup udara luar sekalian menjemput Yeonjin— yang sepertinya memang sudah menunggu.

"kaki aku lemah, kamu aja yang kesana" ucap Hyunjin menyerah yang tak mendapat balasan dari Felix karena sudah pergi dari sampingnya.

Hyunjin masih sama, taukah Felix bahwa cintanya masih gila tidak berubah bahkan jika dunia tidak ada— tapi di satu sisi Hyunjin takut jika ia menyatakan dengan gamblang ayo hidup bersama maka Felix akan menjauhinya, untuk kali kedua.

Masih dalam keadaan tidak baik baik saja hatinya, Hyunjin berusaha untuk membuat makan malam yang standar untuk keluarganya makan.

Hampir saja sutil melayang, Hyunjin berjingkat karena Felix menegur dirinya tidak pakai apron memasak.

"Baju putih mu bisa kotor kena minyak"

Hyunjin sadar kalau ia memakai kemeja kantor dan celana kain yang biasa di pakai.

Jadi Felix menyerahkan apron dengan santai.

"Gak bisa— tangan aku kotor" Hyunjin memprotes.

Kemudian Felix berkata "hadap sini"

Dan Hyunjin berbalik menghadap Felix yang sudah siap memakaikan apron.

Setelah terpasang si Lee memerintah kembali "balik lagi— mau diikat"

Menuruti titah, Hyunjin kembali menghadap panci yang bergemulak tanda sayur yang dibuatnya sebenarnya sudah matang.  Tidak perlu Felix menawarkan memakai baju penghalang.

Karena tali itu menjulur ke depan, posisi Felix seperti memeluk dari belakang.

Kepalang tanggung, Hyunjin berjalan mundur satu langkah. Dan sempurna sekarang Felix memeluk dirinya.

Yeonjin menginterupsi kejadian, anak perempuan yang masih bersemangat itu berlari menghampiri dan memeluk kaki Felix dan Hyunjin secara spontan.

Sampai hati Hyunjin menghangat dengan tawa Felix yang menular ketika melihat Yeonjin menegadah menyebarkan senyum tulusnya, Hyunjin bersumpah untuk tidak melepaskan sebuah keluarga indah bersama Felix yang merupakan cintanya.

Untuk waktu menyatakan rasa, masih coba Hyunjin pikirkan kapan tepatnya—

"Air matamu jatuh" Felix berbisik kecil sambil sesekali mengalihkan atensi Yeonjin, agar tidak melihat sisi rapuh Hyunjin.

Tbc

YeonjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang