[08] Para Sandera

150 5 0
                                    


Tim itu berjalan ke pos dua dengan cepat, sebelum pos dua menyadari hal tak beres dari pos pertama.Mereka menyebrangi sungai yang cukup deras.Kaki mereka terus melangkah menyusuri hutan.Hingga tibalah mereka di desa Nutara.

Pos dua sudah terlihat dari kejauhan.Tetapi sepertinya keamanan lebih tinggi dari sebelumnya.

Mereka harus berhati-hati agar tak ada korban dari para sandera.

***

"Tuan Antony." Panggil Kenzo--tangan kanan Antony.

Antony berbalik badan, menunggu sang anak buah melanjutkan ucapannya.

"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dipos pertama.Sebaiknya kita harus segera pergi dari sini." Lanjut Kenzo.

"Tidak! Kita tak perlu pergi dari sini." Tolak Antony tegas lalu menyungging senyum yang sulit diartikan.

***

"Komandan, para sandera terlihat." Ucap Topan memantau keadaan.

"Baik.Angga kamu bebaskan sandera,kami akan cover kamu.Mengerti?"

"Siap, mengerti!"

Peluru melesat dengan cepat mengenai para penjaga di sisi kiri kandang.

Para penjaga terkejut mengetahui kehadiran tentara.

Baku tembak terjadi diantara mereka, sedangkan Angga berhasil masuk ke kandang.

Para warga sudah terbangun sejak tadi.

"Kami dari Tentara Nasional Indonesia akan menyelamatkan kalian semua." Ucap Angga memperkenalkan diri.

Mereka mengangguk paham.

"Ikuti saya keluar dari sini."

Para warga berjalan dengan perlindungan Angga.Sedangkan tentara yang lain baku tembak dengan teroris.

Sebagai teroris bahkan nekat menarik para warga secara paksa.

"Adik saya!adik saya dibawa para teroris!" Raung seorang gadis yang tak lain adalah Mira.

"Kalian semua cepat lari ke sana." Ucap Angga menyuruh para warga.

Dorr!

Satu peluru mengenai bahu Angga.

"Angga..." Gumam topan melihat rekannya tertembak

Para warga berhasil berlari, disusul para tentara.

"Angga mana?" Tanya Wira melihat ketidak adaan Angga.

Semua bungkam.

Seorang gadis menyudahi kebungkaman.

"Pak, tolong adik saya...Adik saya dibawa para penjahat tadi."

"Baik,nanti kita akan membantu adik anda."

"Sebaiknya kita harus cepat menjauh dari tempat ini." Wisnu buka suara.

Kemudian mereka berjalan cepat menjauh dari tempat itu.

"Tapi kalian benar akan menolong adik saya,kan?" Tanya Mira di sepanjang perjalanan yang mana mengganggu konsentrasi semuanya.

"Hei,apa kau tak bisa diam? Tak nampak kah banyak warga yang tertembak!" Seru topan mulai emosi.Karena memang sedari tadi Mira tak diam.

"Saya tau Adik kau itu hilang.Tapi tak kasihan kah kau tengok para warga terluka?!"

"Tapi adik saya lebih penting! Kalian harus kembali selamatkan adik saya!" Ucap Mira egois.

"Kau pikir nyawa warga lain tak penting?!"

"Satu rekan saya sudah hilang, jangan buat ini tambah rumit..."

"Topan!" Bentak Guntur menengahi.

"Siap,salah!"

"Komandan, bukankah sebaiknya kita kembali untuk mencari adik dari gadis ini dan juga mencari Angga?" Tanya Wira.

"Ini akan terlalu bahaya."

"Tapi kalian harus..." Mira membuka suara lagi.

"Kau bisa diam sejenak tidak?" Sela Topan ditengah ucapan Mira.

"Baiklah,kita akan kembali.Tapi para warga juga harus segera ke titik penjemputan." Ujar Komandan.

"Wisnu,kamu bawa para warga."

"Siap Komandan!"

"Kalian berdua." Panggil Guntur kepada dua pemuda yang memegang senjata.

Kedua pemuda itu mendapat senjata saat melarikan diri tadi.Mereka berhasil merebut senjata para penjaga yang hendak menghalangi mereka.

Keduanya mendekat.

"Kalian bisa pakai senjata?" tanya sang komandan.

"Tidak tau caranya,pak." Jawab salah satu pemuda sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Arahkan senjata ke target, kemudian tarik pelatuknya." Jelas Guntur menerangkan.

Anggukan kecil diberikan oleh kedua pemuda.

Dorr!

Sebuah tembakan tiba-tiba melesat dari salah satu senjata pemuda yang iseng mencoba, peluru itu hampir saja mengenai topan.

"Kau ini kalau ingin nembak tengok-tengok lah.Hampir kena aku." Omel Topan tak terima.

"Maaf, Pak" ucap pemuda itu merasa bersalah.

"Kalian semua jalan lurus ke barat,disana ada pasukan yang menunggu kalian." Ucap Guntur kepada mereka.

"Ingat! Gunakan senjata jika ada bahaya mendesak,lindungi para warga."

Kedua pemuda menjawab dengan anggukan kepala pertanda mengerti akan perintah dari sang komandan.

"Wisnu, bergerak cepat."

"Siap, Komandan!"

Dua puluh lima warga bergerak kearah barat, mengikuti perintah.

***
Catatan:
Maaf ya jika tidak sesuai prosedur penyelematan sandera.

IBU PERTIWI MEMANGGIL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang