Rain segera mendaratkan bokongnya gadis itu terlalu lelah menjalani hukuman yang ia dapatkan dari Bu Ira karena tercydukk memaksa Pak Warno untuk membukakannya gerbang masuk.
Gadis itu menatap Ellia dengan wajah datarnya lalu menguap begitu saja di depan Ellia.
"Tumben telat," tanya Ellia seraya membereskan alat tulisnya.
"Hoamm--- hemm iya hari ini panas banget," jawab Rain setengah sadar lalu segera menutup matanya dan yaa tak membutuhkan waktu yang lama saat ini Rain sudah memasuki mimpinya.
"Anjir! Di tanya apa jawabnya apa." Ellia hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya melihat tingkah aneh sahabat barunya itu. Bisa bisanya ia tidur dengan sangat cepat dan tak terganggu oleh suara bising yang di ciptakan oleh teman temannya itu.
"Dhlh-itzy," pasrah Ellia lalu berjalan meninggalkan Rain.
Kantin....
"Woii, diam diam bae lu pada," teriak Ellia seraya menggetok kepala Reza.
"Sialan, cari ribut ya mba jago?" Reza menatap kesal sahabatnya itu yang sangat suka menganggunya.
"Lah, kok ngamokk! Yutuber bang? Canda yutuber," kekeh Ellia lalu segera meminum jus jeruk Aldo.
"Anak dajjal!"
"Mata kau anak dajjal."
"Rain mana?" Tanya Bella yang sedari tadi menyimak pertengkaran tidak masuk akal itu.
"Nah iya, Rain mana?" Timpal Aldo.
"Tidur, habis di hukum tadi sama Mam Ira."
"Karena?" tanya Reza.
"Karena?" Jawab Ellia menirukan ucapan Reza.
"Anjing!" Seru Reza menatap tajam Ellia.
"Hehe, peace," kekeh Ellia lalu membentuk jarinya menjadi V.
"Untung gue anak baik nan juga sabar," pasrah Reza.
"Jadi?" Tanya Bella lagi menatap semuanya.
"Ya gitulah."
"Ini engga ada yang mau pesen makan? Gua laper tau," rengek Ellia.
"Meresahkan" ucap mereka.
Reza berdiri dan bergegas untuk memesan makanan, tak butuh waktu lama kini Reza sudah mambawa nampan berisi mie ayam dan juga tak lupa minumannya.
"Makanannya sudah sampai tuan dan nyonya, saya harap makanan ini tidak mengecewakan lidah kalian," ucap Reza lalu menatap mereka satu persatu dengan senyum manisnya.
"Dih dih, gila ya lu?" Ngeri Bella melihat tingkah random Reza.
"Terimakasih pujiannya," ujar Reza dengan senyumnya.
"...."
Krik krik krik krik....
🐝🐝🐝🐝
Kring kring bunyi hujan di atas genteng ehh ga deng.
Bell yang berbunyi menandakan bahwa waktunya pulang, semua siswa-siswi berlomba-lomba untuk meninggalkan ruangan itu tapi berbeda dengan Rain yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya, ia masih dengan posisinya dan tak bergerak sedikit. Ellia yang melihatnya hanya bisa bergedik ngeri lalu segera membangunkannya.
"Woi, bisa-bisanya lu tidur senyaman itu." Ellia memijat pangkal hidungnya melihat tingkah teman sebangkunya itu.
"Heem, bentar." Rain menguap begitu saja tanpa memperdulikan tatapan Ellia, ia segara meregangkan otot-ototnya yang sudah keram.
"Lu mau ngga datang ke rumah gua?" tanya Ellia.
"Nanti aja, gua pengen selesain tidur gua dulu."
"Hadehhh."
"Kapan kapan aja."
"Ngokhey."
____________
Di kediaman keluarga Danuarta sekarang sedang terjadi perang saudara di mana sang kakak yang sangat hobi menjahili adiknya yang sedang asik membaca novel di taman belakang rumah mereka.
"Apasih gavin!!! lu bisa ngga sehari aja jangan ganggu gua!" geram Ellia.
"Engga."
Ellia mengacak rambutnya frustasi menghadapi abangnya yang terlalu 4D itu, ia sungguh ingin membunuh Gavin.
"Jangan gerakin ayunannya anj...." Belum sempat menyelesaikan ucapannya ia sudah di berikan tatapan tajam oleh sang kakak yang baru saja datang.
"Gavin tuhh, gangguin Ellia terus," lirih Ellia menunjuk ke arah Gavin yang asik mengupil tak memperdulikan dua manusia yang menatapnya horor.
"Udah berapa kali gua peringatin jangan suka ganggu adik gua!" marah Gavan saat melihat saudara kembarnya itu.
"Dia juga adik gua anjir," kesel Gavin.
"Lu mau gua hantam hm?" tanya Gavan menaikkan satu alisnya.
Gavin hanya bisa tersenyum pasrah mendengar ucapan sang kakak, sekarang niatnya harus di tunda karena manusia yang tidak berperasaan itu sedang tidak main-main dengan ucapannya. Gavin tak ingin mendapat bogeman gratis.
"Ngga asik lu pan!"
"Kakak, Gavin belum mandi tadi kan di suruh mandi sama mama tapi dia malah ngeyel ngga mau dengerin mama," adu Ellia dengan senyum miringnya, ia tahu Gavin lebih penurut di hadapan Gavan ia akan menuruti perintah Gavan mungkin Gavin lebih takut pada Gavan ketimbang orang tuanya.
Benar kata orang-orang aura kakak lebih menyeramkan.
"Tukang ngadu, sama Gavan aja manggilnya kakak," rajuk Gavin.
"Lu mending mandi gih," titah Gavan.
"Awas aja lu Lia!" setelah mengucapkan itu Gavin segera berlalu meninggalkan dua saudaranya itu.
"Sekarang lanjutin lagi baca novelnya," ucap Gavan seraya mengelus rambut adiknya itu.
"Gamauu, Ellia pengen eskim yang banyak," rengek Ellia menarik tangan Gavan.
"Nanti kakak beliin, sekarang Ellia yang cantik baca novel dulu," bujuk Gavan seraya tersenyum manis.
"Gamauu, pengennya sekarang!"
"Aku ada kerjaan dulu cantik."
"Ellia nangis kalau ngga di beliin sekarang!"
"Baik adikku sayang, kakak mu ini akan menuruti keinginan mu asal adik kecil aku ngga nangis."
"Maaci," girang Ellia lalu memeluk Gavan dengan sangat erat.
"Sama sama cantik."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionAku hanya bisa meringkuk ketakutan saat melihat semua piring hancur berkeping-keping yang diiringi dengan jeritan amarah serta nada yang saling membentak. Aku takut kehilangan mereka, aku takut mereka akan pergi, aku takut. Disaat aku meminta kedam...