BL || Chapter 25

134 19 11
                                    

🍁HAPPY READING 🍁

"Mulut bisa berbohong. Namun tatapan mata tidak akan bisa berbohong."
***

"Oh tentu saya tidak lupa kamu anak siapa. Kamu anak dari perebut dan jalang di club," ujar Wanita itu santai. Vanya menahan emosi, rasanya ingin mencekik leher wanita tersebut.

"Heh, Nenek lampir! Yang jalang itu diri lo bukan Mama gue!" Vanya mencekik leher Syahra— Mama tirinya. Ia tidak peduli jika Mama tirinya mati. Jika sampai mati, dirinya siap menanggung akibatnya.

"Bebasin dia atau gue sebar video prono lo!" ancam Vanya dia memutar video yang berisikan Syahra dengan sekertaris Papanya.

Syahra gelagapan, dia mencoba melepaskan cekalan tangan Vanya yang berada di lehernya.

"Lepasin saya dulu! Kamu mau membunuh saya, hah?"

Vanya melepaskan cekalan tangan pada leher Mama tirinya. "Mati aja sono!" ucap Vanya terlampau emosi.

"Dasar kurang ajar!" kata Syahra. Dia menghirup udara cekikan anak tirinya begitu kuat. "Mana videonya! Bakal saya bantu bebas asal video itu kamu hapus dan harus menerima perjodohan!"

Vanya melempar handphone-nya kepada Syahra. Syahra menangkap lalu membukanya namun dikata sandi.

"Kata sandi?"

Vanya memutar bola matanya. "Muka lo kayak monyet kelakuan lo kayak anjing."

"Jangan bercanda!" ucap kesal Syahra. Dia ingin cepat menyelesaikan masalah dengan anak tirinya. Dirinya gagal memadu kasih sebab anak dari wanita perebut datang kemari.

"Gue enggak becanda Nenek lampir! Coba aja dulu enggak usah banyak bacot!"

"Bisa sopan tidak? Saya Mama kamu!" Syahra mencoba membuka kata sandi yang diucapkan oleh Vanya dan ternyata bisa dibuka. Dia mengumpat dalam hati. Sedangkan Vanya tertawa dalam hati dirinya puas mengatai Mama tirinya secara tidak langsung.

"Bagaimana? Sudah terbuka bukan? Kata sandi itu tertuju kepada anda dan anda sekarang harap tepati janji," kata Vanya. Dirinya sangat labil kadang mengunakan gue-lo, saya-anda, jika aku-kamu hanya untuk orang tua dan orang spesial.

"Tepati janji atau mati secara perlahan?" ucap Vanya lalu memutari Mama tirinya. Kepala Syahra pusing.

"Jangan kamu kira saya tidak tahu kebusukan anda. Anda memfitnah ayah teman saya bukan? Bukannya anda yang mengkorupsi dana perusahaan?" lanjut Vanya tak luput dengan senyuman. Syahra memijat kepalanya. Bagaimana bisa anak tirinya tahu? Dirinya bermain bersih. Orang yang membongkar rahasianya akan ia bunuh.

"Dia pelakunya dan saya yang melaporkannya. Enak saja mengkorupsi dana perusahaan ini. Ah sahabat kamu belum tahu kamu anak pemilik perusahaan ini bukan? Atau perlu diberi tahu langsung?" ujar Syahra. Rasanya Vanya ingin mencabik-cabik wajah Mama tirinya.

"Silakan dan saya akan beritahukan kepada Papa saya bahwa anda bermain api," balas Vanya.

Syahra tertawa hambar. Dia memegangi perutnya karena ancaman anak tirinya. "Mana mungkin suami saya tercinta percaya sama anak jalang."

"Saya sudah hapus semua bukti dan yang kamu punya sudah lenyap. Bagiamana Papamu tercinta bisa percaya? CCTV di sini sudah saya matikan," lanjut Syahra dengan senyum dan suara dibuat-buat.

Vanya tersenyum tipis. Ah, dirinya tidak akan membocorkan tak-tik nya untuk membongkar kebusukan wanita yang ada dihadapannya.

"Jangan pernah ikut campur urusan saya! Lebih baik kamu urusi pemakaman Mama kandung kamu si jalang cantik di malam hari," kata Syahra. Ya, besok Mama kandung Vanya kembali tetapi tidak dengan jiwanya yang telah pergi. Namun jiwa Mamanya akan selalu ada di dalam benaknya.

BAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang