Bab 2 - Worries

36 9 0
                                    

"Takdir bagaikan benda tajam yang menusuk hatiku, bagaikan pisau tertanam di relung hati, sakit dan tak bisa menahan rasa yang diciptakan olehnya, ingin rasanya ku lepaskan baju takdir yang melekat dalam jantungku , namun semakin ingin kulepaskan, justru ia malah melekat, semakin ingin ku tolak, ia malah semakin dekat dengan diriku. Yang aku inginkan hanyalah melepaskan takdir dalam diriku, namun sekuat tenaga aku tak akan bisa lari darinya, ia selalu mengejarku, yang hanya bisa kulakukan kini, hanyalah menerima serangannya dan pada saatnya takdir ini akan lepas, pergi dari diriku dengan sendirinya. -PHILIP

------------------------------------------------------------------

#Flashback#

17 Januari 1768, adalah hari yang bahagia bagi seluruh rakyat Kerajaan Pomerina, Pomerina adalah kerajaan indah dibalik pegunungan alpen, negeri indah yang terletak di selatan Jerman dan berbatasan dengan kerajaan Genoa. hari ini adalah hari yang amat dinantikan oleh seluruh rakyat, ya hari ini lahir seorang pangeran tampan, pangeran tersebut sangat dicintai oleh rakyat pangeran itu diberi nama Alexander Joseph William Ferdinand Christian, ia sangat dinanti, kelahirannya menjadi hari yang paling dinanti oleh seluruh kerajaan, ya pangeran ini sangat dinanti karena suatu hari ia akan menggantikan pamanya Raja Mauritz II sebagai penguasa Pomerina, masyarakat sudah menunggu kehadiran seorang pangeran cilik yang lahir demi kelangsungan tahta, karena sang raja tidak dapat memiliki seorang anak.

sepanjang hari bahkan sepanjang musim rakyat tidak berhenti untuk mengadakan pesta bagi "sang matahari cilik". bahkan mereka rela dihukum demi melihat wajah tampan bayi tersebut, namun tugas berat bahkan sangat berat sudah ditanggung oleh sang pangeran yang baru saja lahir, yaitu takdir yang akan membawanya ke tahta.

2 tahun kemudian, bertepatan dengan ulang tahun yang mulia raja Mauritz II, 30 April 1770 lahir lagi seorang putra, anak bungsu dari putra Mahkota Ferdinand, rakyat kembali bergembira karena hadir lagi pangeran yang sangat menawan yang akan mewarisi mahkota, setelah rakyat bergembira atas kelahiran Putri Elizabeth, putri dari putra mahkota Ferdinand, kerajaan akhirnya dapat melihat kelahiran sang pangerang tampan yang diberi nama Philip Christian Frederick Albert Benedict Joseph Louis.

Hari demi hari berlalu kedua pewaris tahta, Pangeran Alexander dan Pangeran Philip tumbuh menjadi seorang remaja yang makin dicintai oleh rakyatnya, ketika Pangeran Philip berusia 16 tahun, ia harus menerima takdir yang selama ini menghantui kedua pangeran, yaitu duduk diatas tahta, 01 Juni 1786, Yang mulia Raja Mauritz II yang sangat dicintai oleh bangsanya harus gugur di medan peperangan, ya kala itu Pomerina sedang dalam masa-masa kelam yaitu berperang dengan saudara dekatnya Wina. Namun, dengan dukungan dari sang Raja, rakyat merasa bahwa mereka sedang dilindungi, itulah tugas terberat menjadi seorang Raja, yaitu melindungi rakyat dan negaranya.

Kini Kedua pangeran yang tadinya hanyalah seorang anak kecil, lugu, dan pemalu, harus menerima takdir mereka yaitu menjadi pewaris tahta.

------------------------------------------------------------------------

#Kembali ke masa kini#

Ya, aku mengingat semua kenangan dimana saat aku dilahirkan, aku hanyalah seorang bayi tampan yang dinanti-natikan untuk menjadi penguasa, takdir yang kurasa sangat menyiksaku, kini tiba saatnya, adikku tercinta Philip....., terimalah takdirmu, jangan lari darinya, biarkan dia hidup dalam jiwamu, menjadi penguasa ialah takdir sejatimu......... penuh cinta "Sang Matahari"

Disaat aku membaca tulisan yang ditulis oleh kakakku di detik terakhir hidupnya perasaan dalam diriku sudah tercampur aduk, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, dan dengan mudahnya ia menyuruhku untuk menerima semua ini, aku hanya berharap semua ini berakhir....

TOKKK

TOKKK

TOKKK

"Phillip........"

aku mengenal suara itu, itu adalah saudari ku, aku yang tadinya ingin meluapkan rasa yang ada dalam diriku saat ini, harus ku tahan karena kehadiran saudariku Elizabeth atau biasa aku dan keluargaku memanggilnya Sisi. sebenarnya aku ingin tidak diganggu oleh siapapun saat ini, karena diriku sedang dalam puncak amarahnya, namun kali ini berbeda seorang malaikat sedang mengunjungiku, ya aku memberikan saudariku julukan Malaikat karena ia adalah salah satu arahku ketika aku tidak tahu harus kemana saat aku bingung, dan tersesat, Sisi yang selalu menjeputku, dialah malaikat ku.

"Philip, Phillip, Phillip......., bisakah aku berbicara denganmu, aku tau sebenarnya kau tidak ingin diganggu oleh siapapun......, namun kau harus tau kami semua khawatir, karena dari tadi kau tidak menunjukan dirimu bahkan...."

"Masuklah Sisi, aku tak mau kau berdiri di balik pintu itu menungguku membukakannya untukmu." belum selesai dia Berbicara, aku menyuruhnya masuk dengan sedikit amarah yang sedang ku tahan agar tidak keluar, karena seluruh Istana ini tahu bahwa Pangeran Phillip adalah seorang pangeran yang tidak akan membakar orang lain. maka dari pada Sisi membuat amarahku tak tertampung aku terpaksa menyuruhny masuk sebelum dia selesai dengan penjelasannya.

" Philip............, kita semua tau ini berat bagimu, tapi janganlah terlalu tenggelam dalam kesedihanmu adik...."

"hmmm.......... ini berat bagi kita semua Sisi." jawabku pada Sisi sembari bangun dari tempat tidurku dan pergi menuju balkon kamarku untuk melihat dunia yang begitu kejam ini.

"Philip, aku tahu bahwa semua ini tidaklah mudah, tapi aku yakin pada saatnya kau akan bisa menerima ini semua...." kata Sisi kepadaku, aku rasa dia sedang menyemangatiku namun aku sekarang aku tidak bisa menerima apapun itu termasuk penyemangat dari saudariku yang paling kusayangi ini, rasanya hari ini bumi tidak berputar dan meninggalkanku seorang diri.

"Philip......." Sisi mencoba memcah keheningan diantara kami, aku tau betapa ia juga sedih dan tidak ingin hal ini terjadi pada siapapun..

"Philip, aku hanya ingin menyampaikan pesan dari ayah, ia ingin agar kau menemuinya, ia khawatir dengan kabar ini membuatmu sangat terkejut dan tertekan, ia tak ingin kau terus bersedih....., baiklah aku akan kembali ke ruanganku" seketika sisi langsung meninggalkan ku dengan keheningan.

Ayah ingin aku menemuinya, aku harap beban ini akan segera terlepas dari ku dan sekiranya aku tidak ingin semua ini terjadi....Gumamku dalam hatiku yang sedang terbakar amarah, namun jika aku terus bersedih mungkin ini mereka akan menjadi terlalu khawatir. aku tak ingin ini semua membuat keluarga ku menjadi khawatir terhadap diriku...



Hai semuanya terima kasih atas dukungannya, aku harap cerita ini dapat membuat kalian terhibur dan mohon maaf jika ceritanya agak kurang menarik karena memang baru belajar untuk menulis sebuah karya....

Jangan Lupa untuk meninggalkan jejak ya teman......





The Strains Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang