Ezra terus saja merengek agar Allen mau membawanya ke taman, ia melakukan berbagai cara dan ya usahanya berhasil,
sang kakak ingin menemaninya bermain ke taman."Ezra, lo ngapain berdiri disitu, ganti baju dulu sini," ucap Allen sambil melipat kedua tangannya di dada, sepertinya jiwa emak emaknya sudah keluar.
"Iya," balas Ezra semangat.
setelah 10 menit mengganti baju Ezra, gadis berhodiee putih itu memakaikan kos kaki dan juga sepatu.
"Terimakasih," ucap Ezra dengan senyum manisnya.
Allen hanya mengangguk lalu mengambil tangan mungil adiknya itu, ia berjalan keluar menuju taman yang tak jauh dari rumahnya. Ezra sedari tadi hanya tersenyum melihat kakaknya.
"Seneng banget ya?" tanya Allen tersenyum, sepertinya senyuman adiknya menular.
"Biasanya aku ke taman bareng kakak Ray, tapi sekarang kakak Ray belum pulang, aku kangen." bocah itu menunduk seraya mengerucutkan bibirnya.
"Kan sekarang ada aku," ucap Allen seraya memeluk adiknya.
"Kalau sedih kita balik kerumah gajadi ke taman," ancam Allen.
"Ini semangat." Ezra segera tersenyum lagi tidak ingin berlama-lama bersedih ia tidak ingin kembali kerumah.
"Biasa kakak Ray suka jahatin aku, aku sering ditinggal tapi Ezra tetep sayang sama kakak Ray," ucap Ezra seraya mengeratkan genggaman tangannya.
"Itu kakak kamu ya?" tanya Allen dengan kening berkerut ia kira Brianna hanya memiliki satu anak ternyata dugaannya salah.
Ezra mengangguk mengiyakan ucapan kakaknya itu.
"beli satu gratis dua." batin Allen dengan senyum tipisnya.
"Mau ngapain aja di taman?" tanya Allen, ia sejujurnya sedikit bingung karna ini kali pertamanya ia ke taman bersama Ezra.
"Ezra mau eskrim yang banyak terus mau gulali habis itu mau duduk liatin banyak orang, habis itu mauu beli balon juga terus mau apa lagi ya kak?" bocah itu meletakkan jari telunjuknya di pipi seraya mendongak ke arah Allen.
"Habis itu pulang," balas Allen dengan senyum jahilnya.
"Gamauuu."
"Jangan lama lama, nanti kecapean."
"Emm ok."
Gadis itu berjalan seraya menggenggam erat jari kecil Ezra, ia tersenyum manis melihat adik barunya itu, ia rasa tidak terlalu buruk mempunyai adik kecil yang imut seperti Ezra.
tak selang berapa lama akhirnya mereka sampai ke taman dimana banyak pasang mata yang berlalu lalang di hadapan mereka, ada yang bercerita bersama keluarganya dan ada juga yang bermain kejar-kejaran. Allen yang melihat pemandangan yang indah itu membuat hatinya menghangat, entah mengapa melihat hal seperti sekarang ini sangat Allen sukai.
Tanpa berlama-lama berdiam diri gadis itu segera berjalan mencari kedai eskrim untuk adiknya itu, ia melihat ke kiri dan kanan tapi tak menemukan kedai eskrim.
"kok gada ya kedai eskrim?" gumam Allen mengerutkan keningnya.
"pasti ada kok," sahut Ezra.
Allen hanya mengangguk lalu berjalan santai seraya mencari kedai eskrim, gadis itu memicingkan matanya tak kala melihat banyak orang yang mengantri untuk mendapatkan eskrim.
"Ketemu!" ucap Allen semangat.
"Yeayyy." Girang Ezra lalu memeluk kakaknya.
Allen yang tidak siap hanya bisa mematung saat merasakan kehangatan dari adiknya itu, ia tidak menyangka akan mendapat pelukan tiba tiba seperti ini.
"Ehem." Gadis itu berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Yuk kesana," ucap Allen lalu berjalan menuju kedai eskrim itu.
"ALLEN," teriak Kirania lalu berlari kecil menuju ke arah Allen.
"Apa?" ketus Allen memutar bola matanya malas, ia sangat malas untuk berurusan dengan Kirania saat ini.
"Sama siapa lo?" ucap Kirania menunjuk wajah Ezra yang sedari tadi memegang erat tangan kakaknya itu.
"Jujur gua malaes basa basi sama lu, gua muak ngeliat muka lu jadi stop buat sok asik sama gua," ujar Allen menatap sinis gadis bertopi itu.
"Waduh, santai mbak," balas Kirania lalu berjongkok menatap mata Ezra, ia tersenyum lebar ke arah bocah itu.
"Udah ya, gausah banyak drama disini." Allen segara menarik Ezra dan segera berjalan meninggalkan Kirania.
"Oi, tunggu dulu," teriak Kirania lagi.
"Apasih sih anjing, gada capeknya ya lu ganggu gua terus!" Allen menahan diri agar tidak meledak sekarang juga, ia tidak ingin Ezra meliha dirinya mengamuk hanya karena ulah Kirania.
"Jangan kasar kasar mulutnya," cibir Kirania menaikkan sudut bibirnya.
"Ezra, kamu duluan aja ya ke kedai eskrim itu, nanti aku bakalan nyusul," ucap Allen lembut seraya mengelus rambut adiknya itu.
"Iya kak," balas Ezra lalu berlari menjauh dari kedua gadis itu.
"Mau lu apa hah?" seru Allen manatap nyalang Kirania.
"Mau gua simple kok, lo cukup jauhin Gavan." terang Kirania.
Allen menghela nafasnya "Udah ya, gua ga kenal sama lu bahkan lu ga kenal gua tapi kenapa lu sampai benci gua segininya? kocak geming asal lu tau."
"GAUSAH BANYAK BACOT YA NJING, KALAU GUA BILANG JAUHIN YA JAUHIN! GAVAN GA PERNAH PANTES DAPAT CEWEK GILA KEK LU, GUA GA PERNAH SUDI KALAU GAVAN SAMA LU!" teriak Kirania menunjuk wajah Allen.
"Selain berisik lu juga bodoh ya!" ejek Allen menatap wajah Kirania yang sudah memerah karena emosi.
"Jaga ucapan lu! anak pembawa sial kek lu ga pantes berhak bahagia," pekik gadis bertopi itu, ia sungguh naik pitam mendengar ucapan Allen.
"Apasih, ga nyambung banget."
Tidak tahan mendengar ucapan lawan bicaranya, Kirania segara menaikkan tangannya untuk menampar wajah Allen tapi refleks Allen bekerja sangat baik, ia menahan tangan Kirania agar tidak mengenai wajahnya itu.
"Kalau gua mukul lu balik nanti dikira ga sayang sama hewan!" ketus Allen menatap datar Kirania. waktunya terbuang sia sia hanya untuk meladeni manusia tidak tahu diri ini, ia harus segera bertemu Ezra dan melanjutkan kegiatan menyenangkan bersama adiknya itu.
"Udah ya, gua bosen debat sama lu," decak Allen lalu meninggalkan Kirania yang saat ini menatap dirinya benci.
"Awas aja Len," tegas Kirania.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionAku hanya bisa meringkuk ketakutan saat melihat semua piring hancur berkeping-keping yang diiringi dengan jeritan amarah serta nada yang saling membentak. Aku takut kehilangan mereka, aku takut mereka akan pergi, aku takut. Disaat aku meminta kedam...