BL || Chapter 20

223 40 25
                                    

🍁 HAPPY READING 🍁

“Seorang anak berani berbohong kepada dunia agar orangtuannya tidak terlihat buruk di mata orang lain.”

****

Wanita paruh baya membawa barang-barang untuk membersihkan kamar mandi. Wanita tersebut perlahan membuka pintu kamar mandi.

Cklek!

Saat pintu terbuka, wanita tersebut syok dan menjatuhkan barang-barangnya. Wanita tersebut menghampiri seorang gadis yang tertidur dengan keadaan berantakan.

Dia menepuk pipi sang gadis yang tertidur. Dia menaruh telapak tangannya di kening sang gadis.

"Ya ampun non!" pekik wanita itu. Dia berlari keluar rumah.

"Mas Tono!" teriak wanita itu, suaranya menggema setiap sudut ruangan. Orang yang dipanggil merasa terpanggil, dia langsung menghampiri sang istri.

"Kenapa bu?" tanyanya. Wanita itu memukuli sang suami, napasnya masih tak teratur.

"Kenapa sih bu!" decak Tono. Wanita itu menarik napas dalam-dalam. Dia langsung berteriak di kuping sang suami.

"Non Anya!"

Tono mengelap tangannya yang terkena sabun. "Non Anya kenapa, Bu?"

Wanita itu yang tak lain pembantu rumah Vanya yang sering dipanggil Sri.

Sri mengambil kemoceng di dekatnya lalu memukul lengan suaminya. "Non Anya ada di kamar mandi, mas! Tolong angkat non Anya! Badannya panas banget mas!"

"Kenapa enggak bilang dari tadi sih Bu! Kasihan non Anya ditinggal gitu aja! Punya istri kok enggak bisa to the points. Kalau tau non Anya sakit, ya panggil doktor bukannya curhat."

"Kalau mas ngomong terus kapan ngakat badan non Anya!" geram Sri, dia melempar kemoceng ke arah suaminya.  Sri meninggalkan suaminya sendirian.

Tono menangkap kemoceng tersebut, lalu ia taruh, dia menyusul sang istri.
Tono melotot saat melihat anak majikannya yang pucat. Dia langsung mengakat tubuh Vanya.

Mereka pergi ke kamar Vanya. Sri membuka korden jendela. Dia mengambil komperesan lalu mengompres kening Vanya. Sedangkan Tono, dia menelepon Papanya Vanya. Sedari tadi Vanya mengigau memanggil nama Mamanya dan Papanya. Sri menangis memandang Vanya.

"Pak, non Anya baru—" ucapan Tono terpotong oleh orang di seberang.

"Enggak usah telepon suami saya! Urus saja anak tak diinginkan itu!" sahut orang di seberang. Suaranya wanita sepertinya yang menjawab teleponnya istri baru Tuannya. Dia mematikan sambungan.

Tono berdecak pinggang. Dia mengumpat, menyumpahi istri baru Tuannya. Kenapa Tuannya bisa menikah dengan model seperti itu? Apa tidak ada barang lain yang lebih bagus dari sebelumnya.

"Eugh," lenguhan Vanya. Keningnya terasa dingin. Tono dan Sri menoleh, mereka mengucapkan syukur kepada Allah.

"Non mau makan apa? Bibi buatin bubur, ya?" tutur Sri. Vanya mengangguk kepala. Dia mengecek jam tangannya. Lalu berdiri dari tidurnya.

"Non mau kemana?" tanya Sri.

"Ke kamar mandi, Bu. Anya mau mandi, Anya mau berangkat pagi ke sekolahan," jawab lembut Vanya.

Mata Sri melebar sempurna. Tumben anak majikannya yang sudah  dianggap anak kandung, pergi ke sekolah sepagi ini? Namun untuk kali ini, ia cegah.

"Non jangan aneh-aneh deh!"

Vanya mengerutkan keningnya. Kok aneh-aneh? Dia kan ingin pergi ke sekolah di pagi hari, bukan malam hari. Darimana anehnya?

BAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang