; 三

564 113 64
                                    

"Jin!"

Hyunjin yang sedang berjalan menoleh, "Yo. Ngapain lo?" Tanya dia kepada Jaemin yang berada di  dalam kelasnya.

"Lo bisa nyadap CCTV, kan?" Tanya Jaemin balik tanpa menghiraukan pertanyaan yang Hyunjin beri barusan.

Hyunjin mengangguk mengiyakan pertanyaan Jaemin barusan. "Iya, napa?" Lanjutnya.

"Bantuin gue. Gue, Junkyu sama Sunwoo lagi nyari bukti kasus Heejin." Pinta Jaemin.

"Okesip. Nanti dulu tapi ya. Gue lagi mata-eyein nenek lampir nih," kata Hyunjin mengundang rasa penasaran Jaemin.

"Siapa nenek lampir?" Tanyanya heran sekaligus kebingungan.

Hyunjin mengedipkan matanya dengan senyuman yang misterius. Membuat Jaemin berjalan mendekatinya dan langsung memukul kepala Hyunjin.

"Asu lo." Umpatnya.

Sedangkan Hyunjin hanya mengaduh kesakitan.





































































Disinilah mereka sekarang. Di apartemen rahasia dengan pemiliknya yang bernama Ba Jinyoung yang berkepala kecil.

Mereka semua— Jinyoung, Hyunjin, Soobin, Jaemin, Haechan, Junkyu, Sunwoo, Eric, dan Felix —sepulang sekolah memutuskan untuk kesini, atas saran dari Jinyoung juga.

Dan mereka berencana untuk menyadap CCTV SMA Kwangya.

Hyunjin yang memiliki kemampuan menjadi hacker abal-abal langsung saja menjalankan aksinya.

Sedang yang lain mengumpulkan informasi lain tentang tiga kasus yang terjadi dari kelas 12 sampai kelas 10.

Pertama, CCTV gedung IPS lantai dua. Dimana murid-murid kelas 12 menempati lantai itu.

"Coba Njin pas yang jam setengah tiga. CCTV arah lapangan deket tangga," titah Eric yang langsung dituruti Hyunjin.

Mereka– Hyunjin maksudnya. Hyunjin meng-klik layar komputer menggunakan mouse.

"Stt! Diem dulu," ujar Hyunjin pelan.

Mereka diam, memperhatikan layar monitor milik Jinyoung dengan seksama. Kalau terlewat satu detik saja mungkin akan melemahkan bukti, begitu pikir Soobin yang sedari tadi menyimak.

"Stop!!" Seru Hwall tiba-tiba yang membuat Hyunjin mengumpatinya terkejut.

"Anj-! Kaget gue," Hyunjin tersentak dan untungnya langsung mem-pause video hasil retasannya itu.

Mereka berhenti di menit ke 3 yang menampakkan Heejin yang berjalan di lorong.

Disana terlihat juga ada beberapa orang, yang mungkin Herin dan teman-teman yang sedang melakukan piket. Seperti apa kata Heejin kemarin.

Dan dari arah kiri terlihat ada seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Hyunjin melanjutkan video dengan kecepatan yang sengaja diperlambat.

Hyunjin kembali berhenti di menit yang sama pada detik ke 48, lalu memperbesar gambarnya sampai wajah orang itu terlihat jelas.

Tidak jelas juga sih, tetapi kalau diperbesar, akan terlihat si pelaku ini adalah perempuan atau laki-laki.

"Cewek sih," gumam Hyunjin.

"Bentar– coba zoom lagi." Suruh Soobin yang dituruti Hyunjin.

Ketiganya— Hyunjin, Eric, Hwall dan Soobin langsung melotot kaget ketika wajah pelakunya terpampang jelas di layar komputer.

Tidak mungkin dia, kan? Begitu kira-kira batin mereka yang benar-benar tidak menyangka.

"Cewek gila."

"Itu beneran Y—"

"WOY GUE NEMU!! GUE NEMU!!" Teriak Haechan yang baru saja memotong perkataan Junkyu.

Huh, bikin penasaran aja?

Omong-omong, mereka membagi beberapa tim.

Soobin, Hyunjin, Eric dan Hwall kebagian untuk menyadap. Jaemin, Junkyu dan Sunwoo kebagian untuk print gambar yang nanti akan sangat dibutuhkan— tapi tugas mereka pastinya bukan untuk hari ini —dan Yoonbin, Haechan juga Felix yang kebagian untuk mencari informasi dari Heejin, Tzuyu dan Somi, dibantu tim Sunwoo yang gabut.

"Nemu apa?" Tanya Junkyu penasaran dengan Brownis coklat yang dibawa Felix dari rumahnya.

"Somi. Dia—"






































































Di dalam ruangan dengan penerangan yang minim, gadis blasteran yang masih memakai seragam putih-abu dengan hoodie berwarna pink pastel yang melapisi bagian kemeja sampai setengah dari roknya itu sedang berusaha melepas tali yang mengikat kedua pergelangan tangannya.

"Argh– susah banget sih?!" Pekiknya pelan.

Karena sudah mulai pegal, gadis itu memilih untuk melihat sekelilingnya yang hanya mendapat penerangan dari teriknya matahari sore.

"Miskin banget penculiknya. Masa gak ada apa-apaan disini, cemen ah," cibirnya menggabut. Tapi ada betulnya juga, sih.

Ia diculik saat dirinya sedang berada di jalanan yang sepi saat pulang sekolah. Ia juga dibawa ke hutan kota terdekat dari sana. Sampai disini, ia dikurung di dalam salah satu ruangan di sebuah gedung tua yang terletak di dalam hutan.

Ruangan ini hanya ada pintu, jendela yang dikunci serta ventilasi.

Wajar jika gadis itu yang notabane-nya 'anak dari keluarga orang kaya' berkata seperti tadi.

Ah, iya. Dia sudah berada disini selama dua hari. Badannya bahkan sangat gatal karena belum mandi.

"Dasar kak Y—"

Cklek.
Krieettt...






































"Gimana? Ada orang yang peduli sama lo kah, Jeon Somi?"

Who? | 00 Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang