CHAPTER 10

223 50 21
                                    

"Ah shit!"

Umpatan demi umpatan meluncur begitu saja setiap kali tangannya gagal memasukkan bola oranye ke ring. Mungkin terdengar wajar karena ini hanya latihan, namun ini sudah yang keenam kalinya Yudhi melewatkan kesempatannya memasukkan bola ke dalam ring.

"Fokus, kapten!" Tegur Gilang setelah menepuk pundaknya lalu berlari mendahuluinya.

Yudhi mengacak rambutnya. Berusaha mengembalikan fokusnya seperti yang Gilang serukan padanya, namun pembicaraan singkat antara dirinya dan Karina di perpustakaan beberapa saat yang lalu masih menghantui pikirannya.

Matanya kemudian mengamati para anggota timnya. Ekspresi penuh semangat mereka membuat Yudhi terenyuh. Membangkitkan kembali ambisinya untuk memenangkan pertandingan kali ini.

Satu jam yang lalu di perpustakaan..

"Kenapa?"

Yudhi ingin penjelasan kenapa Karina mengatakan kalau dia sangat membutuhkannya. Walau sebetulnya ia hanya berpura-pura bodoh dan berpura-pura tak mengenal Karina.

"Kenapa lo butuh gue? Masalah nilai lo cuman di norma sosial doang, 'kan? Kalo dilihat lagi, bukannya penawaran ini terlalu menguntungkan buat gue, ya?"

Gotcha!

Puas rasanya menyaksikan raut wajah Karina kini penuh kebingungan. Seorang perfeksionis seperti Karina tidak akan mau terlihat seperti pecundang hanya karena kelemahannya.

Ia hanya ingin tau seberani apa cewek itu memohon padanya.

"Karena.." bibir bawah Karina basah akibat lidahnya sendiri, "karena gue bisa bantuin lo? Kenapa nggak, 'kan?"

Yudhi terkekeh tanpa sadar. Ngeles aja kayak bajaj.

"Gue ada pertandingan basket bentar lagi."

"Latihannya tiap hari apa aja?"

"Setiap hari, tapi Sabtu Minggu dari pagi sampe siang doang."

Karina tampak berpikir sebelum menjentikkan jarinya. "Oke.. kalo gitu selama lo masih latihan, lo les sama gue setiap hari Sabtu Minggu aja. Tapi kalo pertandingan basket lo udah selesai, lo harus les minimal tiga kali dalam seminggu."

Yudhi hendak membuka mulutnya untuk melayangkan protes namun jantungnya hampir menggelinding kebawah karena jari telunjuk Karina tiba-tiba menahan bibirnya.

"Kita les disini, di perpustakaan. Titik. Dan
.." senyum kecil Karina yang tak pernah Yudhi lihat terukir.

"Mana nomer lo? Biar nanti gue kabarin kalo ada apa-apa. Gitupun sebaliknya."

Yudhi? Jangan tanya, raganya sedang menuju langit ke tujuh!!

...

"Kapten, awas!"

Dugg!!

Terkena bola basket itu biasa bagi anak basket. Tapi jika posisi terkenanya di kepala, beda cerita.

"Anjing.." umpat Yudhi sambil mengelus jidatnya yang serasa cenat-cenut.

Suara tawa dari anggotanya langsung terdengar. Namun dengan cepat ia layangkan tatapan membunuhnya yang langsung membuat mereka semua menelan ludah.

"Salah sendiri ngelamun." Cibir Cio saat mengambil bola basket dibawahnya.

Yudhi hanya bisa terkekeh bodoh jika Cio yang mencibirnya. Memang yang barusaja terjadi itu memang cukup konyol. Cio hanya melayangkan operan bola padanya dengan gerakan bounce pass tapi dengan bodohnya Yudhi hanya berdiam diri seperti patung.

The Lonely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang