Happy Reading🐼🐼🐼Kini Bear geng's sudah berada di depan tiang bendera seraya mengangkat tangannya tanda hormat, tak lupa dengan kertas karton yang mereka jadikan sebagai kalung yang bertuliskan.
Saya berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Selang beberapa menit mereka mendongakkan kepalanya seseorang datang menghampiri mereka dan memberikan satu botol minuman dingin.
"Ihh, kok cuma satu sih?" tanya Ellia dengan keringat yang bercucuran karena sinar matahari yang cukup menyengat.
"Bagi empat," ucap gadis itu tak memperdulikan perkataan Ellia.
"Mana bisa!" kesal Ellia, sedangkan yang lain hanya menyimak.
"Yasudah gua balik," balas gadis itu tak jadi memberikan botol minuman dingin itu.
"Woii, gua haus," teriak Reza.
"Anjir, lu ngga usah teriak nyet lu mau hukumannya bertambah, ngga liat tuh cewek gua udah pucat!" khawatir Aldo seraya memperhatikan Ellia, ia saat ini tak bisa berdekatan dengan Ellia kerena mereka di beri jarak agar tak membuat keributan.
"Mau ngga?" tawar gadis itu lagi.
"Mau lah, tapi mana cukup bagi empat."
"Itu tupperware udah kecil malah di suruh bagi empat," keluh Ellia.
"Lu aja yang minum Lia, kita masih belum haus," ucap Bella.
"Iya bee, kamu aja yang habisin," timpal Aldo.
"Engga, gua juga haus tai," protes Reza.
"Lu ngalah aja bangsat," geram Aldo melihat sahabatnya itu tak mengerti bahwa Ellia saat ini sedang dalam keadaan tidak baik.
"Engga gua-....,"
"Gua datang ke sini bukan buat ngeliat kalian adu bacot, ini yang mau minum siapa ha?! Masalah minum aja di besarin," potong Rain seraya memijit pelipisnya.
"Reza aja soalnya-..," ucap Ellia.
"Lu aja, gua belum aus," senggah Reza.
"Kalian ikut gua, ngapain nurut sama guru itu sih? Nyiksa diri. Bego!" tegas Rain.
"Iya juga, ngapain kita di sini?" tanya Reza.
"Gosah bacott, ikutin Rain sudah," balas Bella.
..........
Saat ini mereka sedang berada di kantin. Setelah berdebat tentang hal konyol. Rain menghela nafas berat dan menyuruh mereka untuk duduk diam dan tidak membuat keributan.
Rain melangkahkan kakinya untuk mengambil makanan yang sudah ia pesan dan tepat di sebelah kirinya terdapat gadis yang menatapnya sinis beserta decihannya.
Sebelum melangkahkan kakinya menuju ke sahabatnya, ia terlebih dahulu menoleh ke kiri dan menatap datar gadis itu lalu memutar bola matanya malas.
Belum lima langkah ia berjalan ia sudah mendengar suara dari cewe yang sedari tadi menatapnya tak suka "Engga usah sok cantik di depan gua, lu tuh ada di bawah gua jadi mau bagaimana pun tetap cantikan gua!" teriak gadis itu.
Rain mencoba untuk tidak menggubris perkataan gadis itu, ia terus saja melangkahkan kakinya.
"Lu beneran tuli ya?! Ck, lu tuh ngga ada apa-apanya dari gua bitch. Sampah kek lu seharusnya ngga pernah masuk di sekolah ini, lu cuma bisa meresahkan para guru."
"Satu lagi, pasti orang tua lu nyogok para guru biar lu masuk di sekolah ini. Oh iyaa anak seperti lu itu juga seharusnya engga usah hadir di dunia ini. Lu itu cuma sampah!" Sindy benar benar menguji kesabaran Rain sekarang, ia berteriak dengan sombong saat mengatakan itu semua seraya mengangkat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionAku hanya bisa meringkuk ketakutan saat melihat semua piring hancur berkeping-keping yang diiringi dengan jeritan amarah serta nada yang saling membentak. Aku takut kehilangan mereka, aku takut mereka akan pergi, aku takut. Disaat aku meminta kedam...