CHAPTER 5

235 61 7
                                    

Pagi-pagi sekali, pukul enam lebih lima belas menit kurang lebih. Karina sudah siap dengan seragamnya, ia memasukkan papan ulangan, beserta tiga buku paket dan buku catatan kedalam tasnya sebelum membawanya keruang makan. Sesampainya ia melihat Bik Yuli tengah menata nasi goreng dimeja. Melihat kedatangan Karina, wanita tua itu tersenyum.

"Udah mau berangkat, cah ayu?"

Karina balas tersenyum, mendudukkan diri di kursi meja makan. "Iya, bik. Mau ulangan soalnya.."

"Owalah.." mulut Bik Yuli membentuk huruf 'O' sambil kepalanya mengangguk seolah mengerti. Ia bergerak mengambilkan secentong nasi goreng ke piring Karina. "Lagi?" Tanyanya memperlihatkan piring berisi nasi goreng itu pada Karina.

Karina mengangguk, merasa kurang. "Tambah sedikit lagi." Pintanya.

Bik Yuli menambahkan setengah centong nasi dan langsung disambut oleh Karina dengan senyum puas. "Makasih, bik."

"Sama-sama, cah ayu. Mau telurnya?"

Ada dua jenis masakan telur di atas meja. Yang satu telur dadar, yang satu telur ceplok mata sapi. Karina dengan cepat menunjuk telur dadar, favoritnya.

"Ayah udah berangkat, bik?"

Bik Yuli mengangguk. "Ayah kamu tadi abis subuhan udah gerusah-gerusuh terus berangkat nggak sarapan karena waktu bibik baru selesai ngaji mobil ayah kamu udah nggak ada."

Karina mengangguk datar. Tak terlihat sedikitpun jika didalamnya terselip kelegaan luar biasa, setidaknya pagi ini ia bisa mengawali hari dengan pikiran jernih.

"Ibu?"

"Ibu kamu lagi mandi kayaknya."

Lagi, Karina mengangguk. Ia mempercepat sarapannya kali ini, setidaknya itu bisa membuatnya terhindar dari ibunya pagi ini.

Sialnya, ia tersedak, entah apa yang tiba-tiba menyangkut di tenggorokannya membuatnya tersendat lalu terbatuk-batuk. Melihat itu Bik Yuli dengan cepat menuangkan air sambil mengoceh. "Alon-alon toh cah ayu, ora eneng seng arek jikok pangananmu ora.. (pelan-pelan toh anak cantik.. nggak ada yang mau ngambil makananmu nggak..)"

Dengan terburu-buru Karina menegak air yang diberikan Bik Yuli hingga dirasanya tenggorokannya sudah terasa kembali normal. Ia melihat jam tangannya sekilas dan memilih menyudahi sarapannya. "Kayaknya Karina harus berangkat sekarang deh, bik."

Melihat masih ada sedikit sisa nasi goreng di piring Karina, Bik Yuli menyuruh Karina menghabiskannya, namun gadis itu menolak dan memilih kembali menegak air minum hingga habis dan menenteng tasnya pergi. "Assalamualaikum!" Serunya sambil berlalu.

Bik Yuli hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat punggung Karina kian menjauh dan menjawab pelan. "Waalaikumsalam.."

Diluar Karina menyapa Pak Jaka yang sudah siap dengan seragamnya tengah duduk di teras membaca koran dengan ditemani secangkir kopi buatan Bik Yuli. Melihat majikannya yang sudah siap di jam yang tidak biasanya membuat lelaki setengah baya itu sedikit terkejut dan dengan cepat berdiri dari duduknya. "Loh? Udah siap toh, neng?"

Karina mengangguk. "Udah, pak. Hari ini Karina udah mulai ulangan jadi mulai hari ini sampe Minggu depan berangkatnya jam segini terus." Jelasnya. "Bapak juga udah siap, 'kan?"

"Udah atuh.. tinggal ngeluarin mobil dari garasi aja. Neng Karina tunggu disini."

"Iya pak.."

Pak Jaka pergi menuju garasi dengan berlari kecil.

Karina memilih membuka ponselnya sambil menunggu Pak Jaka, ia membuka aplikasi obrolan dan ada beberapa pesan masuk disana, kebanyakan berasal dari grup kelas yang membahas tentang ulangan hari ini, ada juga dari grup OSIS yang saling memberikan semangat satu sama lain. Ia kemudian beralih ke aplikasi Instagram, sebetulnya ia sangat jarang bermain di dunia sosial media, namun melihat ada notif bar di atas yang datang dari akun instagramnya membuat ia iseng membukanya.

The Lonely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang