Bab 1- The Death of the Light

60 9 0
                                    

" Dan di atas kepala ini, bertumpu sebuah beban yang sangat berat, inilah tanda keagungan yang sekarang ada di dalam diriku, dan aku akan berpegang teguh padanya, untuk menjaga agar cahaya matahari yang telah padam masih bersinar, akulah sang cahaya, penjaga dan pelindung, dan dibawah mahkota ini aku akan setia melakukan tugasku."-PHILIP

----------------------------------------------------------------------

Pagi yang indah sama seperti biasanya, aku terbangun di sisi ruangan yang sama yang selalu kusebut "Kamar", aku hanya membayangkan bagaimana hari-hariku di masa depan akan terjadi. hari ini hidupku berubah aku yang tadinya hanya seorang pangeran kecil, lugu dan sensitif, hari ini seluruh hidupku berubah, aku akan menjadi pangeran besar yang akan nantinya akan memiliki tugas yang sangat berat, aku selalu menyebutnya "penyiksaan", ya tugas berat itu adalah menjadi penguasa, Raja agung dari selatan, ya sebagian orang ingin melakukan hal itu namun menurutku itu akan menjadi sebuah hukuman yang sangat besar dalam hidupku, aku ditakdirkan bukan untuk tahta dan mahkota, hidupku adalah sebuah Biola yang harus kumainkan, dan syair yang harus ku nyanyikan, namun semua itu berubah semua berubah setelah pamanku yang amat kucintai Raja Mauritz II harus gugur di tengah peperangan dan Ayahku yang kusayangi harus menggantikannya menjadi penguasa Selatan, namun aku tidak takut pada saat itu karena bukan akulah yang akan mewarisi tahta, karena Saudara Sulungku Pangeran Alexander lah yang menjadi Putra Mahkota. Namun ketakutan yang tadinya tidak datang dalam hidupku, kini ia mendatangiku secara tiba-tiba saat aku baru saja bangun dari tidurku, Ibuku memberikanku sebuah kabar yang sangat membuatku cukup terkejut dan akhirnya ketakutan itu memasuki hati dan diriku.

"Philip............., bangunlah Nak! ibu ingin memberitahumu berita yang sangat amat menyedihkan dan mungkin akan membuat luka baru dalam hatimu dan mungkin inilah yang kau takutkan"

begitulah kira-kira cara ibuku membangunkanku dengan cara yang tidak biasa, karena Ibuku yang sangat kucintai Ratu Maria-Catherina tidak pernah membangunkanku dengan cara dia masuk sendiri kedalam kamarku, biasanya ia menyuruh dayangnya yang setia, ya pengasuhku Alice Christina Von Einkrent yang sangat menyayangiku bahkan seperti anaknya sendiri, tapi hari ini amatlah berbeda. setelah ia membangunkanku aku mencoba untuk tersadar dan mendengarkan ibuku berbicara dan memberitahuku soal berita yang akan membuat ketakutanku menjadi nyata......

"Philip.........."

Ibuku mencoba melanjutkan namun sepertinya ia tahu bahwa aku Philip Christian Frederick Albert Benedict Joseph Louis, anaknya yang paling ia kasihi belum siap menerima kabar yang sangat menakutkan dan mungkin akan membuat aku mati karena serangan jantung.

"Philip........, Ibumu datang kemari atas permintaan ayahmu yang sangat kau kasihi Yang Mulia Raja Ferdinand , ia ingin menyampaikan berita ini kepadamu melalui mulutnya namun ia sendiri tidak tega bila kau mendengar kabar yang mengejutkan ini, maka ia menyuruhku unt.."

"Ibu, langsung saja keintinya, bila kau tahu pagi ini aku harus berkuda bersama Alois Von Kitz, jadi bisakah kita menyelesaikan ini dengan cepat, aku tidak ingin membuang waktuku di kamar ini." belum ibuku selesai memberikan penjelasan, aku memotong pembicaraan ibuku agar ia tidak membuang waktuku dan membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia sampaikan.

"Baik, tapi ibu harap kau siap untuk menerima takdir mu.." setelah berbicara seperti itu, tanda tanya besar muncul dalam pikiranku "Takdir apa bukankah, cukup aku ditakdirkan untuk lahir dalam keluarga besar yang sangat kejam, dan menyiksa diriku ini?, tapi sekarang ibuku datang ke kamarku sepagi ini untuk memberitahuku bahwa aku akan menerima takdir, apakah tidak cukup aku memiliki takdir yang sangat kejam?, Kenapa ia malah menambahkan takdir kejam dalam diriku?, aku harap takdirnya tidak menyiksaku seperti yang lain!."

"Philip.... Aku dan Ayahmu, mendengar kabar yang sangat menyedihkan yang dibawa oleh orang kepercayaan kakakmu, ia memberikan pesan yang sangat membuat hancur hati ayahmu bahkan satu kerajaan, bahwa berita itu ditulis oleh kakakmu sendiri di detik-detik terakhir hidupnya..." belum sempat melanjutkan ibu ku tidak tahan untuk menahan air mata yang sudah membendung dan akhirnya tetesan demi tetesan air keluar dari sepasang bola mata biru yang sedang menatapku dengan tatapan penuh kesedihan yang dapat kurasakan sepenuhnya, ibuku mencoba melanjutkan pembicaraan namun ia tidak sanggup, seberapa besarpun ia mencoba mengelurkan kata-kata dalam hatinya ia tidak bisa, sampai akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkanku dengan sepucuk surat yang ditulis oleh saudaraku terkasih disisa hidupnya, ibuku memberikan pesan kepadaku "Takdir ialah hal yang wajib kita terima seberapapun kita ingin menjauhinya, kita ingin menolaknya, itu adalah hal yang sangat sia-sia, takdir adalah takdir, kau harus bisa menerima hal itu, meskipun kau membencinya atau bahkan ingin melepaskanya, takdir itu akan terus datang kepadamu." setelah memberikanku pesan tersebut ia pergi meninggalkanku dengan penuh kesedihan, aku sadar apa yang aku dapatkan takdir baru yang harus kuterima seperti katanya padaku.

Perlahan, aku mulai membuka dan membaca surat itu sampai akhirnya aku dapat melihat tinta hitam yang bercampur dengan darah, aku sempat berpikir dalam diriku, apa yang dia pikirkan disisa waktunya ia malah memberiku sepucuk surat bukannya menyelamatkan dirinya, aku tak tahu itu naif atau memang ia tak ingin menjalani takdirnya, aku harap semuanya segera berlalu.

Next....





Oh ya, salam kenal semua semuanya, harapannya kalian menyukai cerita yang agak kurang mengasyikan ini hehehe, baru pertama kali membuat cerita

so if you like this story please..... tinggalkan dukungan kalian

Thank You......

The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang