; 七

388 84 29
                                    

Disinilah mereka sekarang. Di rumah mewah milik Sohn Eric yang berdarah campuran itu.

Sepuluh orang terpilih sedang mengumpulkan beberapa clue yang berhubungan dengan tiga kasus yang sedang mereka urus sekarang.

"Kemaren, gue sama Hwall ke rumahnya Somi. Ada kakaknya, namanya Jungkook. Pas kita kasih tau kalo Somi diculik, dia santai banget dan bilang kalo dia udah tau. Dia juga kenal sama penculiknya." Ucap Junkyu menjelaskan perihal kemarin yang ia dan Hwall pergi ke rumah Somi.

"Nah. Yang gue heran disini, kenapa Kak Jungkook gak bertindak, sedangkan dia tau pelakunya siapa. Yang korban juga adeknya." Sambung Hwall yang sama herannya dengan Junkyu.

"Mungkin dia emang udah tindak? Ah maksudnya, dia udah lapor polisi?" Sangka Hyunjin mencoba untuk posthink.

Hwall menggeleng, "enggak. Dia sendiri yang bilang ke kita. Dia bilang, 'gue serahin ini ke kalian. Gue gak lapor polisi juga, karena takut Somi diapa-apain sama dia.' gitu."

Yang lain mengangguk. Berarti Jungkook memiliki alasan untuk tidak melapor polisi. Tapi kok terdengar agak gimana gitu, ya?

"Gue juga tadi pas lagi basket sempet di kirimin."

Semua menoleh kearah Soobin yang sedang mengunyah Yupi milik Haechan. Soobin yang merasa diperhatikan pun melongo, "kenapa?" Tanyanya.

"Di kirimin apaan?"

Soobin merogoh kantung celananya yang berisi ponsel. "Nih, baca."

"Udah di screenshoot?" Tanya Yoonbin.

Soobin menggeleng, "belum," jawabnya. Yoonbin berdecak malas, "buruan." Titah dia.

Soobin yang tidak ingin membuang waktu pun langsung menscrenshoot halaman chatnya tadi. "Dah," gumamnya.

"Ini... gak mungkin Yeji, kan?" Nah, sekarang Hyunjin jadi kepikiran.

Masalahnya, satu pelaku dan dua orang suruhan memiliki insisial Y dan satu lagi memiliki inisial K.

Cewek pula, kan...

Haechan menggeleng. "Feeling gue, bukan Yeji pelakunya." Ujarnya yakin.

Ia adalah tetangga Yeji sejak kecil, dan Yeji adalah partner ceweknya ketika bertengkar. Tidak mungkin sekali kalau Yeji adalah pelakunya.

"Eh tunggu. Hyunjin, waktu lo ngehack CCTV gedung IPS yang lantai dua, lo liat siapa orangnya?" Tanya Sunwoo kemudian.

Hyunjin ingat-ingat, "OH iya! Yiyang. Dia yang dorong Heejin." Katanya.

"Gila, Yiyang? Kayaknya dia di ancem juga deh."

"Kayaknya. Anak kesayangan guru gitu..." timpal Haechan yang kurang percaya kalau Yiyang pelakunya.

"Gue juga sempet ngerekam, tapi gak lengkap sih. Tapi coba dengerin dulu deh." Titah Junkyu seraya mengotak-atik layar ponselnya.

"Somi ada di gedung tua yang ada di dalem hutan kota."

"bingung ya, gue tau?"

"gue udah tau dari beberapa hari sebelum kejadian. Kenapa bisa tau? Karena si pelaku kenal sama gue. Dia pernah keceplosan ngomong. Dan sampe sekarang, dia juga gak tau, kalo Somi adek gue."

Jinyoung mengerutkan kening ketika menyadari ada yang janggal. "Stop dulu bentar. Dia udah tau Somi ada dimana kok gak jalan sendiri aja?"

Hening.

-kai. Gak, bercanda.

"Apa mungkin... dia emang sengaja nunggu kita yang jalan?" Terka Hyunjin yang sama bingungnya seperti Jinyoung.

Eric berdesis pelan. "Hhh... kalau begini caranya, mending kita bagi lagi tim. Ada yang jalan buat nyari Somi, ada juga yang urus di sekolah. Awasin Yiyang—"

"Yeji juga." Hyunjin menghela nafas berat, "walaupun Yeji sepupu gue, dia juga harus di awasi karena semua clue yang dikirim orang suruhan itu hampir mengarah ke dia semua."





















































Mereka bersepuluh yang kebetulan satu saudara baru saja selesai ibadah sholat maghrib di Masjid kompleks rumah Eric.

Sekarang mereka sedang berkumpul di penjual siomay yang memang suka mangkal di dekat Masjid.

"Pak, Eric goceng ya, kayak biasa." Bapak yang menjual siomay mengangguk meng-iyakan.

"Lo pada?" Tanya Eric begitu melihat delapan temannya yang mendadak cosplay menjadi Yoonbin.

"Samain aja deh." Jawab Jaemin mewakili yang lain. Yang lain pun iya-iya saja.

Keadaan hening kembali. Bapak cilok yang sedang membungkus cilok serta sepuluh remaja yang sekarang sedang sibuk pada dunianya masing-masing.

"KECOAKK!!!"

Semua panik. Suasana mendadak ricuh karena teriakan Haechan. Sebetulnya ia tidak ingin teriak begitu.

Tapi apa daya?

Baru saja ingin menyuapkan segulung kol ke mulut, tapi kolnya keburu jatuh ke tanah karena ia berteriak.

Ia juga berteriak seperti itu karena kecoaknya hinggap di kepala Hyunjin.

Gimana tidak kaget? Mana kepala Hyunjin ada didepannya.

"Hah? Mana mana?!?!!"

"Kepala lo, anjir!"

Hyunjin yang tidak terima kepalanya dihinggapi kecoak pun menggelengkan kepala dengan ritme cepat.

"Anjir kecoaknya gak mau- KABUR AAAK!!" Hyunjin berteriak kencang ketika kecoak tadi berpindah ke tangan kirinya yang kosong.

Hyunjin panik, yang lain ngakak.

Bahkan ada Junkyu yang rela perutnya sedikit kesakitan hanya untuk menertawakan Hyunjin.

Teman yang baik memang.

Beberapa detik selanjutnya, kecoak terbang menjauh dari sekumpulan remaja yang tertawa lepas itu.

Membuat Hyunjin menghela nafas lega, menyisakan teman-temannya yang masih menyelesaikan ketawanya.

Who? | 00 Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang