Ellia melangkahkan kakinya menuju kulkas lalu mengambil beberapa buah dari dalam sana. Ia mengambil dua buah apel dan juga jeruk limau, saat asik mengambil buah itu ia mendengar langkah kaki lalu menoleh saat melihat seseorang ingin mendekatinya, ia sedikit terperanjat saat mengetahui kakaknya tiba tiba berada di hadapannya.
"Ihhh apasih, sana lu jangan dekat gua," teriak Ellia merasa was-was.
"GeeR banget nih anak satu, gua ga lagi pengen deketin lu," cibir Gavin santai seraya mengambil bawang putih yang tertera rapih di hadapannya.
"Ngapain lu ambil bawang putih, lu mau masak?" heran Elllia saat melihat kakaknya itu mengambil tiga siung bawang putih.
"Buat jaga-jaga, biar vampire gak masuk kamar gua," terang Gavin sambil menatap langit-langit dapurnya.
"Gak sehat anjirr," cibir Ellia dan sang empunya hanya mengabaikannya ia lebih sibuk mengurusi bawang bawang itu.
Tak selang beberapa detik, Gavin memiringkan wajahnya untuk melihat sang adik saat merasa ada kesempatan yang pas, ia segera mengendap-endap mendekati Ellia dan segera memeluk adik kesayangannya itu.
Ia mendekatkan ketiaknya ke wajah Ellia lalu tertawa puas. Sedangkan sang korban hanya bisa menahan napasnya agar tak mencium bau kakaknya itu.
Kebiasaan Gavin tidak pernah berubah, sejak kecil ia selalu melakukan itu membuat adik kecilnya merasa tak nyaman dengan ulahnya.
"Bau Dugong banget ya Allah." Ellia ngedumel dalam hati.
"Lepasin Bego! Nanti gua mati kehabisan napas!" geram Ellia.
"Meskipun gak ada bau busuk dari badan lu tapi jangan suka gitu dong Vin!" teriak Ellia menahan air matanya yang siap untuk jatuh
"Harum kan ketiak gua," ucap Gavin bangga seraya menaik turunkan alisnya.
"Mami! Papi! Tolonggg"
"GAVIN NYIKSA ELLIA, HUAAAA," pekik Ellia, sungguh ia sangat tidak terima di perlakukan seperti ini oleh sang kakak.
"Anjir, fitnah woii," panik Gavin setelah melihat Ellia yang siap dengan tangisannya.
"Kalau nangis, kakak gak bakalan beliin permen sama kinder Joy lagi," ancam Gavin.
"Gavin, jangan seperti itu, kamu tau apa yang kamu lakukan ke adik kamu sudah termasuk kekerasan," ucap Danu yang tiba-tiba muncul di depan pintu dapur.
"Papiii," teriak Ellia seraya memeluk erat Danu, Ellia akan menjadi anak yang gampang tersentuh bila berurusan dengan Gavin. Bagaimana tidak, Gavin sangat suka mengganggunya dan adegan tadi, ia paling benci saat Gavin dengan sengaja mendekatkan ketiaknya ke wajahnya. Gavin memang tak memiliki bau badan. Tapi tetap saja Ellia tak menyukainya.
"Sudah sayang, kakak mu itu baru keluar dari rumah sakit jiwa, kamu gak liat kartu kuning yang selalu dia bawa?" canda Danu untuk menenangkan putrinya.
Gavin mengerucutkan bibirnya. "Jahat banget."
"Makasih pujiannya, Papi emang dari dulu baik hati dan juga tidak sombong," balas Danu dengan senyum di wajahnya yang tak pernah hilang.
"Pi, masa tadi Gavin bilang gak mau lagi bawain Ellia permen sama kinder joy terus juga katanya mau ngundurin diri jadi kakak Ellia." Ellia mengadukan semuanya dengan kalimat tambahan.
"Bohong Pi, ngarang tuh si anak kecil!" Gavin menggelengkan kepalanya kuat-kuat mencoba menampilkan wajah seriusnya agar Danu percaya kepada.
"Kalau Papi lihat-lihat ya, mending kalian berdua tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionAku hanya bisa meringkuk ketakutan saat melihat semua piring hancur berkeping-keping yang diiringi dengan jeritan amarah serta nada yang saling membentak. Aku takut kehilangan mereka, aku takut mereka akan pergi, aku takut. Disaat aku meminta kedam...