21 [M]

2.6K 184 133
                                    











Hanya keheningan yang terjadi selama perjalanan saat Jeno mengantar Jaemin ke rumah sakit hewan. Membuat Jaemin sedikit mengantuk, mata bulatnya sesekali melirik kearah Jeno yang sibuk menyeti namun sama sekali tidak tertarik untuk mengeluarkan seucap kata dari bibir. Mata bulat Jaemin melirik kesekitaran jalan yang terbilang sepi,mengingat ini pukul dua pagi, jadi tak banyak mobil yang berlalu.

Beberapa menit berlalu hingga akhirnya Jeno memarkirkan mobilnya di depan rumah sakit hewan tempat Jaemin bekerja. Sebelum Jaemin turun dari mobil, Jaemin mengecup pipi Jeno. "jangan lupa memberi makan Lala, Nana dan Chanchan seebelum berangkat kerja." Suruh Jaemin yang hanya dibalas dengan sebuah anggukan kepala oleh Jeno.

Saat Jaemin turun, Jaemin melambaikan tangannya pada Jeno. Beberapa menit berdiri disana untuk melihat apakah Jeno benar-benar pergi, bahkan Jaemin berjalan sedikit kearah jalan raya untuk memastikan itu. Saat melihat jika Jeno benar-benar pergi, Jaemin segera memesan taxi online lewat ponselnya sambil sesekali mengusap kedua telapak tangannya saat merasa kedinginan akibat udara dingin yang begitu menusuk di jam dua pagi ini.

Berbohong tentang memiliki pasien di jam dua pagi memang bukan ide yang buruk, karena ini bukan pertama kalinya Jaemin berkata seperti itu. Yang membedakan, sekarang ia berbohong. Sedangkan dulu ia sama sekali tidak berbohong.

Taxi online yang Jaemin tunggu sudah datang. Itu membuat Jaemin tidak membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk naik ke dalam taxi. Namun sebelum menaiki taxi, sebuah pesan masuk di ponselnya. Membuat Jaemin memilih untuk mengecek pesan tersebut.

'from Jeno

Ini akan menjadi hari terakhirmu bertemu dengan haechan. Sebanyak apapun kau berbohong padaku, aku mengetahuinya na. Aku akan menunggumu pulang pagi ini.'













***













Jaemin berusaha untuk tidak terlalu memikirkan pesan yang sebelumnya ia dapat dari Jeno. Saat sampai di hotel, Jaemin memilih untuk sesegera mungkin mencari kamar Haechan. Mengabaikan segala pikiran tentang ia yang mungkin ingin segera kembali ke apartemen Jeno saat mendapatkan pesan.

Haechan mengatakan jika kamarnya berada di lantai lima dengan nomor 87. Jadi Jaemin kini menunggu lift sampai dilantai yang ia tuju. Saat pintu lift terbuka, Jaemin melihat kearah pintu dengan nomor yang berurutan, dari 80 hingga ia akhirnya bisa menemukan kamar dengan nomor 87.

Dengan sedikit ragu, Jaemin mengetuk pintu itu. Sedikit terkejut karena Jaemin merasa ketukan yang ia buat terdengar begitu nyaring dan menggema di lorong tempat ia berdiri. Tak membutuhkan lama, Jaemin bisa melihat wajah manis Haechan yang sedikit kacau tengah tersenyum kearahnya. Terlihat sangat jelas jika Haechan sepertinya sangat senang dengan keberadaan Jaemin.

"aku pikir kau tidak akan datang." Kata Haechan sambil menyuruh Jaemin untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan Jaemin hanya tersenyum sambil masuk ke dalam kamar, membiarkan Haechan berada dibelakangnya dan menutup pintu kamar hotel.

"jadi, kapan kau akan kembali ke rumah?" tanya Jaemin sambil mendudukan dirinya di ranjang, Jaemin juga membuka syal biru dan jaket yang ia gunakan saat merasa udara di kamar hotel yang ditempati Haechan ini terasa lebih hangat.

Haechan yang mendengarkan pertanyaan Jaemin hanya menggelengkan kepalanya dan ikut bergabung dengan Jaemin di ranjang, "aku tidak berpikir untuk kembali ke rumahnya."

Jaemin menaikan sebelah alisnya bingung, dan menatap kearah Haechan seolah ia menuntut penjelasan yang lebih detail dari sosok manis yang menelponnya ini. Sadar dengan tatapan menuntut yang diberikn Jaemin, Haechan mengatakan tentang rencananya untuk mencari apartemen besok,dan mengatakan tentang Mark yang menyruruhnya keluar dari rumah kecuali bagian dimana Mark menyebut Jaemin sialan.

SENTIMENTAL (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang