Pa? Kapan ini semua berakhir, Allen capek.
Happy Reading guys 😊 😊Allen melirik mobil papanya yang sudah terparkir dengan rapih di halaman rumahnya yang menandakan bahwa papanya sudah pulang. Allen tersenyum misterius saat melihat mobil itu dan tanpa pikir panjang ia segera mencari sesuatu di sekitar halamannya dan saat berhasil menemukannya benda itu.
Brakkk (maaf, author kaga tau bunyi kaca pecah kek gimana.)
Kaca spion dan jendela mobil itu seketika pecah saat Allen menghantamkan batu besar yang ia temukan.
"Itu bayaran untuk jasa jagain Ezra!" ujar Allen seraya tersenyum puas melihat hasil karyanya itu.
Pertama, yang harus Allen lakukan berjalan menuju kamarnya dengan wajah datarnya dan melupakan apa yang baru saja ia perbuat. Baru saja Allen ingin membuka pintu rumahnya ia sudah di suguhkan pemandangan yang luar biasa, dimana gadis itu menatap mereka satu persatu dengan senyum kecilnya.
Allen menatap papanya yang setia menjadi kuda untuk Ezra dan Brianna yang tertawa lepas melihat suaminya bermain bersama anaknya.
Melihat itu semua membuat mood Allen makin hancur. Ia berjalan melewati mereka, belum berselang lama ia berjalan kakinya terhenti di anak tangga pertama. Ia tersenyum tipis dan menatap mereka dengan tatapan datarnya.
"Keluarga yang sangat harmonis," cibir Allen.
"Gua cuma mau ingetin buat lu, coba deh ngasih tau ke anak lu itu untuk ga percaya sama orang asing yang baru dikenal, punya anak tuh diajarin yang bener bukan cuma keluyuran gajelas kek anak gadis," tegas Allen seraya berjalan kembali menuju kamarnya, ia sangat jengkel melihat sifat Brianna akhir-akhir ini, bagaimana tidak ia selalu saja berada di luar rumah entah itu mengadakan arisan atau sekedar shopping bersama teman sosialitanya, ia bahkan tak memperdulikan keberadaan Ezra dan Allenn sangat risih melihatnya.
Brianna yang mendengar ucapan Allen hanya bisa menghela nafas panjang dan menatap dalam suaminya itu.
"Maaf mas," ucap Brianna.
"Udah jangan dipikirin, ada aku yang bakalan jagain kalian," ucap Hendra menenangkan Brianna.
🐨................🐨
07:15 am
Disinilah Allen berada di bawah terik matahari yang cukup menyengat, hari ini hari Senin dimana mereka harus berkumpul di lapangan yang maha luas ini sambil mengangkat tangannya tanda hormat ke tiang bendera merah putih itu. Hari ini cukup panas menurut Allen bahkan seragamnya sudah di penuhi keringat.
Sekarang jam menunjukkan pukul 07:15. Dimana sebagian orang termasuk Allen mengangkat tangannya tanda hormat ke tiang bendera merah putih itu. Tapi tidak dengan ketiga orang itu, mereka masih bersiap siaga untuk memanjat tembok.
Saat ini mereka sedang berdiskusi siapa yang lebih dulu memanjat tembok dan mencari sesuatu yang bisa membantu mereka menaiki tembok yang lumayan tinggi itu.
Tembok tinggi itu tidak menggentarkan semangat Ellia karena gadis berambut pendek itu sudah sangat sering melakukannya.
"Ck, ini ulah lu Rik!" decak Ellia malas.
"Anjir, kenapa jadi gua," balas Ricky sambil menyusun meja yang ia dapat entah dari mana.
"Siapa suruh lu ngajakin kita buat ngasih makan angsa! Udah tau angsa suka ngejar." Ellia mengatakan itu seraya memperbaiki rambutnya yang lepek, ia sangat menyesal mengiyakan ajakan bodoh Ricky.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionAku hanya bisa meringkuk ketakutan saat melihat semua piring hancur berkeping-keping yang diiringi dengan jeritan amarah serta nada yang saling membentak. Aku takut kehilangan mereka, aku takut mereka akan pergi, aku takut. Disaat aku meminta kedam...