Bab 9 - Hidden Secret

26 7 0
                                    

"Menikmati waktu adalah hal yang paling aku sukai, dulu waktu adalah teman untukku, namun semua itu hanya terjadi secara singkat, kini aku dan waktu seperti bermusuhan, waktu seakan terus mengejarku, dan seakan aku ingin berlari menghindarinya, namun sejauh apapun aku berlari ia tetap akan mendapatkan aku."-PHILIP 

-------------------------------------------------------------------------------------------

Betapa indahnya taman ini, aku belum pernah melihatnya seindah ini, pasti akan lebih indah jika Alex melihatnya namun, tentunya rumah barunya jauh lebih indah dari taman lavender milik Istana. Disini aku berdiri disamping wanita yang sangat mencintai keluarganya, terutama aku anak laki-lakinya yang paling bungsu, kini ia hanya memiliki 2 orang anak, karena anaknya yang sulung telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Aku berdiri di gazebo taman sambil meminum secangkir teh yang cukup untuk menghangatkan suasana, ibuku pernah berkata "Secangkir teh cukup untuk menghilangkan rasa sesak yang ada dalam pikiran dan hatimu, terutama bila meminumnya dengan orang yang sangat berarti dalam hidup kita.", itulah alasanku mengapa aku sering meminum teh bila aku merasa sedih dan mungkin sedikit depresi.

Hari ini mungkin hari yang sangat berat bagi ibuku, ya tentu Ibu manakah yang tidak akan sedih bila anak laki-lakinya pergi meninggalkannya, aku disini menemaninya, untuk menghiburkan dan mengembalikan semangatnya, karena aku tidak ingin melihat ibuku terus bersedih.

"Ibu masih ingat, saat itu Alex diutus untuk melakukan diplomasi, saat itu, ia tengah dalam perjalanan menuju Spanyol, dia sempat singgah di Genoa dan mengirimkan sebuah surat kepada ibu, tak lama dia kembali mengirimkan surat lagi, dan Ibu sangat terkejut dengan tinta yang bercampur dengan darah diatas sebuah kertas, ia belum sampai di Spanyol saat itu, dan ya dia harus kembali pulang kerumah, namun dengan badan yang telah kaku dan banyak darah di sekujur tubuhnya, aku yakin ia dirampok di tengah perjalanan dari Genoa."

"Ya Ibu, aku juga mengingat saat dia berpamitan kepadaku, aku ingat pesannya, dan pesan itu hanya kutanggapi dengan candaan, dia mengatakan bahwa ia akan pulang dan melepaskan gelarnya, aku sangat yakin dia hanya mengucapka satu lelucon kepadaku bu, tapi......, saat aku baru bangun, ibu memberitahu, dia meinggal, dan semua pesannya benar-benar terjadi."

"Ya, Philip, akan ibu beritahu rahasia kecil kakakmu." Aku sempat terdiam dengan perkataan ibuku, Rahasia? apakah dia selalu menyimpan rahasia?, pria itu sungguh misterius dan aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya ingin mendengar rahasia apa yang sebenarnya, Alex rahasiakan dariku.

"Rahasia?, apa maksud ibu dengan Rahasia?." tanyaku yang agak terkejut.

"Ya anakku, sebuah rahasia, yang sebenarnya ingin dia beritahu saat kau berusia 19 tahun nanti, saat dirimu sudah mendapat bagian dari tugas-tugas resmi kerajaan, aku ingin dirinya sendirilah yang memberi tahu, akan tetapi hari ini kita harus melihat dirinya dibaringkan didalam liang tanah."

"Baiklah ibu, mungkin aku siap mendengarkan apapun yang ia katakan."

"Baiklah Philip, mungkin ini akan menjadi beban baru bagi dirimu ibu sangat tahu itu." tunggu, beban? pasti hal ini akan ada kaitannya dengan tahta, aku sebenarnya tidak ingin mendengarkan, namun aku sudah berbicara kepada ibu kalau aku akan mendengarkannya.

"Philip, sebenarnya kakakmu ingin mengundurkan diri dari posisinya, dan ingin melihatmu memakai mahkota, namun ia tahu kalau itu akan membuat kerajaan menjadi tidak senang dengan kita, maka dari itu ia mengurungkan niatnya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa."

"......................" Aku tidak mengeluarkan sepatah katapun, aku hanya terdiam, kenapa dia senaif itu, apa alasannya dia ingin mengundurkan diri sebagai pewaris tahta?, apa karena dia tidak sanggup?, aku juga tidak sanggup, tapi aku mungkin tak akan berfikir senaif dirinya, aku tidak akan mengundurkan diri hanya karena aku tidak sanggup dan aku tidak menginginkan semua ini, lagipula aku tidak ingin Sisi merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan saat ini.

"Philip........ Ibu harap kau tak membenci kakakmu, dan dia mengurungkan niatnya te..."

"Baiklah Ibu, aku tidak akan menaruh benci pada dirinya, aku akan memaafkannya, lagi pula aku tidak akan dendam pada orang yang sudah meninggal." aku memotong perkataan ibuku, karena aku tak ingin ini semakin lama, mungkin aku harus meminta Alois untuk mengajakku berkuda esok. 

"Baiklah, Philip, kau harus mengantar sepupumu, mereka akan pulang esok hari."

Apa?!, secepat itu mereka akan pulang, aku baru saja merasa istana ini cukup ramai, dan mereka harus segera pulang?, kenapa semuai ini terjadi dengan sangat cepat.
"Maksud ibu?, Paman Derek dan Bibi Christine akan kembali ke Dinsz esok pagi?" tanyaku bingung kepada Ibuku, karena mereka terlalu cepat untuk pulang.

"Apakah Pamanmu hanyalah Derek? dan Bibimu hanyalah Christine?, ingat kau masih Punya Ludwig dan Dorothy, Derek dan Christine akan tinggal disini sampai pemahkotaanmu sebagai pewaris tahta. sementara Ludwig dan Dorothy akan kembali ke Paris karena, euhm kau tak harus bicarakan pada Sisi, George akan menikah..."

"Aku mendengarnya...." ASTAGA sejak kapan dia ada disini, apa dia menguping? dasar tidak sopan, bisakah dia tidak muncul dengan tiba tiba..... lihat dia merusak suasana.....

"SEJAK KAPAN KAU DISINI?" Tanya ku dan ibu berbarengan.

"tenang kalian berdua....., Elizabeth Alexandra Victoria Marie Therese yang cantik ini hanya berjalan jalan di taman ini 5 menit yang lalu, sampai aku dengar kalian membicarakanku..."

"Tidak anakku, kami hanya berbincang..." jawab ibuku yang seolah menyembunyikan kebohongannya, padahal dia tahu anaknya yang satu itu sangat tidak bisa dibohongi..

"Ibu sudahlah, aku sudah tahu semua, lagi pula sepupu George meminta saranku untuk pernikahannya, dan kita harus datang, karena pernikahannya akan diundur sampai pelaksanaan, Pangeran Lamban ini Ibu." 

"AKU TIDAK LAMBAN, DASAR KAU MULUT BESAR." cihhh lagi lagi dia meledekku

"Maafkan aku Adikku sayang......, tapi asal kau tahu kau memanglah Lamban...."

"KAU......"

"Sudahlah kalian berdua, Sisi dari mana kau tahu informasi itu?, dan kenapa Dorothy memundurkan pernikahan Puteranya?" Ibu ku melerai, dan membubuhi sebuah pertanyaan kepada Sisi, aku hanya bingung, kenapa dia tidak tampak sedih?, padahal Sisi sangatlah mengagumi Sepupu George, tapi entahlah, Sisi memanglah orang yang sangat tidak pasti.... Sifat kedua saudaraku memang aneh, yang satu sangat naif, yang satu sangatlah tidak pasti dan aku, ya aku orang yang sangat sensitif.

Sorry gaes endingnya agak ngegantung, so silahkan temukan jawabannya di Chapter selanjutnya, jadi terus nantikan cerita aneh bin ajaib ini gaes wkwkwkwk 

so, see you in next chapter... jangan lupa tinggalkan jejak, dan tekan tanda bintang untuk memberikan dukungan, agar writer semakin semangat untuk menuli dan melanjutkan cerita yang sangat sangat aneh dan kurang menarik ini

Thank you guys buat yang masih setia menunggu.... see you

The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang