Truth or Dare

12 3 0
                                    

Maaf ya , aku pakai timer skip

.

Suasana di rumah sederhana Himalaya cukup ramai. Pasalnya di rumah ini sedang mengadakan acara.
Ya. Acara kecil-kecil an saja.

Ada teman-teman Himalaya dan juga teman-teman Kevano. Bahkan, ada Bang Tomi juga.

Semua berkumpul di ruang tengah, mereka baru saja menyelesaikan makan malamnya.

"Mumpung lagi ngumpul gini enaknya main permainan gak sih?" Itu suara Hendra.

"Permainan apa?" Sahut Sofia.

"Truth or dare aja gimana?"

Wah. Bukan ide yang buruk.
Permainan ini bagus juga dan pasti sangat asik.

Dan akhirnya mereka pun berseru bersama.

"SETUJU"

Tim sudah dibagi.

Di Tim 1 ada Winata, Hendra, Kevano, dan Bang Tomi.

Ya. Bang Tomi ikut.

"Kayanya seru, ikut ya?" Katanya.

Mereka sih setuju saja, toh itu justru lebih baik karena jumlah personilnya jadi pas.

Di Tim 2 ada Himalaya, Sofia, Haikal, dan . . .

Juna.

Sebenernya mereka mengajak Yesi juga, tapi dia tidak bisa hadir.
Adiknya sedang sakit.

"Oke sekarang siapa sama siapa dulu nih?" Tanya Haikal.

"Bang Tomi aja dulu, sama Himalaya gimana?" Jawab Winata.

"Boleh deh. Jangan Himalaya sama Kevano pokoknya mereka kan udah saling buka-bukaan semuanya" Setuju, Sofia.

Memang benar. Himalaya dan Kevano sudah saling buka-bukaan. Tentang keluarga, teman, sahabat, dan lainnya.

"Oke. Sok mulai" Perintah Hendra, pada Himalaya dan Bang Tomi.

"Ayo. Abang dulu"

"Oke, Truth or dare dek?"

"Apa ya? Dare aja deh dare"

"Selama abang disini kamu boleh lakukan semua yang kamu mau"

"Hah? dare kok gitu?"

"Lah kenapa? Ya suka-suka abang dong"

Himalaya hanya menggelengkan kepalanya. Terserah lah.

"Oke deh. Sekarang Hima yang tanya, Truth or dare?"

"Truth. Gak usah di tanyain. Abang mau kasih tau sendiri"

"Apa?"

"Abang. Bulan depan mau ngelamar pacar abang"

"HAH?"

"Woi Him! Pelan kek mulut lo, pengang anjir kuping gue"

"Ya maaf, abisnya kaget hehe"

"Maaf dadakan ya. Pokoknya lamarannya bulan depan di palembang. Kalian semua ikut ya"

"SIAP"

"Oke lanjut"

Semua diam.

"Siapa selanjutnya woi? malah diem" Ucap Hendra.

"G-gue ya? Sama Kevano, Boleh?"

Hendra mengangguk, "Monggo"

Juna mengambil posisi yang sesuai di hadapan Kevano.

Tapi sebelum Juna bicara, Kevano menyela ucapannya.

"Gausah saling gantian. Lo aja yang jujur sama gue. Gue tau banyak hal yang banyak pengen lo ungkapin ke gue" Ucap Kevano.

"I-iya"

"Bentar deh, Juna belok?"

Sofia menggetok pala Haikal dengan keras, "Jangan asal lambemu Kal"

"Ya maap"

"Ehem" Juna berdeham, mengatur nafasnya.

"Jadi disini gue mau minta maaf. Selain sama Kevano sama Himalaya juga. Maaf karena gue diem-diem suka sama Himalaya. Gue selama ini selalu mantau dan lihatin dia dari jauh. Maaf. Gue gak bermaksud"

"Asik tubir" Kompor Hendra.

"Gue tau kok" Ucap Kevano.

"Gue ngerti tentang semuanya itu, karena keliatan dari sikap lo, dan setiap lo mantau Himalaya gue juga mantau. Jadi, gue tau" Lanjut Kevano.

"Maafin gue ya"

"Iya. Udah Di Maafin" Itu Himalaya.

Gadis itu mendekat.

"Gak papa Juna, gak ada yang salah kok. Maaf juga ya kalau Hima telat taunya dan maaf Hima gak bisa balas perasaan kamu karena Hima sukanya sama Kak Kevano"

Juna mengangguk pasrah sambil tersenyum Manis, "Bukan masalah, dari awal gue udah tau kok. Bahagia selalu ya"

Dan malam itu. Dimana semua hal terbongkar.

Tentang rasa yang akhirnya terungkapkan walau tak terbalaskan dan tentang cara mengikhlaskan.

Permainan Truth or Dare terus berlanjut sampai walau. Walaupun semakin melantur dan tidak jelas.

Apalagi Hendra dan Haikal, tentu saja.

TBC
.
.
.
Vote?

Loss And Regret(√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang