; 两个

708 125 90
                                    

Cklek.

"Hijin, miyin yik!" Seru lelaki tinggi berhoodie hijau mint sebagai salam yang tidak diindahkan.

Memasuki ruangan yang selalu beraroma obat-obatan serta dinding yang berwarna tidak jauh dari putih-biru atau putih-hijau.

Dapat dilihat, ada anak perempuan yang sedang mengunyah roti di bangsal tempat duduknya dengan ponsel yang dimainkan di tangan.

"Fokus banget tuh hape," celetuk pemuda tadi yang mana malah membuat anak itu terkejut.

"Tai– Jaemin anjing!" Latah gadis itu.

Jaemin hanya mendengus, "kalo bukan tugas negara juga, gue males banget kesini sat." Gumamnya pelan.

"Ngapain lo? Kangen ya sama Heejin yang cantik, manis, tidak shombong, rajin menabung, da—"

"Bacot." Sela Jaemin cepat. Ia sama sekali tidak ada niat untuk mendengar ocehan Heejin yang sangat tidak bermutu itu. "Gue mau nanya, penting nih. Tugas negara," katanya.

Heejin hanya mengangguk sok paham, yang padahal ia tidak peduli, hehe.

"Pas kejadian, ada siapa aja disana?" Tanya Jaemin dengan wajah tidak niat. Memancing kekesalan Heejin yang sudah mulai serius mendengarkan dengan seksama.

"Katanya penting, tapi dari gaya ngomong lo itu menggambarkan kalo yang lo omong gak sepenting itu," cibir Heejin.

Jaemin melotot kecil, "heh! Gue udah males duluan ya kalo berurusan sama nenek lampir modelan lo." Sahutnya tidak mau kalah. Hhh, andai disini ada Soobin, pasti tidak akan ada keributan non-faedah seperti sekarang ini.

Heejin diam dan tidak menanggapi. Sudah terlalu malas dengan sifat random seorang introvert yang ini.

"Gue tanya sekali lagi. Lo pas kejadian, ada siapa aja disana?" Ulang Jaemin dengan wajah seriusnya. Membuat Heejin merasa jijik, sangat berbanding terbalik jika perempuan diluar sana yang melihat.

Oke baiklah, Heejin akan benar-benar serius sekarang.

Ia berpikir sejenak, "Itu... siapa sih namanya, hiren? Reren? Heru—"

"Herin? Kak Herin?" Tanya Jaemin memotong.

"Nah iya! Ada kak Herin. Lagi piket kayaknya, dia nyapu gitu keliatan sambil nyanyi. Sebelum teriak ngeliat gue yang didorong orang. Gak tau siapa," kata Heejin memberi informasi.

Jaemin menganggukkan kepalanya, "berarti, kak Herin bisa dong jadi saksi?" Gumamnya.

Heejin ternyata mendengar itu. Ia lantas mengerutkan kening, "enggak dong? Kan dia lagi nyapu, di dalem kelas lagi. Ada temennya juga yang lain. Tapi gue yakin kak Herin enggak ngeliat." Yakin Heejin.

Betul kok, Heejin yang melihat sendiri. Herin dan teman-teman terlihat sedang berbincang ringan saat dirinya melewati koridor kelas 12.

Heejin ingin berbicara kembali, tetapi ia menggigit rotinya terlebih dulu.

"Karena gue ngerasa ada temennya lagi yang terus merhatiin gue dari dalem kelas. Mungkin aja dia ngeliat yang dorong gue kan?" Sambung Heejin dengan roti yang belum dikunyah.

Jaemin tidak mengindahkan cara bicara Heejin yang berbeda karena ada makanan dimulutnya. "Lo tau namanya?" Tanya dia.

Heejin menggeleng. "Nah itu masalahnya. Gue gak tau nama dia siapa... ngeliat aja baru itu kayaknya," jawabnya pelan. Jaemin hanya bisa mengangguk lagi.

"Cewek apa cowok?" Tanya Jaemin, lagi.

"Cewek," kata Heejin.

"Oke deh. Makasih infornya Jin,"


























































"Gimana?"

Ia menggeleng, "dia gak tau. Tapi katanya ada anak kelas 12 yang piket? Kelasnya kak Herin." Jawabnya melenceng dari pertanyaan.

"Susah juga ya? Wkwk." Kekeh si perut karet, Haechan. Ia langsung membayangkan jika dirinya diterima sebagai detektif oleh presiden. Ah, imajinasi itu terlalu tinggi untuk ukuran anak yang bertipe seperti dirinya.

"Yang bilang gampang juga siapa, goblok?!" Sembur Hyunjin cepat. Ia sudah kesal malah dibuat kesal lagi.

Haechan menggeleng polos. "Gak ada..." jawab anak itu, membuat Junkyu mendorong kepala belakangnya.

"Jahat lo, Kyu!"

Mari abaikan.

Di lain tempat dengan waktu yang sama, Yoonbin sedang menumpang wi-fi gratisan di kafe black on black.

Bukan hanya karena wi-fi yang gratis dirinya pergi ke tempat itu. Pemuda bermarga Ha itu sedang mengikuti Kim Minju, –adik kelasnya– salah satu orang yang menurutnya patut dicurigai.

Salah satu alasan Yoonbin untuk mengikuti dan mencurigai orang itu karena dirinya pernah melihat Minju memegang pisau lipat dengan bercak darah di di jalan malam-malam secara tidak sengaja.

Pemuda itu selalu memperhatikan gerak-gerik Minju, yang untungnya tidak diketahui Sang target.

Golla ma dish~

Dilihatnya, ponsel Minju berdering. Dan tak lama, panggilan telepon diangkat oleh empunya.

"Iyaa, gue udah disini. Buruan,"

Yoonbin ber-oh ria. Adik kelasnya ini sedang menunggu seseorang, rupanya.

"Kalo Minju adeknya kak Tzuyu, Jaemin, sepupunya Heejin... nah Somi?" Gumamnya pelan yang tidak akan bisa didengar siapapun selain dirinya sendiri.





























































"Jeon Jungkook!"

"BI TI ES!!!"

Who? | 00 Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang