"Gue, Yiyang, Karina gak pernah setuju sama perintah Yiren. Kenapa? Yiren nyerang kalian cuma karna dia suka sama Soobin. Tapi gak pernah di notice. Dan Yiren juga nyerang kalian, karena iri gue dan temen-temen lain bisa deket sama kalian."
"Gitu aja sih, gak ada lagi..."
"Bohong." Dengus Hwall setelah Yeji menjabarkan dengan hampir rinci perihal dirinya dan dua lainnya yang membantu menyelesaikan masalah.
"Kita dipaksa anjir! Lo masih aja gak percaya gitu? Sialan." Yeji mengumpat dengan tangan kirinya yang sudah bersiap menjambak rambut Hwall.
Tzuyu terlihat sedikit panik dan hampir tersedak semangka yang ada di dalam mulut.
"Udah, udah! Kak Juwi keselek itu." Seru Karina berniat melerai.
"Lo sih!"
Hwall yang tak terima disalahkan Yeji melotot kecil, "apa-apaan?"
Ingin rasanya Karina menyeburkan Hwall dan Yeji ke Kali Ciliwung.
Yiyang yang menyimak hanya mendengus geli. "Ck. Muka doang pada garang, kelakuan masih kayak anak teka." Gumamnya kemudian.
Heejin melirik, "kayak gak tau aja lo," katanya.
"Gak tau apa?"
"Mereka kan, sengklek."
Abaikan.
Mari kita lihat kegiatan orang-orang yang masih berada dalam Hutan.
"Halo, Felix?" Panggil Jinyoung sebagai salam pembuka.
"Waeyo?" Sahut Felix dari sebrang sana.
"Tolong ke kantor polisi, ya. Buktinya udah kuat," pintanya.
"Babinya udah ketangkep, emang?"
Soobin mendengus geli mendengar kata 'babi', "udah dong!" Serunya kemudian.
"Ya udah. Gue otewe, matiin dulu ya, selamat bonyok pren!"
"Ya," Jinyoung mematikan sambungan setelah menyahuti Felix.
Omong-omong, Empat orang yang sekarang ketambahan dua orang itu sedang membawa Yiren keluar area Hutan.
Tentang telepon polisi, mereka tidak melakukannya. Karena memang Yiren sepertinya tidak terlalu berbahaya.
"Lo ngapain sih anjir pake acara bikin celaka orang lain?" Cerca Hyunjin protes kepada Yiren.
Sedangkan Yiren hanya merotasikan bola mata, "kepo," jawabnya.
"Cih, belagu banget. Kita tinggal mampus lo. Mereka banyak, lho... mau liat, huh?"
Semua pasang mata langsung tertuju pada Yoonbin. "Lah? Lo bisa liat?"
Jinyoung yang malas pun langsung berdecak pelan. "Kemana aja?"
Mendengar celetukan Jinyoung barusan, Yoonbin langsung tersenyum mengejek pada Yiren.
Ia mendekatkan diri pada Yiren yang tangannya masih dipegang Jaemin.
"Gue tau loh, Ren, hehe..." bisiknya pelan. Bahkan hanya Yiren saja yang dapat mendengar.
Tubuh Yiren keringat dingin. "Gue punya banyak teman, asal lo tau." Lanjut Yoonbin seakan mengerti isi pikirannya.
Beberapa menit setelahnya, gapura perbatasan taman dan Hutan Kota terlihat secara perlahan.
Menandakan tujuh orang tersebut akan sampai tujuan sekejap lagi.
"Betewe, ini cepet banget ya nyampenya? Padahal pas dateng tadi lama banget,"
Junkyu, Felix dan Sunwoo sudah ada di kafe black on black untuk menemui Jungkook, kakak Somi.
Betewe, masih inget kafe blek on blek? Ehe
Sebelum berangkat ke kantor polisi, Junkyu memutuskan untuk mengabari Jungkook.
Dan berakhir janjian di sini dahulu.
"Kak Jungkook,"
Jungkook yang merasa terpanggil pun mendongak ke arah suara.
"Iya. Udah kelar?"
Junkyu menggeleng. "Doi lagi dibawa. Ini barang buktinya."
Jungkook mengangguk, lalu mengambil barang-barang yang ada di dalam amplop tersebut.
Sampai tangannya memegang sobekan kain putih yang sudah kotor, Jungkook mengerutkan dahi. "Ini apaan, sat?"
Felix dan Sunwoo saling melirik, lalu cengengesan tidak jelas. Sedangkan Junkyu dan Jungkook yang tidak tahu-menahu pun bingung.
"Bekas pocong—"
Jungkook melotot terkejut, lalu melempar kainnya ke meja dengan reflek. "Anjing!"
Junkyu mengedikkan bahunya. "Lebay," gumamnya pelan.
"Lo gak takut, Kyu?"
Junkyu menggeleng, "enggak lah. Emang gue, elo." Sahutnya menjulid.
Jungkook hanya mengelus dadanya sabar.
"Udah, udah. Ayo berkangat," celetuk Sunwoo, yang kepalanya langsung ditoyor Felix.
"Berangkat, goblo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? | 00 Line ✔
Fanfiction❝ Pertanyaannya, siapa yang bikin mereka celaka? Dan kenapa harus kita bersebelas yang ngurus? ❞