Bab 6 - A Moment

18 8 0
                                    

"Terkadang hidupku adalah Sungai, semuanya mengalir dengan tenang dan menyejukkan, namun terkadang juga menjadi Laut, laut yang ganas yang bisa menenggelamkan apapun, kadang adalah air, menjadi penyegar bagi siapa saja, juga bisa menjadi api, yang siap membakar dan menghanguskan apapun yang tidak aku sukai. Dahulu hidupku adalah Elang yang dapat dengan bebas terbang meninggalkan daratan, dan kembali jika ia lelah, namun sekarang hidupku bagaikan Anjing, yang harus menurut pada tuannya, ya Tugasku adalah Tuanku, Takdir adalah Tuanku, semua ini harus kulakukan demi semua orang." -PHILIP

--------------------------------------------------------------------------------------------

Suara itu, ya suara itu selalu membuatku terkejut, baiklah lebih baik aku turun sekarang daripada Kakiku tidak bisa menapak lagi ditanah, oh Tuhan mengapa aku memiliki saudari seperti Sisi, tapi bagaimana pun sifatnya aku tetap menyayanginya karena hanya dialah satu-satunya Kakak yang masih dapat ku peluk.

"Baiklah aku akan turun, tapi bisakah kau berhenti berteriak, ini istana sisi bukan hutan rimba, kau pikir diriku adalah kukang yang berjalan lambat!" jawabku menanggapi teriakan sisi yang sangat membuat telingaku agak sedikit pecah, ya suara yang sangat menyakiti telinga kesayanganku ini, meski aku tidak tahu wujudnya seperti apa.

"TIDAK USAH MENGULUR WAKTU DASAR PANGERAN LAMBAN, JALANMU SEPERTI SIPUT CEPATLAH!! MEREKA AKAN SEGERA SAMPAI, AKU TIDAK MAU PAMAN DEREK TIDAK MELIHATMU." oh Tuhan, bisakah seseorang menghentikan teriakannya yang sangat sangat mengganggu, dengar jika saja kalian menjadi diriku, kalian tidak akan sanggup melawan saudariku yang satu ini, dan jangan sampai membuat ia berteriak, karena hal itulah yang paling dibenci oleh semua orang di sini.

Dengan sedikit rasa malas, ya kalian tau mengapa, aku menuruni anak tangga, dan dari atas aku dapat melihat tatapan tajam dari seorang wanita, ya siapa lagi kalo bukan sisi, Uh Tunggu dulu. aku terhenti saat aku menyadari bahwa ada yang kurang, Ya benar dimana Alois? dia pergi tanpa seijin ku. lalu aku bergegas menuju Sisi dan menanyakan keberadaan Alois.

"Tuan Von Kitz, menunggumu sedari tadi wahai Pangeran siput, dia akan kemari jika kau sudah turun, dia sedang menemui Ayah sekarang ini, ya apalagi kalo bukan soal kuda, Ayah hanya peduli dengan kuda." jawab Sisi, yang membuatku sedikit tenang, ya tenang karena aku tak jadi memukul wajah Alois, karena jika saja dia meninggalkan istana ini aku akan memukuli wajahnya, tapi untunglah dia masih berada disini.

Tak lama kemudian rombongan Keluarga Paman Derek tiba di Istana dengan aman, syukurlah jangan terjadi lagi, ku mohon, setelah penyambutan kami berkumpul dan makan bersama, aku merindukan moment ini, ya moment ini jarang terjadi apalagi sejak Ayah menjadi raja, menggantikan Paman Mauritz, oh aku belum memberitahu kalian soal Bibiku, namanya adalah Marie Alix, dia adalah Adik dari Ayahku, kalian mungkin akan menyebutnya mulut besar karena begitulah ia, Bibi Alix adalah orang yang paling tidak bisa menutup mulutnya bahkan untuk waktu yang singkat, dan disana ada Paman Derek dan istrinya Bibi Christine yang sangat kukasihi, dan tentunya ada Sepupu favoritku Julia Marie Elizabeth Alix Louise, atau aku biasa memanggilnya Sepupu Julie, dia adalah orang yang sangat menyenangkan dia adalah sepupu yang sangat mengerti perasaanku bahkan, Sisi tidak sepengertian seperti Julie, ya meskipun begitu Julie adalah orang yang sangat sensitif, ya cukup perkenalannya kita kembali ke cerita.

"Philip....... aku senang melihatmu, dan aku turut bersedih atas kematian saudaramu, apa kau ingin mengobrol di taman, oh ya apa aku boleh bertanya soal temanmu?."

"Aku ingin ditemani Julie, kau sungguh baik ingin menemaniku, aku ingin sementara menjauh dari sini, aku ingin sendiri, oh ya apa maksudmu Alois?, tentu saja aku tau dia sangat cocok untukmu, hahaha, aku ingin mengajaknya juga, karena aku yang mengundangnya malam ini."

"Philip, apa maksudmu, aku hanya ingin mengenalnya, dasar apa maksudmu dia cocok untukku." jawab Julie dengan nada yang sedikit kesal karena pernyataanku, oh ya Julie juga orang yang sedikit humoris, ya sedikit selera humornya sangat tidak bagus.

"Baiklah, mari kita ke taman, Alois, ikut aku, Sepupu Julie ingin mengenalmu."

"PHILIP, JANGAN MEMBUATKU MARAH." jawab Julie yang sekarang terlihat agak malu, dan ya tangannya sangat nakal dengan mencubut pinggangku, uh sangat tidak sopan, uuu untung saja Alois tidak mendengarkanku, karena ia sibuk berbincang dengan Ayah dan paman Derek.

"Julie, dalam protokol, tidak ada yang boleh menyakiti pewaris tahta."

"Uh, jadi kau sudah menerima takdirmu sebagai pewaris?."

Apa maksudnya itu, itu terdengar seperti penghinaan bagiku, oh, aku yang tadinya bersemangat seketika menjadi sedikit kembali termenung mendengar perkataan sepupu favoritku ini, hah lupakanlah lagi pula ia mengajakku berjalan ditaman. uuuu tapi sebelum itu aku ingin menemui Alois, untuk mengajaknya menuju taman belakang istana, karena Julie memaksaku, entah ada setan apa yang merasuki jiwanya.

"Julie bisakah aku meninggalkanmu sebentar aku ingin menemui Alois, karena kau memaksaku untuk memaksanya ikut, bukankah kau lihat dia sibuk berbincang dengan ayahmu."

"Baiklah, Pangeran cerewet, aku tak memaksanya, aku hanya ingin menemanimu dan tentunya bersama dengan temanmu itu........ bisakah kau tidak membuatku malu."

Aku sedang malas berdebat dengan Sepupuku yang satu ini, jadi aku akan mengajak Alois menuju taman daripada aku menghabiskan waktu berdebat dengan "Si Putri Mulut Besar" ini huuu sungguh menyebalkan. mengapa bisa aku memiliki sepupu seperti Julie, tapi sudahlah lagi pula dia satu satunya sepupu yang dekat denganku. ya sekarang kami bertiga (Aku, Alois, dan tentunya Julie) sedang berbincang-bincang ditaman, ya dan kalian tau, Julie seperti tidak menyadari keberadaanku, dia hanya berbincang dengan Alois.

"Maaf Yang mulia, apakah aku mengganggu?." tanyaku dengan sedikit nada kesal terhadap Julie yang sedari tadi hanya mengobrol dengan Alois, padahal tujuannya ke taman adalah ingin menemaniku.

"Apa yang kau inginkan cerewet?, aku sedang berbincang dengan tuan Von Kitz."

"Yang Mulia, panggil saja saya Alois." Potong Alois.

"Bukankah kau mengajakku ke Taman untuk menemaniku?."

"Baiklah-Baiklah, ya aku akan menemanimu tuan Cerewet." jawab Julie dengan nada yang sedikit agak acuh. ya, namun tetap kedatangan Julie kemari untuk menemaniku adalah suatu moment dimana aku bisa melupakan sejenak, aku ingin merenung, dan Julie adalah tempat yang tepat jika aku ingin bercerita, bahkan Sisi jarang menemaniku, itulah sebabnya aku ingin di taman ini selama mungkin untuk melepas pikiranku, taman dan lapangan kuda adalah tempat favoritku saat ini, sungguh tenang hanya ada bintang bintang yang menghiasi malam, mungkin mereka ingin menemaniku, ya dan aku sedkit senang karena tidak ada satupun dari keluargaku yang menyebutkan hal itu ditelingaku, itulah mengapa aku sedikit tenang malam ini, ya hanya malam ini, karena besok jenazah Kakak ku tercinta akan segera tiba, dan disitulah ketenangan dan kenyamanan tak lagi bersamaku.




Hai Guys, apa kabar so....... long ya hehehehe maafkan writer yang lama upload, karena niat yang belum terkumpul, hehe canda niat.....

so thank you yang masih setia menunggu...... jangan lupa untuk berikan dukungan agar writer tetap ceria, dan semangat dalam menulis cerita yang agak aneh untuk dibaca ini......

so see you in next chapter guys....... hope you enjoy it and good day...........

The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang