Bab 4 - Just a Cup of Tea

27 8 0
                                    

"Aku ingin menjadi bebas seperti kuda yang bisa berlari-lari di lapangan yang luas, bebas seperti angin yang selalu berhembus setiap saat, aku ingin bebas seperti burung yang bisa terbang tanpa memikirkan kapan mereka jatuh sampai waktunya tiba, tapi semua itu hanyalah mimpi, namun aku hanya bisa seperti kuda yang dikurung dalam kandangnya, dan dilepaskan bila ada yang ingin memakainya, aku tidak akan bisa seperti angin yang dengan sombongnya bisa bebas tanpa ada yang memaksanya diam, dan aku hanya akan menjadi bayi burung yang hanya menunggu induknya tiba dan tidak bisa terbang bebas karena sayapku yang belum siap kupakai. semua ini adalah takdirku, takdir  yang hanya bisa mengurungku dan tak ingin melepaskanku pergi." -PHILIP

------------------------------------------------------------------------------------------------

"Tuan..... kita sudah sampai, mari..." ajak Alois yang membuatku terkejut karena sejak tadi aku hanya melamun dan tidak bisa memikirkan atau memperhatikan sekitarku. lalu setelah Alois mengejutkanku, kami turun dan menuju ke kandang kuda milik keluarga Von Kitz. 

"Apa Anda ingin berkeliling dengan menunggang kuda Tuan?"  

"Sebenarnya aku ingin, tapi itu akan melanggar tradisi keluargaku..."

"Baiklah Tuan, kalo begitu kita akan berkeliling untuk melepaskan pikiran sejenak., Mari Tuan..." ajak Alois keluar kandang kuda yang menurutku lebih nyaman bagiku, sebenarnya aku ingin menunggang kuda hari ini, menunggang kuda membuatku lebih tenang dan membuatku lebih santai, tapi jika Aku melakukannya hari ini, aku akan disebut pelanggar tradisi oleh keluargaku sendiri, ya karena menurut leluhurku, Franz-August sang pendiri Wangsa Zweinburg-Pfalzimmer, "Kuda adalah lambang agung dari dewi kehidupan."  ya, karena pernyataan inilah kami dilarang menunggang kuda saat ada kerabat dan anggota keluarga yang meninggal, bahkan menurutku ini tidak ada hubungannya sama sekali, kenapa tidak boleh menunggang kuda?, kecuali aku menunggangi kuda untuk bermain polo dan pergi ke bar saat kematian saudaraku. menurutku ini aneh dan sangat tidak relevan, tapi aku tidak akan memikirkan itu sekarang aku hanya ingin menenangkan pikiranku dan membawa keluar semua masalah yang sejak tadi pagi masih terkurung dalam kepalaku.                                                                                                  Alois mengajakku untuk pergi berkeliling lapangan luas yang sangat hijau, dan rindang karena dikelilingi oleh pepohonan yang lebat, aku hanya berjalan, berjalan, dan berjalan, ya berjalan tanpa memikirkan atau memperhatikan sekelilingku, entah mengapa hari ini aku hanya melamun dan tenggelam dalam kesedihan. 

"Tuan?..."

"Tuan?...."

"Tuan?...."

Hah, dan selalu seperti ini , aku selalu dikejutkan oleh orang lain, karena mungkin mereka menyadari aku sedang melamun dan tidak memperhatikan keadaan disekitarku sekarang.     

"Tuan, Apa aku mengganggumu?"  

"Tidak Alois, aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang sejak tadi aku pikirkan, dan entah mengapa aku tak bisa melepaskannya.." 

"Baiklah tuan, aku hanya memastikan bahwa tuan merasa nyaman disini, dan mungkin suasana disini bisa membuat anda sedikit lebih nyaman dan menenangkan isi pikiran anda, tuan."

"Ya, Alois kau memang selalu tau apa yang membuatku merasa lebih nyaman, suasana tenang dihamparan padang rumput yang hijau dan berteduh dibawah pohon yang rindang."

"Mungkin secangkir teh bisa membuat anda lebih nyaman tuan?"

"Hmmm, baiklah aku ingin secangkir teh..."

"Baiklah Tuan, aku sudah menyiapkanya di Gazebo, mari......."

Ya, mungkin Alois memanglah orang yang tau apa yang membuatku nyaman, dan lebih rileks, karena kami sudah saling mengenal satu sama lain,dan selain itu keluarga kami memang sangat dekat, keluargaku mempercayakan Clan Von Kitz untuk mengurus kuda-kuda istana, bahkan Ayahku mempercayakan Ayah Alois, Wilhelm Von Kitz menjadi sekertaris pribadinya, juga Alois adalah sahabatku sejak aku masih menjadi seorang pangeran biasa.

"Teh yang sangat nikmat, terima kasih Alois.." ucapku sembari memuji teh yang dihidangkan oleh Alois

"Hum... itu hanya sebuah teh Tuan, semua orang bisa membuatnya..." jawab Alois dengan sedikit kelucuan yang tampak di wajahnya saat mendengar pujian ku yang menurutnya "terlalu" besar, padahal aku hanya memnuji tehnya bukan dirinya, sifatnya yang selalu percaya diri memang tidak akan menghilang.

"Hah, kau mmang selalu percaya diri...., namun kau benar semua ini membuatku merasa lebih nyaman dan meringankan pikiranku."

"Jika kau merasa kurang nyaman, pergi saja kemari, inilah tempat yang tuju disaat aku membutuhkan ketenangan."

Sambil menikmati keheningan dan kenyamanan di tempat ini, mataku tidak sengaja memandang sekumpulan orang-orang yang mengeluarkan kuda-kuda dari kandangnya, aku bingung terhadap hal itu, apa yang akan mereka lakukan, apalagi kulihat mereka memakai pakaian istana, pasti mereka adalah bagian dari istana, tapi mengapa mereka ingin berkuda disaat Istana sedang berduka?.

"Alois, Mengapa mereka mengeluarkan kuda-kuda istana, apakah mereka ingin berkuda?, tapi mereka adalah bagian dari Istana, pegawai ayahku?, untuk apa semua kuda-kuda itu?." tanyaku dengan sedikit rasa bingung melihat pegawai istana yang mengeluarkan kuda-kuda dari kandangnya.

"Mungkin keheningan ini membuat anda lupa akan kejadian yang menimpa saudara anda Pangeran Alexander tuan, tentu kuda itu akan dipakai untuk menarik Peti, dan sebentar lagi mereka akan menggelar latihan untuk pemakaman saudara anda, Tuan."

"Hmm, ya benar, mereka menggunakan itu untuk menjemput Alec, aku berharap akulah yang mereka jemput." seketika aku menjadi berpikir lagi tentang kejadian yang menimpa saudaraku, dan aku hanya kembali terdiam.

"Maafkan Aku Tuan, jika aku membuat anda kembali merasa khawatir."

"Tidak apa Alois, Setidaknya kekhawatiran ini tidak membuat pikiranku lelah, baiklah aku ingin kembali ke istana, tepat pukul 8, kami harus berada di dalam Istana untuk menyambut kedatangan keluarga yang lain." ucapku, mungkin kenyamanan di sini membuatku merasa cukup nyaman namun aku harus tetap ingat dengan Saudaraku.

"Baiklah Tuan, aku akan menyiapkan keretanya segera."

"Aku minta kau hadir menemaniku Alois, karena mungkin aku butuh seorang teman."

Mendengar ucapanku, mungkin Alois cukup terkejut karena Keluarga lain tidak pernah datang ke istana kecuali mereka adalah bagian dari keluarga kerajaan dan masih memiliki ikatan darah serta mewarisi Gelar dan Wangsa Zweinburg-Pfalzimmer.

"Maaf Tuan, tapi saya bukanlah bagian keluarga anda, bukankah itu akan melanggar aturan keluarga anda?." tanya Alois yang sedikit bingung karena aku menyuruhnya hadir nanti malam di tengah keluargaku.

"Tidak jika mereka menerima undangan dari keluarga tersebut."

"Baiklah Tuanku, kereta akan tiba sebentar lagi, apakah anda ingin menunggu disini atau menunggu didepan lapangan pacu?."

"Tidak, aku ingin menikmati suasana disini sebentar."

"baiklah tuanku."

Setelah Alois pergi aku kembali menikmati suasana yang amat tentram disini, sebelum aku kembali kedunia nyata yang siap membuatku khawatir kembali.




Yak Segini aja ceritanya semoga kalian bisa menikmati cerita ini meskipun alurnya agak kacau dan ga beraturan ditambah cerita yang sedikit agak aneh , hehehehe.....

Thank You Guys...... jangan lupa dukungannya buat Author Amatir ini 

See You in Chapter 5.........

The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang