Sejak pengakuan Ara bahwa adik Sean yang semacam psychopath in disguise itu adalah pacarnya, kejadian – kajadian janggal terus menerus terjadi. Dimulai dengan Veestel yang men dorongnya masuk ke dalam mobil Seth, membiarkan pasangan muda itu duduk di depan, mem bawa kendaraan roda empat tersebut ke rumah dua gadis bersaudara.
Kemudian, sesampainya di rumah bergaya Belanda colonial, Seth membukakan pintu untuk pacarnya, dan berdua – duaan dalam diam mereka masuk dengan santainya.
Romeo pikir kenyataan Veestel mengajak dirinya berbicara tentang Sean di rumah, dengan adik Sean sendiri berada di rumah yang sama sudah cukup tidak masuk akal. Namun, ternyata itu tidak ada apa – apanya dibanding perilaku Seth di rumah pacarnya.
Bocah itu duduk di sofa ruang tamu, bersebelahan dengan Ara, menyisiri rambut si cewek biru dengan tenangnya. Sebentar – sebentar, Seth merogoh kantung kemejanya, dan mengunciri pacarnya hingga kini Ara terlihat seperti boneka kuncir dua dengan pipi tembam ketara.
Romeo, benar – benar tidak dapat mencerna apa yang tengah terjadi. Bahkan, Ara yang biasanya peka dan menjelaskan segala hal ambigu diantara muda – mudi aneh ini terlihat begitu terlena dengan keberadaan Seth di dekatnya.
Veestel, masih sama tegang nan kakunya. Baiknya, si cewek pink itu berhasil menarik lengan jaket Romeo dan lekas – lekas membawanya ke kamar Veestel yang serba pink pula,
"what was that?!"
Veestel menghempaskan diri pada Kasur single bednya kasar. Mendesah berat. Tangannya melempar tote bag kelabu miliknya ke bantal tanpa pikir Panjang, lalu melepas rok panjangnya cepat – cepat, yang ternyata membungkus celana ¾ berwarna merah muda,
"Seth dan Ara udah pacaran dari kelas 3 SMP. Kayak kamu dan Sean, mereka ekselerasi, tapi cuman setaun. Harusnya sih sama – sama masih SMA, cuman Ara udah semester dua di Sastra Inggris, meanwhile Seth di Informatika. Setiap hari, dari dulu sampe sekarang, Seth bakal dating ke rumah, duduk berdua sama Ara. Pulangnya nanti, pas mau malem."
Romeo terbelalak, penasaran dicampur terkejut,
"you mean, Seth yang itu ngobrol sama cewek?" Veestel menegakkan punggung, menatap Romeo yang masih berdiri di depan pintu kamar dengan gondok,
"itu sih gapapa! Haduuuuh!"
Gadis itu tiba – tiba bertingkah aneh; mengacak – ngacak rambut, mengerang, lalu loncat – loncat tak karuan. Tepat sebelum Romeo memutuskan untuk mengeluarkan suara, Veestel menggenggam pergelangan Romeo, lalu menatapnya dalam – dalam, begitu serius,
"kita intip aja, sekarang!"
Ide itu gila, namun apa yang Romeo lihat ternyata lebih gila lagi. Di sofa ruang tamu, Seth dan Ara duduk berdua, membaca buku masing – masing. Ara duduk di samping Seth, semacam bersandar pada bahu pacarnya tersebut.
Seth sesekali melirik Ara, dengan wajah tak berekspresi. Di satu titik, Seth menatap Ara lamaaaa sekali. Tatapannya tajam, dingin, menusuk. Seperti menekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Dearest Pink
RomanceVeestel bahkan tidak bisa mengingat masa - masa di hidupnya yang tenang dan berjalan seperti anak - anak normal lainnya. Secepat ia sadar bahwa ia adalah manusia yang berfikir dan berdaulat atas dirinya sendiri, secepat itulah masalah - masalah gak...