"Why are we in the car again, mr. Romeo Adinata Biantara?!"
"I'm not riskin' the neighbor to hear you yelling, V."
Alasan paling tidak masuk akal yang pernah Veestel dengar hari ini. Pertama, perumahan Veestel adalah perumahan elit, dengan taman yang cukup panjang untuk tempat ujian sprint anak SD, dan garasi selebar satu arus Jalan Raya Bogor. Kedua, jalan di perumahan ini muat dua truck isi kambing, dan besar perumahan ini sangat cukup untuk dibuat universitas puluhan fakultas.
Veestel bahkan sangat yakin, satpam yang bertugas patroli setiap malam harus isi bensin setiap hari. Dengan keadaan yang demikian, mau Veestel teriak – teriak seperti orang gila pun, tetangga hanya akan berfikir itu suara kucing garong cari makan.
Tentu saja, seperti pikir dan hatinya yang tidak terima alasan Romeo, wajahnya pun menujukkan betapa ia tidak mau dibohongi dengan omongan tidak logis. Apalagi dari orang yang notabenenya baru menipu Veestel selama 2 tahun.
"Romeo, please," Romeo tergelak begitu santai hingga Veestel serasa ingin menjepit bibirnya,
" if I know Sean right, he will be on the door, trynna listen to any drama he can hear."
Veestel tersenyum lebar nan hambar, emosi meleleh dari matanya yang membulat seperti burung hantu, "sweet,"
"right," Romeo meronggoh sakunya, lalu mengeluarkan pulpen, modem, dan flashdisk, "mobil ini udah kuperiksa kok, cuman diselipin segini."
Veestel tersenyum semakin lebar, semakin hambar, "cuman,"
"of course, Vega," Romeo tertawa lagi, seperti asyik menikmati ekspresi Veestel, "kalau kita jadi KPK kecil dan check keuangan Sean, pasti Sebagian besarnya lari ke penyadap suara,"
"aku terkejut tapi aku Lelah,"
"kamu Lelah, atau marah?"
Tertohok. Gadis serba pink itu diam, menatap dashboard di depannya nanar, sembari me nyugar gambutnya dari leher, "it's complicated,"
Romeo mengubah senyumnya yang mengesalkan menjadi senyum pengertian. Seperti psikiater. Tentu saja ada dorongan untuk kesal dan mengomentari senyum itu, tapi kali ini Veestel masih terlalu sibuk berfikir, dan memutuskan untuk tidak berkomentar banyak.
"Try to talk it out, Vega, you won't go nowhere if you just shut your feeling away and hide behind those tsundere act,"
Tsundere?! Veestel melonjak kesal, namun mata melototnya hanya berseteru dengan mata Romeo yang hazel, yang dalam.
Yang juga menunjukkan betapa seriusnya Romeo, betapa jujurnya pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Dearest Pink
RomansaVeestel bahkan tidak bisa mengingat masa - masa di hidupnya yang tenang dan berjalan seperti anak - anak normal lainnya. Secepat ia sadar bahwa ia adalah manusia yang berfikir dan berdaulat atas dirinya sendiri, secepat itulah masalah - masalah gak...