BL || Chapter 04

588 138 97
                                    

HAPPY READING
:
"Kesuksesan tidak diukur dengan nilai, tetapi dengan niat,usaha dan doa."
:
****

Tempat yang selalu didatangi oleh para pelajar saat ingin membolos. Di tempat ini, kalian dapat melihat pemandangan indah sekolah maupun sekitarnya. Tempat pelarian salah satu gadis cantik ini.

Gadis itu berdiri pada tembok pembatas rooftop gedung. Ia melebarkan tangannya seakan ingin terjun bebas dari atas gedung itu. Dia menatap kosong ke bawah. Namun, ada seorang pria yang dengan sigap langsung menarik tangan gadis tersebut. Pria itu berpikir jika gadis tersebut ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga. Gadis tersebut yang tak lain Vanya.

Vanya terjatuh ke dalam pelukan pria yang selalu membuatnya sial. Pria tersebut mendongak menatap datar dirinya yang masih di atas tubuh pria tersebut. Wajah mereka hampir bersentuhan, hembusan nafas saling beradu, Vanya merasakan jantungnya berdetak kencang bukan karena jatuh cinta, tetapi karena dia kaget.

Saat ingin berdiri, tetapi tiba-tiba terdengar suara bariton dari pintu. Pria tersebut menarik Vanya dan membolak-balik badan. Tadi Vanya berada di atas, sekarang ke balik, dirinya ada di bawah kungkungan sang pria menyebalkan. Vanya menjerit. Pria tampan itu menutup mulutnya dan menatap dirinya tajam.

Mata mereka saling beradu pandang. Vanya yang awalnya memberontak, lama-kelamaan dia mengikuti alur seadanya. Suasana yang sudah mulai aman. Pria tersebut berdiri seraya mengembuskan nafas.

Vanya ikut berdiri seraya membersihkan seragam yang terkena kotoran. Vanya mengatur nafas, dirinya merasa seperti mati secara perlahan.

"Sialan! Lo mau bunuh gue?" tuding Vanya yang masih mengatur nafas.

Pria tersebut langsung menengok ke samping dengan wajah datarnya. "Bukannya lo yang mau bunuh diri? Kalau gitu tadi gue dorongan aja  sekalian, biar jadi bangkai. Udah bagus gue tolongin."

"Kagak anjir! Baik darimananya hah? Lo kira gue bangkai tikus!"

"Gue 'kan bantu lo biar enggak jadi bunuh diri. Nanti kalau lo mati pasti jadi arwah pasaran."

"Lo, ya!" Vanya menunjuk wajah sang pria berparas monyet bagi Vanya. "Penasaran bukan pasaran! Lo kira gue anak kecil apa!"

"Itu mainan pasaran goblok! Kenapa juga sekolah ini, punya siswi goblok kayak lo!"

"Tai asw. Lo cowok nyebelin yang pernah gue temuin. Udah jelek, nyebelin. Kenapa di sekolah ini, ada manusia modelan kayak lo!"

Pria tersebut mengangkat sebelah alis, "iya, gue kenapa? Tampan? Baru tau lo? Gue tampan dari orok."

Vanya mendengus. "Lama-lama wajah lo yang gue gorok!"

Pria itu memasang wajah takut. Rasanya Vanya ingin mencabik-cabik wajah pria songgong dihadapannya, supaya tidak terlalu percaya diri.

"Mau jotos? Mangga, gue tambah aduhai gadis, wanita, perempuan, dan janda pada lari ke gue. Apalagi waktu berkeringat, seksinya minta ampun. Dunia orange pasti terguncang, yang cewek-cewek pada haluin gue."

"Sok cakep anjir!" seru Vanya, "ganteng juga, gantengan bapak gue. Pangkat Lo rendah, dia jendral Lo pengawal," lanjut Vanya.

"Jangan salah, dari yang sering gue baca di dunia orange kebanyakan pengawal nikah sama putri kerajaan."

"In your dream. Enggak ada sejarahnya pengawal jadi raja."

BAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang