Bab 12 - The Words

12 1 0
                                    

"Sudahlah Sisi, Saudaramu ini hanya Nyeri tidak sampai Lumpuh, Bisakah kau tidak usah terlalu Panik?." Tanyaku, sedari Sisi panik karena Punggungku
"Hey, Sudah seharusnya Aku Panik, Kau Pewaris Tahta sekarang, aku tak ingin kehilangan saudara Lagi, mengerti." Jawabnya
Memang Sisi adalah perempuan yang sangat perhatian, meskipun dia terlihat menyebalkan tapi dia memiliki sisi yang sangat manis, Aku tak bisa membayangkan seandainya harus kehilangan Satu-satunya saudara yang kumiliki sekarang ini, bagaimana hidupku berjalan dengan Beban berat namun tak ada yang membantuku untuk meringankannya.

"Sisi, Bukannya Bibi Catherine memintamu untuk menemaninya, Karena Philip akan kemari bersama Von Kitz??" tanya Julie pada Sisi Penasaran.
"Nah Iya, bagaimana kau Tega meninggalkan Ibu sendiri dengan kesedihannya, wahai Puteri Misterius." Tanyaku penasaran dengan sedikit meledek.
"Hey Hey, Kau Tuan Cerewet, Ibu yang memintaku kesini karena dia khawatir jika Puteranya tidak baik-baik saja, Ibu yang menyuruhku kemari Julie." Jawabny dengan nada yang sedikit kesal karena panggilan Misterius dariku.

"Apakah aku mengganggu yang Mulia." Tanya Alois yang tiba-tiba datang menghampiri kami bertiga

"Alois, dari mana saja Kau, aku menunggumu sedari tadi, Tehmu menunggu." Tanya Ku dengan Sedikit kesal karena Alois baru datang, padahal Aku mengajaknya untuk minum teh sedari tadi.
"Ada Apa Tuan Von Kitz?" Sisi bertanya kepadanya.
"Yang Mulia, Yang Mulia Raja Ferdinand meminta Tuan dan Nona untuk kembali ke Istana." Jawab Alois, yang membuat kami bertiga sedikit bingung.
"Kenapa Ayah ingin kami kembali ke Istana, Alois?" Tanyaku dengan sebuah tanda tanya besar di kepalaku.

"Tunggu, benar kita melupakan Perjamuan Makan Malam hari ini." Jawaban Julie membuat kebingungan yang ada dalam pikiran kami hilang.

"Benar, perjamuan kenapa bisa kita melupakan Itu, baiklah Alois bisakah kita pulang sekarang?." Tanyaku
"Kereta sudah siap Tuan." Jawabnya, Alois memanglah orang yang cekatan. sebab itu, aku ingin menjadikannya Sekretaris pribadiku setelah aku resmi menjadi pewaris tahta.
"Kau memang sangat cekatan Von Kitz, tidak seperti adikku yang cukup lamban ini." Puji Sisi, Ya tetap saja saat dia memuji Orang, Dia juga sedang menjatuhkan adikknya saudari macam apa itu.

Setelah itu, kami berempat bergegas meninggalkan lapangan berkuda ini, Kami tak ingin membuat Sang Raja menungg, bagaimanapun tidak sopan jika membuat Raja menunggu meskipun sang Raja adalah Ayahku sendiri.
Sesampainya Di Istana, kami langsung disambut oleh Ibuku yang sangat kuCintai, Ratu Maria-Catherina dan Bibi Christine, Ibu dari sepupuku Julie.

"Cepat Ayahmu menunggu di dalam ia ingin bertemu dengan kalian berdua." Kata ibu kepadaku dan saudariku.

"Baiklah Ibu, ayo Philip kita temui Ayah." Ajak sisi
Setelah itu aku berjalan menyusuri Istana berdampingan dengan Sisi menuju ruang kerja Raja, Sejak dahulu aku selalu membenci ruangan itu, karena ruangin itulah sumber semua beban dan tanggung jawab yang berat. kini Aku dan Sisi sudah berada di ambang pintu ruang kerja sang Raja, Sisi memberitahu kepada Penjaga, agar mereka dapat menghantar kami bertemu Sang Raja. Setelah Pengawal membukakan Pintu, Kami langsung disambut dengan Senyum Hangat dari Ayah.

"Masuklah Kalian dan, Kau boleh kembali ke tempatmu." Katanya sembari menyuruh penjaga untuk kembali menjaga.
"Apa Ayah ingin bertemu dengan kami?" Tanya Sisi membuka Pembicaraan.
"Ya benar, Ayah hanya ingin menyampaikan pesan kepada Kalian."
"Apa ini berkaitan dengan Gelar? Tugas? atau Tanggung Jawab Kami sebagai Anak Raja?" Tanyaku dengan Sedikit rasa bingung yang ada dalam pikiranku.

"Tidak Philip, Ayah ingin memberikan pesanku untuk kalian sebagai sebuah Keluarga, Bisakah Ayah Mulai?."
Dengan Anggukan mantap, Ayah sudah tahu bahwa Aku dan Sisi siap untuk menerima pesan dari Ayah.
"Baiklah, Sekarang yang Ayah miliki tinggalah 3 Orang, Ibumu, Elizabeth, dan Philip. Ayah ingin Kalian berdua, selalu menjaga dan mencintai, 2 Hari yang lalu Ayah kehilangan satu permata, Alexander. Ayah Ingin sebagai Keluarga kita saling Melindungi, Kita harus saling peduli, Ayah tidak mau kehilangan satupun permata yang tersisa. Sisi, Philip, Suatu saat kalian akan menemukan permata kalian sendiri, Jaga permata itu. tetapi meskipun kalian mempunyai kehidupan dan keluarga kalian sendiri, Ayah harap kalian tetap dapat menjaga hubungan kalian, Sisi kau harus membantu Philip saat dia dalam masa terpuruknya, begitu juga Philip, Kau harus membantu Kakakmu bila dia sedang terpuruk."

Ayah menghentikan Ucapannya, dan Air menetes dari Matanya. Kemudian Aku Berjalan mendekat ke Ayah yang sedang meneteskan Air mata, Aku memeluknya dan Aku membalas pesan yang Ayah berikan.
"Ayah, Terima Kasih atas pesan yang sangat indah, Aku akan selalu melindungi Kalian, karena itulah Tugasku, dan Aku akan selalu mengingat pesan yang ayah berikan sampai waktu menghentikan Langkah Kakiku."

"Ayah, Aku belum pernah melihat Ayah meneteskan Air Mata, Karena Ayah adalah Pria yang gagah dan sangat berwibawa, jadi ayah tak perlu bersedih, Ayah, Sisi akan selalu melindungi Keluarga Ini. Ayah Bangunlah, Hapuslah Air yang mengalir itu. Apa Ayah tidak ingat bila kita akan menjamu tamu-tamu kita malam ini, dan mereka menginginkan Rajanya yang Gagah dan Berwibawa." Kata Sisi menyemangati Ayah.

"Sungguh Ayah sangat bergembira, karena Tuhan memberikan Berlian dan Permata yag sangat Indah, Ayah tidak ingin kehilangan Kalian. Sekarang kembalilah ke Ruangan Kalian dan bersiap-siap, kita akan menjamu tamu-tamu kita Malam Nanti." Kata Ayah kepada Kami sembari memelukku dan Sisi.

Setelah itu Aku dan Sisi pergi meninggalkan Ayah sendiri didalam Ruanganya dan Kembali ke kamar kami untuk mempersiapkan diri. Ini adalah kali pertamaku melihat Ayah meneteskan Peluhnya, dan Sejak tadi aku sudah bertekad akan selalu melindungi Keluargaku dan Bahkan Rakyatku.

Setelah Aku selesai mempersiapkan diri, Aku memutuskan untuk menorehkan pikiranku dalam sebuah Puisi dalam Bukuku, Ya itulah yang biasa aku Lakukan jika Aku merasa Bosan, Sedih, Marah, Bahagia.

Tekad dan JanjiKu.
Kalau Tiba Waktuku,
Aku akan membuat dirimu bangga
Kalau Tiba Waktuku,
Aku tak akan membuat dirimu tersenyum
Kalau Tiba Waktuku,
Aku tak akan pernah membuat dirimu meneteskan titik air.

Aku Bertekad,
Aku Berjanji,
Aku Bersumpah.
Jikalau Waktuku tlah tiba,
Aku akan melindungi Permatamu.

Aku Bertekad,
Aku Berjanji,
Dan Aku Bersumpah,
Jikalau Waktuku tlah tiba,
Aku akan menjaga Berlianmu,
Dan Aku Berjanji akan membuatmu bahagia dalam Tidur nyenyakmu.

Setelah Aku selesai menuangkan perasaanku dalam sebuah tulisan, Aku bergegas menuju Aula Istana, untuk menjamu tamu-tamu yang hadir, Untuk mengenang dan mendoakan mendiang Kakakku yang telah Berpulang. Dan saat ini jugalah, Ayahku akan mengumumkan diriku menjadi Ahli Waris Tahta dan Kerajaan. Aku ingat kembali apa yang pernah Alec tuliskan kepadaku saat detik-detik terakhirnya. "Takdir ialah hal yang wajib kita terima seberapapun kita ingin menjauhinya, kita ingin menolaknya, itu adalah hal yang sangat sia-sia, takdir adalah takdir, kau harus bisa menerima hal itu, meskipun kau membencinya atau bahkan ingin melepaskanya, takdir itu akan terus datang kepadamu." Mungki inilah saatnya Aku menerima tusukan takdir yang amat kejam Ini, mungkin jika aku menerimanya, Alec akan pergi dalam Ketenangan dan Kebahagiaan.

HAI GUYS........ UPDATE LAGI
Hehehe mungkin untuk menebus dosa author, karena ga pernah update sekian lama 😭😭
Jadi hari ini update Again...😁

Gimana Ceritanya?
Baguskan ........
Maapkan kalau ga ngefeel ya Guys

See You di Bab 13..................✌️








The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang