"Bego."
"Ya bantuin dong, udah tau susah malah liatin doang."
"Lo aja yang bego, gitu aja gak bisa."
"Gue sabet juga tuh mulut pake kampak!"
"Aaah aku takut, seseorang tolong selamatkan princess."
"Ngakak anjir ahaha, lo ngomong gitu tapi muka rata kaya talenan ahahahaha."
"Daripada lo, muka udah kaya daki anoa aja so ganteng."
"Gue emang ganteng kali, sirik aja lo."
"Mulut lo ngoceh gak jelas."
"Apa maksud lo hah?"
"Omongan lo kibulan semua."
"Mati aja lo anjing."
"Apa maksud lo hah?"
"Lo katarak ya? Denger nih, gue bilang 'mati aja lo anjing.'"
"Bodo amat lah. Emang orang yang gak bisa denger itu disebut 'katarak' ya? Berapa taun sih lo sekolah?"
"Berisik lo minion!"
"Sini lo nyet!"
Noya menarik-narik kaki Bokuto karena kesal. Sebenarnya mereka ini sedang berusaha mengambil buah jambu, pohon jambu ini milik Noya. Bokuto sudah berada di atas pohon saat ini, namun dia kesulitan meraih jambu yang letaknya di ujung dahan.
Bokuto memeluk batang besar pohon jambu itu dengan kuat sambil berteriak histeris. Dia sangat takut terjatuh, karena kalau jatuh lumayan juga sakitnya.
"Njing lo ngapain sih? Lepasin bego! Nanti kalo gue jatoh terus mati mau lo tanggung jawab hah?!" Bokuto menghentakan kakinya agar cengkraman tangan Noya lepas, namun tenaga Noya lebih kuat.
"Tenang aja, gue tanggung jawab kok. Nanti lo gue nikahin." Noya dengan semangat masih menarik kaki Bokuto yang sudah lemas di atas pohon.
"Bukan itu anjir. Lepasin gue Noy pliiiis. Hiks hiks gue nangis nih hiks." Bokuto yang sudah tidak tahan dengan perlakuan Noya mulai mengeluarkan air matanya.
"Najis ih, cengeng amat sih lo Bok, lo kalo cengeng gitu gue jatohin beneran nih, mau?"
"HUWAAAAA HIKS HUWAAAAA."
Noya panik saat melihat Bokuto benar-benar menangis, dia langsung melepaskan kaki Bokuto.
"Woy turun lo cepetan!"
"Gendong hiks." Bokuto dengan wajah berhiaskan air mata memohon pada Noya agar dia bersedia menggendongnya.
"Apa sih anjing, beneran gue betot nih ya kaki lo." Noya menolak. Namun saat melihat Bokuto akan menangis lagi, Noya bersedia. "Ah dasar bego, buruan sini."
Noya menggerutu karena dia lebih pendek dari Bokuto. Ibarat jari kelingking dengan jari manis, atau mungkin lebih pendek lagi? Noya merasa terhina jika disaat-saat seperti ini. Noya mengangkat tangannya ke arah Bokuto, dia sudah siap jika Bokuto akan melompat turun.
"Hiks gue loncat nih?" Tanya Bokuto sambil menggesek-gesek hidungnya.
"Iya cepetan."
"Siap ya hiks. Satu hiks, dua, tiga."
Brak!
~~~
Bokuto dan Noya saat ini berada di rumah Akaashi, mereka sedang menjenguk Akaashi yang katanya sakit. Mereka berdua duduk bersebelahan di lantai kamar Akaashi.
"Ngapain kalian ke sini? Mau ngetawain gue hah?" Akaashi dengan suara serak khas orang sakit bertanya pada dua manusia yang kini tengah duduk manis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Geng
FanfictionHanya keseharian murid-murid luar biasa. "Kata Akaashi pinternya orang bego kek gue kadang suka ngalahin pinternya orang pinter." -Bokuto Kotaro "Gue yang paling normal diantara mereka." -Kozume Kenma "Ken bagi hospot." -Akaashi Keiji "Susu bagong...