Emilia mengusap punggung Sanemi untuk lebih sabar nan tabah, yang lain hanya mengangguk.
"Bang Sabito dan bang Giyuu gimana?" tanya Sakuta.
"Soal mereka berdua kita gak tau sekarang mereka berada dimana, terakhir ketemu pas kelulusan kemaren.... Kemungkinan besar mereka berdua pindah keluar kota karena masih trauma gara-gara permainan sialan itu," jelas Sanemi.
Fyi... Sabito dan Giyuu itu sahabatan dari kecil banget, terus Sabito sekarang tinggal di rumah Giyuu karena dia kesepian juga dirumah. Jadi jangan heran kalau dimana ada Giyuu ada Sabito dan sebaliknya.
Intinya kemana-mana berdua mulu gak pernah kepisah, pernah waktu pas Giyuu di hukum ketahuan tidur di kelas dan bersihin lapangan sekolah yang besar kali lebar kali panjang. Terus gak lamaan Sabito datang dengan muka kaya gak ada beban.
Pas Giyuu nanya kenapa ni anak bisa keluar kata dia "gua tadi dihukum, gara-gara nyalain music. Lo tau kan tipe music gua kaya gimana? Rock n roll semua wkwkw... Mana gua gak pake headset terus you know lanjutannya, Iyaps sejuta buat anda! Gua di hukum dan disuruh ngikut elu. Tamat, " Pas denger itu giyuu udah siap-siap mau geplak si Sabito pake sapu ijuk tapi gak jadi.
"Gak adil dong kalau lo doang yang di hukum, lo sakit gua juga sakit. Lo seneng gua lebih seneng, lo menderita gua juga dan lo lagi sedih ya gua hibur!" Giyuu berasa bersyukur punya sahabat plus keluarga kaya Sabito.
Back to story'
"Gua harap si, hati-hati aja sama pertemanan kalian. Takutnya malah kaya kita, di tusuk temen dari belakang hahaha... " tawa Emilia hambar.
"Gak mungkin Kak, pertemanan kita baik-baik aja kok sejauh ini gak ada yang ribut dan gak ada yang mencurigakan" sahut Dazai, Emilia menggelengkan kepalanya heran.
"Yasudah kalau itu menurut lo, kita berdua harap kalian belajar dari apa yang kita alami. Jangan kalian kira sungai tenang gak ada buaya nya dan aman, justru itu bahaya. Artinya jangan kalian anggap semua baik-baik aja dan kalian bisa menilai secepat itu, gak bisa gitu justru yang terlihat baik-baik aja yang bikin kalian dalam bahaya." Nasihat Sanemi dan ada beberapa tekanan di setiap kata tertentu.
"Do not judge a book by its cover paham?" ingat Emilia.
Semua mengangguk, Emilia dan Sanemi berpamitan untuk pulang. Karena masih banyak urusan yang harus di kerjakan.
Sebelum benar-benar pamit Emilia menghampiri Levi Ackerman dan membisikan sesuatu yang hampir membuat laki-laki berwajah datar itu terlonjak kaget. Lalu mereka berdua pergi
"Kak Emil bisikin apaan ke lo Lev?" tanya Oreki penasaran. Levi langsung menggeleng cepat.
"Weh udah bel, masuk kelas dulu gih.... Awali pagi mu dengan belajar bukan ngebolos, kagak naik kelas baru nangis" ledek Shiba dan berjalan menuju kelasnya.
"Halah, kaya lo kagak pernah bolos aja Kak.. kuy lah masuk" sahut Inosuke dan merangkul Shoyou menuju kelas. Lalu diikuti oleh yang lain.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada yang memperhatikan dan mendengarkan semua apa yang di bahas oleh kedua belas dan dua orang Alumni kakak kelas mereka.
Di balik tembok, orang menyerigai dengan lebar. Dan langsung pergi dari tempat itu.
Bel masuk pun berbunyi, dan jam pelajaran pertama pun berlangsung dengan lancar. Hingga pelajaran pertama berganti ke pelajaran berikutnya.
Ting!
Ting!
Ting!
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Misteri / Thriller❝kalian semua udah ngambil keputusan yang salah❞